Sejumlah pengamat menilai tekanan yang dilakukan Korea Utara terkait dengan sejumlah keinginan Pyongyang yang tidak terpenuhi.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, RABU — Muncul dugaan Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea di kawasan industri bersama, Kaesong, hanya untuk memprovokasi agar mendapatkan konsesi dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. Presiden Korsel Moon Jae-in pada awalnya memfasilitasi dialog antara Korut dan AS. Namun, Korut menyalahkan Moon karena tidak kunjung berhasil membujuk AS untuk melonggarkan sanksi ekonomi yang mendera Korut.
Hubungan kedua Korea dingin selama berbulan-bulan setelah pertemuan antara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump gagal.
”Korut kecewa dengan Moon dan mau mengakhiri hubungan antar-Korea. Ini pesan untuk Trump agar dialog dimulai lagi atau cabut sanksi ekonominya seperti yang dituntut selama ini,” kata Kim Keun-sik, Guru Besar Ilmu Politik di Kyungnam University, Changwon, Korsel, Rabu (17/6/2020).
Itulah yang diyakini menjadi alasan utama Korut menghancurkan kantor penghubung itu. Namun, yang dimunculkan ke publik, Korut marah karena selebaran anti-Pyongyang dari para pembelot. ”Ini siklus provokasi yang sudah direncanakan. Pyongyang sengaja merusak hubungan antar-Korea untuk menekan komunitas internasional agar ada konsesi. Tekanan kepada Korsel itu strategi, bukan taktik,” kata ahli Korut dari Ewha University, Leif-Eric Easley.
Strategi Korut itu direncanakan dengan rapi. Bahkan Korut gencar mengeluarkan beragam peringatan dari berbagai pihak seperti dari Kim, kementerian, dan militer. Lagi pula, para pengamat meyakini peledakan kantor penghubung itu—yang berada di wilayah Korut—hanya simbol. Kantor yang berada di Kaesong itu sudah tidak dipakai selama berbulan-bulan.
Zona Industri Kaesong dulu dimanfaatkan banyak perusahaan Korsel yang mempekerjakan tenaga kerja dari Korut. Namun, Kaesong kemudian ditutup oleh Korsel. Memulai lagi kerja sama ekonomi antar-korea kemungkinan bisa melanggar sanksi internasional yang dijatuhkan kepada Korut. Kondisi itu akan membatasi manuver Moon yang berusaha menjaga perdamaian kedua negara dengan mengupayakan dialog Korut-AS.
Menahan diri
Korsel tidak mau memulai konflik dengan Korut dan berusaha membuat situasi tidak semakin tegang. Korsel mengumumkan akan melarang penyebaran selebaran anti-Pyongyang. Korsel menyadari ini akan mencederai kebebasan berkumpul dan berbicara di Korsel yang demokratis. Para kritikus menilai sikap Korsel yang cenderung memenuhi permintaan Korut itu justru hanya akan membuat Korut semakin berulah.
Di sisi lain, peledakan kantor penghubung memantik kekhawatiran AS. Korut pernah memperingatkan AS agar tidak ikut campur dalam urusan kedua Korea jika tidak mau ada gangguan dalam pemilihan presiden AS, November mendatang. ”Korut mengirim pesan kepada AS, kalau AS masih saja bersikap keras, Korut akan bisa melakukan hal yang sama,” kata Direktur Divisi Korut di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional, Hong Min.
Namun, Kim Keun-sik tidak yakin Korut akan senekad itu. Korut menyadari kali ini taktiknya pada Korsel dan AS tidak akan berhasil. ”Kalau Korut putus asa butuh mengubah status quo, ia harus mengubah perhitungannya. Alih-alih mengharapkan AS yang melakukan,” ujarnya. (AFP/LUK)