Polisi Atlanta Rilis Video Penembakan Warga Kulit Hitam Amerika
Polisi Atlanta merilis rekaman video penembakan yang menewaskan Rayshard Brooks, warga kulit hitam, seiring dengan pemecatan dua polisi setempat. Langkah itu diharapkan dapat meredam gelombang kerusuhan baru.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
ATLANTA, MINGGU — Kepolisian Atlanta, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat, Minggu (14/6/2020) waktu setempat, merilis rekaman-rekaman video terkait insiden penembakan yang menewaskan Rayshard Brooks (27), seorang warga kulit hitam Amerika. Langkah itu diharapkan dapat membantu meredakan protes anti-rasisme yang lebih besar atas tewasnya Brooks.
Polisi merilis rekaman video itu seiring dengan pemecatan seorang anggota kepolisian setempat, Garrett Rolfe, dan memindahtugaskan seorang anggota lainnya, Devin Brosnan, ke bagian administrasi. Keduanya adalah anggota kepolisian dengan pangkat perwira.
Sehari sebelumnya, Kepala Polisi Atlanta Erika Shields mengundurkan diri dari jabatannya, hanya beberapa jam setelah insiden penembakan Brooks, Jumat (12/6/2020) malam. Pengunduran diri Shields itu diumumkan Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms.
”Saya tidak percaya bahwa ini adalah suatu penggunaan kekuatan mematikan yang dapat dibenarkan,” kata Bottoms.
Sekitar 150 pengunjuk rasa berkumpul di sekitar restoran Wendy’s di luar tempat Brooks ditembak, Sabtu (13/6/2020) malam.
Mereka menyalakan kembali bara aksi demonstrasi yang melanda sebagian besar Georgia hampir tiga pekan terakhir, terkait kematian Floyd, seorang pria kulit hitam Afrika-Amerika. Floyd tewas setelah seorang polisi kulit putih di Minneapolis, Minnesota, menekan lehernya dengan satu lutut.
Restoran Wendy’s dilaporkan terbakar pada satu titik akibat aksi unjuk rasa itu pada Sabtu. Namun, api itu langsung dapat dipadamkan sebelum tengah malam.
Polisi Atlanta mengatakan, Minggu waktu setempat, 36 orang telah ditangkap sehubungan dengan protes itu, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Sebuah peringatan darurat telah diumumkan di luar restoran itu pada Minggu pagi.
Transparansi hari ini adalah permainan bola yang sangat berbeda. Itu yang diharapkan masyarakat. Kita harus selalu terbuka tentang yang baik dan yang buruk. Bukan hanya yang baik. Saya pikir itu benar-benar membangun kepercayaan, termasuk ketika kita terbuka tentang hal yang buruk juga.
Rilis cepat video penembakan Rolfe ke publik bisa jauh mengurangi ketegangan di kota, kata Andy Harvey, seorang veteran penegak hukum AS. Harvey saat ini menjadi kepala polisi di Ennis, Texas. Ia adalah penulis buku-buku dan kurikulum pelatihan tentang pendekatan kepolisian pada masyarakat.
”Transparansi hari ini adalah permainan bola yang sangat berbeda. Itu yang diharapkan masyarakat. Kita harus selalu terbuka tentang yang baik dan yang buruk. Bukan hanya yang baik. Saya pikir itu benar-benar membangun kepercayaan, termasuk ketika kita terbuka tentang hal yang buruk juga,” kata Harvey.
Cedric Alexander, mantan direktur keselamatan publik di Dekalb County, Georgia, yang sekarang bekerja sebagai konsultan polisi, mengatakan, kasus penembakan Rolfe itu tidak diragukan lagi akan menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana para petugas meredakan situasi seperti itu di lapangan.
”Bisakah mereka memberinya tumpangan pulang, bisakah mereka memanggilkan Uber, dan membiarkannya tidur dari pada menangkapnya?” katanya, ketika publik menggugat apakah jika Rolfe adalah seorang pria kulit putih, dia akan memperoleh perlakuan berbeda. ”Apakah ada protokol lain yang bisa diambil oleh polisi?”
Di Washington DC dilaporkan, sekelompok pemimpin antaragama mengadakan doa bersama pada hari Minggu di luar Gereja St John di dekat Gedung Putih. Para pemimpin agama itu mewakili berbagai denominasi Kristen serta agama Yahudi, Muslim, Hindu, dan Sikh. Mereka berdoa dan juga berpidato di depan kerumunan di tepi Black Lives Matter Plaza.
Gerakan yang berlangsung dengan cepat untuk menjatuhkan patung dan monumen yang dinilai mengandung polarisasi lainnya di AS juga masih marak selama akhir pekan. Para pengunjuk rasa di New Orleans merobohkan patung seorang pemilik budak pada akhir pekan lalu. Patung itu lalu dibuang ke Sungai Mississippi.
Di Philadelphia, sekitar 100 orang yang beberapa di antaranya membawa senjata berkumpul di sekitar patung Christopher Columbus. Mereka mengatakan melindungi kawasan itu dari pengacau di tengah protes baru-baru ini.
”Langkahi mayat saya sebelum mereka sampai ke patung ini,” kata Anthony Ruggiero, salah satu warga, pada media setempat The Philadelphia Inquirer. ”Ini adalah bagian dari sejarah.”
Aksi di Eropa
Aksi unjuk rasa dengan seruan antirasisme juga berlangsung dan masih berlanjut di Eropa. Mereka menunjukkan solidaritas yang bergaung di AS sekaligus menghadapi bias di negara mereka sendiri. Aksi-aksi itu juga menimbulkan tantangan bagi kebijakan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus korona tipe baru penyebab Covid-19.
Di Milan, Italia, pengunjuk rasa menulis ”pemerkosa” dan ”rasis” dalam bahasa Italia di sebuah patung mendiang wartawan Italia yang mengakui memiliki pengantin berusia 12 tahun ketika ditempatkan di Eritrea, negara di Afrika yang adalah koloni Italia, pada tahun 1930-an.
Patung Indro Montanelli, di dalam taman Milan yang menyandang namanya, telah menjadi pusat protes dengan sentimen antiras di Italia.
Di Jerman, ribuan pengunjuk rasa di Berlin pada Minggu membentuk lautan manusia sepanjang 9 kilometer. Mereka juga mengeluarkan seruan menentang rasisme. Para demonstran dihubungkan oleh pita berwarna, membentuk apa yang oleh panitia disebut ”pita solidaritas”. Pita itu membentang dari Gerbang Brandenburg hingga kawasan Neukoelln.
Dari Moskwa, Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik protes anti-rasisme di AS karena memicu kekerasan massa. Namun, dia mengaku mendukung perjuangan warga kulit hitam Amerika untuk meraih kesetaraan. Hal itu disebutnya sebagai masalah lama di AS yang tidak kunjung diselesaikan.
Putin juga menggambarkan protes itu sebagai tanda ”krisis internal yang mendalam” di AS yang menghubungkan kerusuhan dengan pandemi Covid-19.
”Jika perjuangan itu untuk hak-hak dasar, hak-hak hukum, berubah menjadi kekacauan dan kerusuhan, saya melihat tidak ada yang baik bagi negara ini,” kata Putin dalam sebuah wawancara dengan televisi Rossiya-1. ”Kami tidak pernah mendukung hal seperti itu.” (AP/AFP/REUTERS)