Pembatasan dan karantina yang kembali diterapkan di area positif Covid-19 oleh beberapa negara Eropa, seperti Jerman dan Belanda, mendapat reaksi warga.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
GOETTINGEN, MINGGU — Sejumlah aparat kepolisian terluka saat bentrok dengan penghuni apartemen di kota Goettingen, Jerman, yang sedang menjalani karantina terkait pandemi Covid-19, Minggu (21/6/2020). Gesekan antara warga dan polisi berawal ketika sekelompok penghuni apartemen itu coba membuka pembatas besi yang digunakan untuk mencegah warga keluar dari apartemen yang berpenghuni 700 orang itu, Sabtu lalu.
Kepala Kepolisian Goettingen Uwe Luehrig mengatakan, warga melempari polisi dengan batu, botol, dan kayu. Apartemen itu segera ditutup dan warganya dikarantina, Kamis lalu, setelah ditemukan ada dua warga yang positif Covid-19. Satu hari kemudian, 120 warga juga diketahui positif setelah menjalani tes.
Sejak pemerintah mencabut kebijakan karantina, Mei lalu, Goettingen termasuk salah satu dari beberapa kluster wilayah yang memiliki banyak kasus positif Covid-19. Kluster yang lain adalah rumah jagal di Distrik North Rhine Westphalia, Guetersloh. Sekitar 1.300 pekerja dari 7.000 total jumlah pekerja ditemukan positif Covid-19.
Melihat banyaknya kasus di rumah jagal, Pemerintah Jerman, Mei lalu, melarang penggunaan subkontraktor dalam industri daging. Hal ini dilakukan untuk menahan praktik perusahaan yang memakai perantara untuk memasok pekerja asing. Meski Jerman relatif berhasil menangani badai wabah virus korona lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa, kasus penularan dari rumah jagal ini mengganjal upaya Jerman memulihkan perekonomiannya.
Setelah itu semua rumah jagal diperiksa dan diketahui beberapa di antaranya positif Covid-19. Bukan hanya Jerman yang kemudian gencar menangani rumah jagal, melainkan Perancis pun melakukannya. Bahkan, rumah pekerja rumah jagal yang mayoritas berasal dari Romania atau Bulgaria pun dilacak dan dikarantina.
Unjuk rasa
Frustrasi yang sama juga dirasakan masyarakat Belanda yang turun ke jalan memprotes kebijakan karantina pemerintah. Puluhan orang bentrok dengan polisi karena tidak mau dibubarkan. Warga memprotes semua kebijakan pemerintah terkait pandemi Covid-19, termasuk aturan menjaga jarak fisik dengan orang lain minimal sejauh 1,5 meter.
Kantor berita nasional ANP menyebutkan, pemerintah setempat membubarkan massa itu bukan hanya karena alasan pandemi, melainkan untuk mencegah gejolak kekerasan yang lebih parah. Polisi mendapatkan informasi bahwa pendukung sepak bola ikut dalam unjuk rasa itu. Aksi unjuk rasa yang awalnya damai berakhir dengan bentrokan karena ada sekelompok fans klub sepak bola yang bergesekan dengan polisi antihuru-hara lalu melempari polisi dengan batu dan botol. Sedikitnya 400 orang ditahan.
Sebenarnya kebijakan karantina Belanda tidak seketat aturan yang diberlakukan di negara-negara lain di Eropa. Tidak ada aturan harus tinggal di rumah saja. Restoran, bioskop, kafe, dan museum pun sudah boleh buka kembali tanggal 1 Juni mendatang. Meski demikian, aturan menjaga jarak fisik akan tetap diberlakukan. Jumlah kasus positif Covid-19 di Belanda sekitar 49.593 kasus dan 6.090 orang tewas. (AFP)