Kondisi ketidakpastian masih mewarnai Semenanjung Korea. Korea Selatan menggelar pertemuan darurat hanya beberapa jam setelah Korea Utara mengancam menghancurkan kantor penghubung kedua negara di Korut.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·2 menit baca
SEOUL, MINGGU — Ketidakpastian masih mewarnai Semenanjung Korea. Korea Selatan menggelar pertemuan darurat pada Minggu (14/6/2020) dan mendesak Korea Utara mematuhi kesepakatan perjanjian rekonsiliasi kedua negara. Pernyataan Seoul itu dikeluarkan hanya beberapa jam setelah Pyongyang mengancam akan menghancurkan kantor penghubung kedua negara dan mengambil langkah militer.
Direktur Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong menggelar telekonferensi darurat dengan para menteri terkait dan sejumlah jenderal pada Minggu pagi. Mereka membahas situasi terkini di Semenanjung Korea dan langkah-langkah pemerintah yang mungkin diambil. Demikian dinyatakan Gedung Biru.
Kementerian Unifikasi, yang menangani hubungan dengan Korut, mengatakan, kedua Korea harus berusaha mematuhi semua perjanjian yang telah mereka capai. Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan secara terpisah, pihaknya memantau dengan cermat militer Korut sekaligus menjaga kesiapan militernya. Kedua kementerian itu menggambarkan Korsel berada dalam kondisi kewaspadaan tinggi.
Pyongyang
Sebelumnya, Sabtu malam, Kim Yo Jong, adik perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, memperingatkan, Pyongyang akan menghancurkan kantor penghubung unifikasi Korea. Yo Jong menyebut dengan frasa Seoul akan segera menyaksikan pemandangan tragis dan keruntuhan atas kantor yang tidak berguna.
Kim Yo Jong juga mengatakan akan menyerahkan sepenuhnya pada militer Korut hak untuk mengambil langkah pembalasan selanjutnya terhadap Korsel.
Korut sebelumnya menangguhkan komunikasi dengan Korsel dan mengancam akan membatalkan perjanjian 2018. Perjanjian itu membuat Korut menghentikan latihan menembak, mencabut ranjau-ranjau darat, dan menghancurkan pos jaga di garis depan.
Kemarahan Pyongyang diduga dipicu oleh kegagalan Seoul mencegah pembelot asal Korut menyebar pamflet melintasi perbatasan kedua negara.
Frustrasi
Namun, beberapa ahli menduga, Korut sangat frustrasi karena Korsel belum banyak melakukan sesuatu untuk menghidupkan kembali proyek-proyek ekonomi bersama yang menguntungkan keduanya. Frustrasi itu diduga muncul karena mandeknya pembicaraan nuklir Korut-AS.
Salah satu langkah Kim Jong Un pasca-kemandekan itu adalah mendorong Korsel melanjutkan operasi dua proyek besar antar-Korea. Kedua proyek itu adalah pengembangan kompleks industri dan situs pariwisata di Korut. Namun, Korsel terhambat sanksi Barat atas Pyongyang.
Spekulasi lain adalah Pyongyang tengah berupaya mengatasi tekanan ekonomi setelah perbatasan dengan China—mitra dagang terbesar Korut— ditutup menyusul merebaknya Covid-19. (AP/AFP)