Penyelundup Minta Uang Jaminan kepada Keluarga Pengungsi Rohingya
Ratusan warga etnis Rohingya terdampar selama berbulan-bulan di kawasan perairan di Asia Tenggara. Hal ini terjadi setelah sejumlah negara menyegel perbatasan mereka untuk memblokir penyebaran Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
COX’S BAZAR, SENIN — Nasib warga Rohingya nyaris tidak pernah lepas dari kenestapaan. Mereka dipinggirkan di Myanmar, terusir ke Bangladesh, dan hidup di kamp-kamp pengungsi yang kumuh. Saat mencoba mencari peruntungan ke negara-negara lain, nasibnya tak menjadi lebih baik, bahkan sebagian dari mereka menjadi mangsa jaringan perdagangan dan penyelundupan manusia.
Mengutip keterangan keluarga dan staf lembaga bantuan, kantor berita Reuters, Senin (15/6/2020), memberitakan, jaringan penyelundup manusia yang menahan sejumlah pengungsi Rohingya meminta jaminan uang dari keluarga para pengungsi itu. Saat ini, pengungsi Rohingya itu ”ditahan” di dalam sejumlah perahu yang berada di kawasan perairan Asia Tenggara.
Selama keluarga mereka tidak dapat menyediakan dan menyetor dana yang diminta, para pengungsi itu tidak akan didaratkan dan nasib mereka makin tidak menentu.
Saat ini, diperkirakan ada ratusan pengungsi Rohingya terkatung-katung di perairan Andaman dan Selat Malaka. Penutupan perbatasan oleh sejumlah negara untuk mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 membuat mereka tidak dapat mendarat.
Kepada kantor berita Reuters, tiga orang yang mengaku sebagai kerabat pengungsi yang saat ini terkatung-katung di laut mengatakan, para penyelundup telah meminta uang agar kerabat mereka dapat dibebaskan.
”Sebelumnya, ada kesepakatan, jika mereka dapat mencapai Malaysia, mereka akan mengambil uang itu, tetapi mereka memintanya sekarang,” kata Mohammed Ayas. Ia mengaku, saudara lelakinya yang berusia 16 tahun meninggalkan kamp pengungsi di Bangladesh pada bulan Februari. Sejak itu, keluarga tidak mendengar kabar dari saudara mereka.
Musha, warga Rohingya lain yang keluarganya juga berada di kapal, mengatakan, para penghubung yang bekerja untuk para penyelundup itu meminta agar keluarga pengungsi membayar 2.800 dollar AS. Saat ini, ada dua kerabat perempuan Musha berada di kapal penyelundup. Mereka meninggalkan Bangladesh pada Februari lalu.
Musha mengatakan, uang jaminan itu diminta dikirimkan melalui mobile banking kepada para penyelundup yang diduga berada di Malaysia. Dia mengatakan, keluarga mereka telah membayar sejumlah itu. Ironisnya mereka tetap tidak tahu nasib kedua gadis remaja itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengungsi Rohingya nekad mengarungi lautan dengan kapal untuk mencapai Malaysia, Thailand, atau Indonesia. Mereka mencari harapan hidup baru setelah bertahun-tahun hidup di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh atau di Myanmar.
Tak jarang, kapal yang mereka tumpangi tenggelam dan menewaskan banyak pengungsi. Selain itu, keterbatasan perbekalan juga membuat ratusan pengungsi yang memadati sebuah kapal membuat mereka rawan kelaparan.
Pekan lalu, pihak berwenang di Malaysia menahan 269 warga etnis Rohingya yang merapat ke pantai negara itu. Human Rights Watch mengatakan, sekitar 70 persen dari para penumpang kapal itu sakit dan terlalu lemah untuk berjalan.
Kamp penyelundup
Salah satu kelompok advokasi hak asasi manusia (HAM) untuk Rohingya, Proyek Arakan, mengungkapkan, setidaknya ada satu kapal berisi warga Rohingya masih terkatung-katung di lautan. Lokasinya tidak diketahui saat ini.
”Kapal ini telah berubah menjadi kamp penyelundup lepas pantai,” kata Chris Lewa, Direktur Proyek Arakan. Para pengungsi yang saat ini tertahan di kapal, disebutnya sebagai sandera.
Seorang pejabat kepolisian laut Thailand mengatakan, kapal itu tidak berada di perairan Thailand, tetapi diketahui tengah mencari perbekalan dari kapal penangkap ikan. Seorang perwira polisi Thailand, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan, tiga kapal pengangkut ratusan pengungsi Rohingya berada di dekat Koh Adang, sebuah pulau milik Thailand. Pulau itu tak jauh dari perbatasan dengan Malaysia. Pihak Thailand mengatakan, kapal itu berada di kawasan perairan yang masuk dalam wilayah Malaysia.
Para pejabat Malaysia, termasuk aparat penegakan maritim negara itu, tidak memberi komentar atas informasi tersebut. Media lokal di Malaysia disebutkan telah melaporkan bahwa pihak penjaga pantai Malaysia, pekan lalu, mengusir sebuah kapal yang diperkirakan mengangkut 300 pengungsi Rohingya.