Nasib kawasan akan ditentukan oleh kedua negara yang secara teknis masih dalam keadaan perang itu. Moon berjanji akan terus mencari terobosan untuk situasi di kawasan.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Presiden Korea Selatan Moon Jae-in meminta Korea Utara tidak menghentikan upaya perdamaian. Janji kedua negara lewat Deklarasi Bersama Dua Korea harus diterapkan.
Moon menyampaikan hal itu di sela-sela peringatan 20 tahun Deklarasi Bersama Dua Korea, Senin (15/6/2020), di Seoul. ”Arah kedua Korea harus bersama amat jelas. Kita tidak seharusnya menghentikan hubungan antar-Korea, yang telah melewati kesulitan jangka panjang dan krisis karena perang,” ujarnya.
Deklarasi yang dimaksud Moon adalah pernyataan bersama Presiden Korsel Kim Dae-jung dan Pemimpin Korut Kim Jong Il pada 15 Juni 2000. Deklarasi itu memungkinkan antara lain warga kedua Korea yang terpaksa terpisah karena Perang Korea 1950 bisa bertemu lagi. Deklarasi itu juga membahas penyatuan kedua Korea.
Peringatan dua dasawarsa deklarasi itu dilakukan kala Seoul-Pyongyang kembali menegang. Pekan lalu, Pyongyang memutus semua jalur komunikasi dengan Seoul. Pyongyang marah karena menilai Seoul membiarkan para pembelot Korut di Korsel terus menyebarkan kampanye yang menjelekkan Korut. Bahkan, Pyongyang mengumumkan akan menggunakan opsi militer jika Seoul terus membiarkan para pembelot itu.
”Jangan biarkan janji perdamaian Semenanjung Korea, yang saya dan Ketua Kim Jong Un buat di hadapan 80 juta orang Korea, berbalik,” ujar Moon.
Nasib kawasan akan ditentukan oleh kedua negara yang secara teknis masih dalam keadaan perang itu. Moon berjanji akan terus mencari terobosan untuk situasi di kawasan. ”Bukan masanya menunggu keadaan membaik,” ujarnya.
Ia mendorong parlemen Korsel menyetujui kesepakatan kedua Korea. Ratifikasi kesepakatan itu bisa meningkatkan hubungan kedua Korea.
Kantor berita Yonhap melaporkan, Wakil Menteri Penyatuan Korea Suh Ho akan berkunjung ke perbatasan Korsel-Korut pada Rabu-Kamis ini. Ia akan memantau persiapan aparat Korsel mencegah para pembelot Korut mengirimkan propaganda anti-Korut melalui perbatasan kedua negara.
”Lawatan ini sejalan dengan sikap pemerintah bahwa selebaran-selebaran itu meningkatkan ketegangan di Selatan dan Utara serta membahayakan kehidupan dan keselamatan penduduk di perbatasan,” demikian pernyataan resmi Kementerian Penyatuan Korea, lembaga Korsel yang mengurus upaya perdamaian dan penyatuan kedua Korea.
Militer Korsel juga meningkatkan pemantauan terhadap Korut. ”Kami memantau lekat pergerakan militer Korea Utara dan mempertahankan kesiagaan. Sampai sekarang belum ada kejadian yang memerlukan penjelasan lebih lanjut,” kata juru bicara Kepala Staf Gabungan Korsel, Kolonel Kim Jun-rak, sebagaimana dikutip Yonhap.
Seoul mengerahkan intelijen darat, udara, dan laut untuk memantau Pyongyang. Militer Korsel diminta siaga penuh atas segala kemungkinan sejak pekan lalu. Menteri Pertahanan Korsel Jeong Kyeong-doo mengungkap, Seoul telah meningkatkan kemampuan untuk menangkal semua ancaman.
Korsel antara lain membeli jet tempur generasi lima F-35A dan pesawat nirawak Global Hawk. Pesawat-pesawat itu bagian dari upaya Seoul menghadapi ancaman dari luar. ”Untuk menanggapi dan menghadapi ancaman rudal dan nuklir Korut yang terus berkembang, militer kami akan terus membangun semua langkah penggentar berdasarkan persekutuan Korsel-Amerika Serikat yang kokoh,” ujarnya.
Para pejabat pertahanan Korsel dilaporkan menggelar rapat darurat setelah Korut mengancam mengerahkan militernya. Juru bicara Kepresidenan Korsel, Kang Min-seok, menyebut pertemuan pada Minggu (14/6/2020) itu diikuti sejumlah menteri dan pejabat pertahanan. (AFP/REUTERS)