Jadi Corong Beijing, Empat Media China Diperlakukan seperti Kedutaan Asing
Kebijakan ini ditujukan kepada China Central Television, China News Service, ”People\'s Daily”, dan ”Global Times”; kebijakan yang merefleksikan status keempat media itu sebagai ”media propaganda”.
Oleh
Adithya Ramadhan
·3 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA —Amerika Serikat akan memberlakukan empat media massa China sebagai kedutaan besar asing dan menuduh keempatnya sebagai corong Beijing, Senin (22/6/2020) waktu setempat. Kebijakan ini akan memperburuk hubungan AS dan China yang selama ini selalu bertentangan.
Diplomat senior AS untuk Asia Timur, David Stilwell, menyampaikan, kebijakan ini ditujukan kepada China Central Television, China News Service, People’s Daily, dan Global Times. Kebijakan tersebut merefleksikan status keempat media itu sebagai ”media propaganda” di bawah kendali Partai Komunis China.
”Partai Komunis China tidak hanya melakukan kontrol operasional kepada lembaga propaganda ini, tetapi juga kendali penuh atas isi berita,” kata David melalui telekonferensi bersama para wartawan.
David juga menyebutkan, kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi aktivitas jurnalistik oleh media asing. AS masih berkomitmen untuk menghormati kebebasan pers.
Kedutaan Besar China di Washington tidak merespons ketika dimintai tanggapan sikap Pemerintah AS ini.
”Ini adalah keputusan yang sangat absurd,” tulis Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin di Twitter, menanggapi keputusan AS tersebut. ”Hubungan AS-China begitu tegang sehingga media yang berorientasi bisnis, seperti Global Times, terdampak. Sangat disesalkan.”
Media Global Times diterbitkan oleh People’s Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China.
Rencana pemberlakuan empat media China sebagai kedutaan asing itu pertama kali dilaporkan Reuters, awal bulan ini.
Hubungan AS-China berada di titik terendahnya tahun ini ketika Presiden AS Donald Trump bersikap keras terhadap China menjelang Pemilu Presiden AS pada 3 November 2020. Kedua raksasa ekonomi itu juga berselisih soal pandemi Covid-19 dan bagaimana China memberlakukan Hong Kong.
Pada Februari lalu, Departemen Luar Negeri memberlakukan lima media China sebagai kedutaan besar asing sehingga media tersebut diharuskan melaporkan semua personel mereka, termasuk siapa pemiliknya.
Pada Maret lalu, Washington juga menyatakan akan memangkas jumlah wartawan yang diizinkan bekerja pada media China di AS dari 160 menjadi 100 orang karena selama ini Beijing melakukan ”intimidasi dan pelecehan terhadap jurnalis”.
Sebagai balasannya, China mengusir puluhan koresponden New York Times, Wall Street Journal News Corp, dan Washington Post.
Selama jumpa pers soal media China itu, David dan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, menolak menjawab pertanyaan wartawan Reuters tentang bagaimana sekutu AS di Asia bereaksi terhadap memoar mantan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton. Mereka mengatakan bahwa jumpa pers itu tidak membahas soal memoar Bolton.
Ortagus kemudian meminta pengeras suara wartawan Reuters untuk dimatikan. Bahkan, David mengatakan bahwa dirinya terlalu sibuk untuk memperhatikan memoar Bolton.
Buku yang ditulis Bolton, yang cuplikannya sudah beredar luas, menyebutkan bagaimana Trump meminta bantuan Presiden China Xi Jinping untuk memenangi pemilu presiden keduanya serta detail pertemuan Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, termasuk bagaimana pertemuan puncak kedua peimimpin itu di Vietnam berakhir berantakan.
Trump telah menyebut Bolton sakit hati dan pembohong. (REUTERS)