Kluster Pasar Xinfadi di Beijing Semakin Mengkhawatirkan
Seiring dengan tes massal Covid-19 di pasar Xinfadi, Beijing, China, jumlah kasus positif pun bertambah. Penelusuran kasus yang masif perlu dilakukan untuk mencegah kian meluasnya Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Munculnya kluster penularan baru Covid-19 di pasar Xinfadi yang menjual bahan makanan di Beijing, China, kian mengkhawatirkan. Pada Selasa (16/6/2020), otoritas kesehatan China melaporkan 27 kasus baru dari kluster tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia mendorong dilakukannya pelacakan kasus yang massif.
Dengan penambahan 27 kasus baru itu, total kasus Covid-19 yang muncul di pasar Xinfadi dan sekitarnya dalam lima hari terakhir berjumlah 106 kasus. Otoritas setempat pun menutup lebih dari 20 kawasan permukiman dan melakukan tes terhadap puluhan ribu warga. Lebih dari 8.000 pegawai pasar telah menjalani tes dan dikirim ke fasilitas karantina.
Semua gedung olahraga, tempat hiburan, dan sejumlah sekolah juga ditutup sejak Senin (15/6/2020). Beberapa kota yang berdekatan dengan Beijing pun memberlakukan karantina bagi warga yang memiliki riwayat perjalanan ke Beijing.
Komisi Kesehatan Nasional China juga melaporkan empat kasus lokal di Provinsi Hebei dan satu kasus di Provinsi Sichuan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, dengan luas wilayah dan konektivitas yang dimiliki Beijing, kluster baru ini membuat khawatir.
”Seperti kita lihat di banyak negara, munculnya kluster baru, terutama jika sumbernya tidak diketahui, selalu menjadi kekhawatiran,” kata Direktur Program Kedaruratan WHO Mike Ryan. ”Tapi yang selanjutnya biasa kita lihat adalah respons cepat dan tindakan komprehensif untuk mengatasinya, dan itulah yang otoritas China lakukan.”
Para pejabat China mengatakan, semua kasus Covid-19 baru yang teridentifikasi terkait dengan pasar Xinfadi. Pasar itu telah dikunjungi 200.000 orang sejak 30 Mei 2020.
Sebelum kluster penularan di pasar Xinfadi muncul, sebagian besar kasus Covid-19 baru di China terkendali. Mayoritas kasus merupakan kasus impor yang dibawa warga China yang baru pulang dari luar negeri. Pada Selasa (16/6/2020), kasus impor bertambah delapan kasus.
Terkait informasi di koran milik pemerintah yang menyatakan bahwa virus korona di pasar Xinfadi ditemukan pada talenan yang dipakai untuk menangani ikan salmon impor, Mike berkomentar, penyelidikan perlu dilakukan. Namun, ia tidak yakin bahwa virus dibawa oleh ikan salmon impor.
Hal itu senada dengan para ahli yang menyebutkan bahwa virus di ikan salmon kemungkinan merupakan hasil dari kontaminasi silang.
China yang merupakan importir besar boga laut dan daging telah menghentikan pembelian salmon dari penyuplainya di Eropa karena khawatir bisa menyebarkan virus korona.
Mike mengatakan, WHO memantau dengan serius perkembangan kluster pasar Xinfadi dan menawarkan bantuan teknis kepada China serta terus menjalin komunikasi yang intens dengan otoritas di Beijing.
Mike ”sangat berharap” China mau memublikasikan urutan genetik virus korona dari pasar Xinfadi seperti yang pernah China lakukan ketika penyakit ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, akhir 2019. Berdasarkan data genetikanya, diduga, virus korona di pasar ini berasal dari Eropa.
Sikap WHO terhadap bagaimana China menangani kluster baru di Beijing ini kemungkinan besar akan diawasi saksama oleh Amerika Serikat yang telah menyebut badan dunia itu ”terlalu China sentris” dan menuntut penyelidikan asal virus korona di China. (AFP/REUTERS)