Kritisi Penanganan Covid-19 di Mesir, Seorang Jurnalis Senior Ditahan
Sejak 2014, ketika Abdel Fattah el-Sisi mulai memegang kekuasaan di Mesir, pemerintahannya telah menahan 28 jurnalis dengan berbagai tuduhan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
KAIRO, RABU — Pemerintah Mesir kembali mencoba membungkam media dan para jurnalis dengan menahan jurnalis senior Mohammad Monir (65), Senin (16/6/2020) waktu setempat. Monir dituduh menyebarkan berita palsu, memiliki kaitan dengan kelompok teroris, dan penyalahgunaan media sosial.
Monir merupakan jurnalis ke-6 di sepanjang tahun 2020 ini yang dijebloskan ke penjara oleh Pemerintah Mesir. Sejak 2014, ketika Abdel Fattah el-Sisi mulai memegang kekuasaan di Mesir, pemerintah telah menahan 28 jurnalis dengan berbagai tuduhan.
Menurut keterangan pihak keluarga, Monir dibawa polisi berpakaian sipil dari apartemennya di kawasan Giza, Kairo, Senin pagi. Sepanjang akhir pekan, menurut keluarga, polisi telah berupaya menahan Monir dengan mendatangi apartemennya.
Monir mengetahui hal itu karena dia bisa mengakses kamera pengawas di rumahnya dari jarak jauh. Bahkan, dia mengunggah rekaman kamera pengawas di rumahnya ke laman media sosialnya, Facebook, yang menunjukkan sejumlah perwira polisi bersenjata lengkap menerobos ke dalam rumahnya dan berupaya menahannya. Namun, hari itu, dia tidak berada di lokasi.
Pengacara Monir, Nabel El-Ganadi, mengatakan hal itu setelah penangkapan Monir muncul di pengadilan setempat. Jaksa keamanan negara memerintahkan penahanan Monir selama 15 hari ke depan dengan tuduhan yang menurut El Ganadi mengada-ada, mulai dari penyebarluasan berita palsu, penyalahgunaan media sosial, hingga terlibat dengan aktivitas kelompok teror yang dilarang oleh Pemerintah Mesir.
Monir adalah jurnalis senior yang sudah malang melintang di sejumlah perusahaan pers Mesir. Dia adalah mantan wakil editor surat kabar pro-pemerintah Al Youm Al Sabae.
Sekarang, dia adalah pemimpin redaksi surat kabar Al-Diyar. Selain itu, dia juga menulis untuk beberapa perusahaan media lain di luar Mesir dan sering diundang sejumlah stasiun televisi lokal dan asing.
Beberapa hari sebelum ditangkap, Monir tampil di stasiun televisi Qatar, Al Jazeera, dan berbicara mengenai penanganan pandemi Covid-19 di Mesir. Namun, El Ganadi tidak berkomentar panjang soal penampilan Monir di Al Jazeera, stasiun televisi yang dilarang bersiaran di Mesir oleh rezim Sisi.
Presiden Mohamed Morsi, pada 2013, di tengah-tengah gejolak politik dan tekanan massa terhadap pemerintahannya yang baru berusia satu tahun, menutup jaringan stasiun televisi Al Jazeera dan menahan banyak jurnalis stasiun itu.
Pemerintah Mesir menuding AL Jazeera menjadi rumah dan menjadikan platform medianya untuk ”musuh-musuh politik negara”, khususnya kelompok Moslem Brotherhood yang dilarang di Mesir.
Kementerian Dalam Negeri Mesir tidak menanggapi permintaan komentar atas kasus tersebut.
Pembungkaman
Penangkapan Monir mendapat kecaman tajam dari kelompok advokasi pers global Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ) serta serikat jurnalis Mesir.
Penangkapan, penahanan jurnalis yang terus berulang membuat Mesir menjadi salah satu negara yang paling buruk soal kebebasan pers selain China dan Turki. Sebelum Monir, jurnalis investigasi Lina Attalah sempat ditahan. Attalah dilepaskan setelah membayar uang jaminan.
”Pemerintah Mesir harus segera dan tanpa syarat membebaskan wartawan Mohamed Monir serta membatalkan tuduhan tidak berdasar ini,” kata Sherif Mansour, Koordinator Program Timur Tengah dan Afrika Utara Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ).
”Monir sudah dalam kondisi kesehatan yang buruk, dan untuk menahannya menunggu persidangan selama pandemi sangat kejam,” kata Mansour.
Para pegiat hak asasi manusia berulang kali mengingatkan Pemerintah Mesir memanfaatkan situasi dan penanganan pandemi Covid-19 untuk menutup tindakan represif mereka, tidak hanya terhadap jurnalis, tetapi juga warga negara biasa, yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap respons negara. Hal ini terbukti dengan penahanan seorang dokter yang kritis terhadap respons pemerintah itu.
Serikat jurnalis Mesir menyerukan pertemuan darurat untuk membahas pengekangan dan pembungkaman kebebasan pers yang semakin menjadi-jadi oleh Pemerintah Mesir. Monir sendiri adalah anggota keempat serikat wartawan yang ditahan oleh pemerintah.
Mohammed Saad Abdel Hafiz, salah satu pemimpin di dalam serikat jurnalis Mesir, menulis di laman Facebooknya, pemerintah tahu persis bahwa mereka yang ditangkap dan ditahan tidak memiliki hubungan apa pun dengan tudingan yang didakwakan kepadanya. Tujuan Pemerintah Mesir adalah menyebarkan rasa takut untuk berbicara, untuk mengungkapkan pendapat.
”Membungkam semua orang dan menyebarkan ketakutan adalah tujuan mereka. Tidak hanya jurnalis, tetapi juga semua orang yang mengungkapkan pendapatnya atau mereka yang memiliki pemahaman yang berbeda dengan penguasa negeri ini,” katanya. (AP/AFP)