Pemerintah Yaman dan Faksi Separatis di Wilayah Selatan Sepakat Gencatan Senjata
Ada tiga kubu utama dalam perang saudara di Yaman selama hampir 2,5 tahun terakhir. Mereka disokong oleh Arab Saudi, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
RIYADH, SELASA — Pemerintah Yaman dan salah satu faksi pemberontak kembali menyepakati gencatan senjata serta berunding. Kesepakatan diumumkan beberapa hari selepas pembajakan truk berisi uang dan perebutan Pulau Socotra.
Kelompok separatis selatan, yang juga dikenal sebagai Dewan Transisi Selatan (STC), kembali menyetujui gencatan senjata dengan pemerintah mulai Senin (22/6/2020). Gencatan senjata dimulai dari Abyan dan berlanjut ke provinsi-provinsi lain di Yaman.
Juru bicara Pemerintah Yaman, Rajeh Badi, mengatakan, pihaknya siap meredakan ketegangan di seluruh wilayah Yaman selatan. STC dan Uni Emirat Arab, yang mendukung STC, kompak berterima kasih atas upaya Riyadh mendamaikan kedua faksi itu.
Sementara itu, juru bicara STC, Nizar Haitham, menyambut keputusan tersebut. Ia menekankan pentingnya penerapan Kesepakatan Riyadh. Sejumlah tokoh STC juga menyatakan siap berunding dengan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Kesepakatan Riyadh dibuat STC dan Pemerintah Yaman pada November 2019. Kesepakatan itu mengatur pembagian kekuasaan antara STC dan Pemerintah Yaman. STC setuju menyokong Pemerintah Yaman Presiden Abd Rabou Mansour Hadi dan menghentikan baku tembak dengan pasukan pemerintah. Sebagai imbalan, pemerintahan Yaman dibentuk dengan melibatkan perwakilan STC di kabinet.
Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman Mohammed al-Jaber menyebut bahwa pelaksanaan kesepakatan itu menghadapi banyak tantangan. Berbulan-bulan sejak kesepakatan itu, baku tembak terus terjadi antara petempur STC dan pasukan pemerintah.
Bahkan, STC menduduki Pulau Socotra—situs Warisan Dunia UNESCO—pada awal Juni. Pekan lalu, STC mencopot Gubernur Socotra yang setia kepada pemerintah. Pulau itu berada di ujung Teluk Aden, jalur penting untuk pengiriman minyak Arab Saudi dan kapal-kapal yang melintasi Terusan Suez di Mesir.
Arab News dan Anadolu Agency juga memberitakan, milisi STC membajak truk uang milik Bank Sentral Yaman di Aden, pekan lalu. STC beralasan, uang pemberian Riyadh itu untuk pembayaran aneka pajak dan retribusi yang berhak dikumpulkan STC.
Tiga kubu perang
STC dan pasukan pemerintah mulai baku tembak sejak Januari 2018. Kedua pihak semula berada dalam satu barisan di bawah pasukan pemerintah dan loyalis Presiden Mansour Hadi melawan kelompok Houthi, yang menguasai Sana’a. Baku tembak itu menambah kerumitan perang saudara di Yaman. Perang sejak 2014 tersebut melibatkan koalisi pimpinan Arab Saudi di pihak pemerintah dan kubu Houthi yang didukung Iran.
Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi mengungsi ke Arab Saudi selepas Houthi menduduki ibu kota Yaman, Sana’a, pada 2015. Sementara Perdana Menteri Yaman Khaled Bahah dan mantan PM Yaman Ahmed Obeid bin Daghr mencoba memindahkan pemerintahan harian Yaman ke Aden. Bank Sentral Yaman, yang disokong Arab Saudi dengan dana miliaran dollar AS, juga pindah ke Aden yang pernah menjadi ibu kota Yaman Selatan sampai 1990.
Yaman Selatan bergabung dengan Yaman Utara pada 1990 dan Presiden Yaman Utara periode 1978-1990 Ali Abdullah Saleh menjadi presiden republik persatuan itu sampai 2012. Saleh turun jabatan di tengah Musim Semi Arab.
Meski secara resmi tidak berkuasa, ia masih memelihara milisi yang kuat. Milisi itu pernah menyokong Houthi di tengah perang saudara Yaman. Belakangan, Saleh menarik dukungan sehingga milisinya baku tembak dengan Houthi di Sana’a pada Desember 2017. Saleh tewas dalam insiden itu dan sebagian milisinya bergabung dengan pemerintah.
Namun, Wakil Presiden Yaman Ali Mohsen al-Ahmar tidak suka dengan milisi Saleh yang merupakan Presiden Yaman Utara pada 1978-1990 dan presiden seluruh Yaman 1990-2012 setelah Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu pada 1990. Orang-orang selatan juga tidak suka dengan Saleh yang dinilai mendiskriminasi mereka kala berkuasa.
Di sisi lain, UEA juga tidak nyaman dengan milisi Al-Ahmar yang didominasi kader dan penyokong Ikhwanul Muslimin (IM). Arab Saudi dan UEA, serta sejumlah negara Arab lain, menetapkan IM sebagai organisasi teror. Ketidaksukaan UEA pada milisi Al-Ahmar memicu dukungan negara itu kepada milisi di Yaman Selatan yang belakangan bergabung dalam STC. Akibatnya, ada tiga kubu utama dalam perang saudara di Yaman selama hampir 2,5 tahun terakhir. (AP/REUTERS)