Gelombang Kedua Korona di China Jadi Perhatian Pasar Keuangan
Ekuitas global telah turun tajam sejak akhir pekan lalu karena kekhawatiran tentang ekonomi AS dan konfirmasi klaster baru Covid-19 di Beijing. Gelombang kedua Covid-19 bisa menghambat pemulihan ekonomi global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Jumlah penambahan kasus baru positif Covid-19 di Beijing, China, menjadi perhatian para pelaku pasar keuangan. Gelombang kedua Covid-19 dikhawatirkan dapat memperlama proses pemulihan ekonomi China dan negara-negara lain yang selama ini berhubungan dagang dengan negara itu.
Ekuitas global telah turun tajam sejak akhir pekan lalu karena kekhawatiran tentang ekonomi AS dan konfirmasi klaster baru Covid-19 di Beijing. Namun, pembelian surat utang korporasi dan data yang menunjukkan bahwa infeksi baru di Beijing sejauh ini terkendali telah membantu ekuitas dengan cepat berbalik arah dan bergerak lebih tinggi, Selasa (16/6/2020).
”Ekuitas telah jenuh beli dan terkoreksi lebih rendah, tetapi indeks S&P 500 naik karena sentimen The Fed,” kata Shane Oliver, Kepala Strategi Investasi dan Kepala Ekonom di AMP Capital Investors di Sydney.
Oliver memperkirakan pasar saham akan terus naik lebih tinggi selama ekonomi terus dibuka kembali dan selama jumlah kasus Covid-19 tidak cukup besar. Sentimen di Asia mendapat dorongan kenaikan lebih lanjut setelah pejabat kesehatan China mengatakan ada 27 kasus positif Covid-19 di Beijing. Dari sisi jumlah, angka itu turun dari sebelumnya 36 kasus positif.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 2,2 persen, kenaikan satu hari terbesar sejak 1 Juni. Indeks pasar saham Australia naik 3,0 persen, sedangkan indeks saham di China naik 1,2 persen. Indeks saham Nikkei Jepang dan indeks KOSPI di Korea Selatan juga berada di jalur kenaikan harian terbesar dalam dua bulan.
Saham berjangka AS, S&P 500 e-minis, naik 0,98 persen menyusul kenaikan di Wall Street pada akhir peragangan, Senin (15/6/2020). Adapun imbal hasil surat utang AS naik. Hal ini setelah otoritas The Fed mengatakan akan mulai membeli surat utang korporasi pada hari Selasa di pasar sekunder. Langkah The Fed itu merupakan salah satu dari beberapa fasilitas darurat yang diluncurkan setelah pandemi Covid-19.
Di pasar mata uang, nilai tukar dollar Australia naik 0,31 persen menjadi setara dengan 0,6942 dollar AS. Dollar Australia kerap kali diperdagangkan sebagai pembanding risiko karena kedekatan Australia dengan ekonomi China dan komoditas global. Adapun nilai tukar yen sedikit berubah pada 107,32 per dollar AS sebelum pertemuan Bank of Japan yang berakhir, Selasa ini.
Tidak ada langkah kebijakan utama yang diharapkan. Namun, beberapa investor akan fokus pada komentar tentang perdebatan global terkait pembatasan hasil surat utang pemerintah. The Fed pada hari Senin juga mengumumkan rincian programnya yang ditunggu-tunggu untuk meminjamkan dana langsung ke perusahaan.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah berjangka turun menghapus kenaikan sebelumnya. Pasar jatuh di tengah keraguan yang terus-menerus tentang apakah pengurangan pasokan akan cukup untuk mengurangi kelebihan minyak. Harga minyak mentah WTI turun 1,2 persen menjadi di level 36,68 dollar AS per barel. Adapun harga minyak mentah Brent turun 1,2 persen ke level 39,23 dollar AS per barel. (REUTERS)