Bagi India dan China, Lebih Aman Mempertahankan ”Status Quo”
Banyak pihak tidak yakin konflik India-China akan membesar. Hubungan kedua negara kian erat. Perdagangan bilateral mereka meningkat 67 kali antara tahun 1988 dan 2012. China juga rekan dagang terbesar India.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Bentrokan tentara China dan India di daerah perbatasan Lembah Galwan, Ladakh, Himalaya, hingga menewaskan 20 tentara India mengagetkan karena tentara kedua negara itu bahkan tak pernah menembakkan senjata sejak 1975. Bentrokan, Senin (15/6/2020) malam, itu terjadi saat mereka ”hanya” bersenjatakan batu dan tongkat. Kedua pihak saling menyalahkan atas insiden itu dan saling klaim sebagai pemilik Lembah Galwan, tempat terpencil dari bentangan 3.380 kilometer Garis Kontrol Aktual.
India menuding China memicu perselisihan karena membangun infrastruktur di wilayah sengketa. Sebaliknya, China tidak merasa salah karena berkeyakinan Lembah Galwan masuk wilayah China berdasarkan Garis Kontrol Aktual di bagian barat perbatasan China-India. Garis Kontrol Aktual adalah batas yang ditetapkan menyusul perang India-China tahun 1962 yang berakhir dengan gencatan senjata.
Awal Mei lalu, China memindahkan 6.000 personel Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) ke empat lokasi di Ladakh, tiga lokasi di Lembah Galwan, dan satu lokasi di Danau Pangong. Tidak mau kecolongan, India juga menambah tentara di sepanjang Garis Kontrol Aktual. Sejak itu, hubungan kedua negara berkekuatan nuklir itu kembali panas.
Kekuatan ekonomi dan militer India memang tidak sebesar China. Namun, jika terkait dengan China, India bisa mengandalkan bantuan Amerika Serikat, rival utama China. Muncul kekhawatiran, perselisihan meluas. Namun, banyak pihak tidak yakin konflik ini akan membesar. Apalagi, pola perilaku China di perbatasan itu mirip perilakunya di Laut China Selatan sehingga bisa diduga ke mana arahnya.
Direktur Pusat Reischauer untuk Studi Asia Timur, John Hopkins University, yang juga pakar diplomasi Asia Timur, Kent E Calder, menilai perilaku agresif ekspansionisme China di banyak wilayah sudah terbaca. Seperti di Laut China Selatan yang ribut dengan Malaysia dan Vietnam. Akhir-akhir ini, kata Calder, perilaku China terlihat kian agresif. Dimulai dari rencana Undang-Undang Keamanan Nasional untuk Hong Kong. Belum selesai urusan Hong Kong, China sudah bersinggungan lagi dengan Taiwan yang menawarkan bantuan menampung warga Hong Kong yang membelot dari China.
Berbagai persoalan yang melibatkan China barangkali tak terlepas dari tekanan krisis pandemi Covid-19 yang berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Sejumlah negara, antara lain AS dan Australia, menuntut China diselidiki. China merasa terpojok, lalu marah kepada AS dan Australia yang kemudian berdampak buruk pada hubungan kerja sama perdagangan mereka. Pemerintahan Presiden China Xi Jinping meyakinkan rakyatnya bahwa China akan tetap kuat meski kondisi ekonomi goyah akibat Covid-19.
Karena perekonomian China yang goyah itu, kecil kemungkinan China akan mampu menangani konflik bersenjata berbiaya besar dengan negara lain, seperti dengan India. Perselisihan atau gesekan dengan pihak lain bisa jadi hanya untuk membangkitkan nasionalisme rakyat China dan menunjukkan kepada dunia bahwa China masih kuat.
Mantan penasihat keamanan nasional India dan mantan Duta Besar India untuk China, Shivshankar Menon, kepada BBC, meyakini itu setelah melihat perilaku China di Laut Kuning, sikap pada Taiwan, tekanan pada Hong Kong, konflik perbatasan dengan India, dan perang dagang dengan Australia.
Guru Besar Studi Keamanan di Institut Teknologi Massachusetts, AS, Vipin Narang, juga tak yakin konflik China-India akan semakin parah mengingat hubungan kedua negara kian erat. Perdagangan bilateral kedua negara meningkat 67 kali antara tahun 1988 dan 2012. China juga rekan dagang terbesar India. Mahasiswa India pun banyak yang kuliah di China. Adapun di sektor pertahanan keamanan, kedua negara kerap latihan militer bersama. Berbagai faktor ini yang diyakini akan bisa memaksa China dan India untuk tidak memperparah situasi keamanan atau setidaknya mempertahankan status quo.