Organisasi Kesehatan Dunia menegaskan, Covid-19 tidak bisa diatasi sendiri oleh masing-masing negara. Menurut WHO, perlu langkah bersama untuk menanggapi pandemi itu.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
DUBAI, SELASA - Dunia saat ini tengah menghadapi ancaman yang semakin serius seiring berkembangnya pandemi Covid-19. Dalam forum kesehatan yang digelar secara virtual di Dubai, Uni Emirat Arab, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi masih terus meningkat.
Ketika beberapa negara, seperti China dan Korea Selatan, menghadapi gelombang kedua pandemi, beberapa negara di Amerika Latin dan Asia Selatan justru tengah mengalami penularan besar. Namun, menurut Tedros, ancaman bagi dunia tidak hanya datang dari virus yang telah menyebabkan lebih dari 470.000 orang meninggal itu.
Tedros mengatakan, ada ancaman lain yang juga serius, yaitu kurangnya solidaritas kepemimpinan global. ”Kita tidak bisa mengalahkan pandemi ini dengan dunia yang terpecah. Politisasi pandemi telah memperburuknya,” katanya.
Tedros tidak merujuk pada satu negara pun terkait pernyataannya itu. Namun, sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, sejumlah pemimpin negara—salah satunya Presiden Brasil Jair Bolsonaro—menilai wabah Covid-19 tidak seberapa. Ia menyebut Covid-19 sebagai flu biasa dan mengatakan, dampak ekonomi dari kebijakan pembatasan wilayah dan karantina justru lebih buruk dari penyakit itu sendiri.
Hingga saat ini, di Brasil tercatat lebih dari 50.000 orang meninggal karena Covid-19. Jumlah itu merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat yang mencatat lebih dari 120.000 kematian yang disebabkan oleh Covid-19. AS juga banyak dikritik akibat langkah pemerintahan Presiden Donald Trump menangani pandemi itu.
Sementara itu, ketika Meksiko tengah bergulat dengan peningkatan kasus Covid-19 dan menunda rencana menerapkan kebijakan pelonggaran, sejumlah negara Eropa terus mengurangi kebijakan pembatasan mereka.
Ribuan orang Perancis menari dan berpesta di jalan-jalan untuk merayakan festival musik tahunan. ”Ini bukanlah akhir dari kuncian secara bertahap,” kata Dr Gilbert Deray, seorang ahli nefrologi Perancis. ”Saya memahami bahwa festival musik adalah sesuatu pembebasan, tetapi apakah kita benar-benar harus memilikinya tahun ini?”
Kolam renang dan bioskop juga dibuka kembali dan anak-anak hingga usia 15 tahun kembali ke sekolah. Sejumlah negara anggota Uni Eropa juga telah memperlonggar perbatasan mereka dan memungkinkan warga Uni Eropa bepergian ke wilayah negara tetangga.
Upaya tersebut diharapkan dapat memulihkan kembali ekonomi yang terpuruk setelah kebijakan pembatasan diterapkan. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan, perdagangan global pada kuartal kedua tahun ini bakal turun sekitar 18,5 persen.
Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo mengatakan, penurunan itu diperkirakan akan menjadi yang paling curam, bahkan bisa lebih buruk. WTO pun berpendapat, prospek ekonomi global selama dua tahun ke depan tetap tidak pasti.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Selasa, mengumumkan pelonggaran yang dimulai pada 4 Juli mendatang akan membuat jutaan orang di Inggris kembali ke pub, bioskop, gereja, dan salon rambut. Meski tempat olahraga, kolam renang, dan spa tetap ditutup, Johnson mengatakan kepada anggota parlemen bahwa kebijakan pembatasan yang disebutnya dengan hibernasi panjang nasional akan segera berakhir.
Mencemaskan
Namun, beberapa ilmuwan khawatir langkah ini terlalu tergesa-gesa, terutama karena langkah-langkah, seperti sistem pelacakan, belum ada. ”Ini terlalu dini,” kata David King, mantan kepala penasihat ilmiah untuk pemerintah. ”Keluar dari pembatasan terlalu dini sangat berisiko.”
WHO mengatakan, pandemi masih berkuasa. ”Covid-19 sekarang memuncak atau bergerak menuju puncak di sejumlah negara besar,” kata Dr Michael Ryan, Direktur Kedaruratan WHO.
Munculnya kasus baru pascapelonggaran dialami oleh Jerman. Otoritas negara itu memerintahkan menutup Distrik Guetersloh yang dihuni sekitar 360.000 orang. Sebelumnya, sebuah rumah pemotongan hewan di distrik itu ditutup karena 1.500 pekerjanya terinfeksi Covid-19. Penutupan Distrik Guetersloh tersebut dilihat sebagai kemunduran besar ketika banyak pihak berharap situasi akan kembali normal setelah Jerman dinilai berhasil mengendalikan pandemi Covid-19.
Gubernur Rhine-Westphalia Utara Armin Laschet mengatakan, warga Guetersloh dan wilayah tetangga akan kembali mengalami situasi seperti saat pembatasan diberlakukan pada Maret dan April lalu, termasuk pembatasan pertemuan sosial dan penutupan bar.
Situasi seperti itu, sebagaimana juga terjadi di China—dengan munculnya kluster Pasar Xinfadi di Beijing—menimbulkan kekhawatiran bahwa upaya yang telah dilakukan untuk melawan Covid-19 belum membuahkan hasil optimal atau sebagaimana diharapkan.