Setelah mencatat penurunan kasus di sejumlah negara, Uni Eropa mulai melonggarkan pembatasan di perbatasan negara-negara anggotanya. Langkah itu diarahkan untuk menyelamatkan industri perjalanan dan pariwisata Eropa.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BRUSSELS, SENIN — Sejumlah negara Eropa berencana memulai pelonggaran kontrol perbatasan mulai Senin (15/6/2020). Langkah ini dilakukan untuk menyelamatkan industri perjalanan dan pariwisata Eropa yang babak belur akibat Covid-19.
Namun, tidak semua negara secara otomatis membuka perbatasannya. Sejumlah pemerintah provinsi atau pemerintah kota di beberapa negara Eropa memberlakukan prosedur ketat untuk menyaring para pelaju yang hilir mudik di kawasan Eropa. Negara-negara Uni Eropa hingga saat ini masih melarang turis asal Amerika Serikat, Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Komisioner Uni Eropa yang mengurusi masalah dalam negeri, Ylva Johansson, pada pekan lalu mendesak seluruh anggota Schengen mencabut kontrol perbatasan internal UE. Menurut dia, langkah itu akan membantu menyelamatkan perekonomian UE, khususnya dari sektor pariwisata, yang menyumbang sekitar 10 persen perekonomian UE.
Spanyol, salah satu negara Eropa yang paling terpukul Covid-19 disamping Italia, memutuskan membuka lokasi wisata Kepulauan Balearic untuk uji coba selama 10 hari bagi para pelancong Jerman. Uji coba itu telah berjalan sekitar empat hari, dimulai 11 Juni dan akan berakhir 21 Juni. Pemerintah Spanyol tidak mewajibkan karantina 14 hari bagi pelancong asal Jerman yang berkunjung ke sana.
”Program percontohan ini akan membantu kita belajar banyak, melihat apa yang akan terjadi beberapa bulan mendatang,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez. Dia menambahkan, sebagai negara tujuan wisata dunia, Spanyol ingin pengakuan bahwa daerahnya nyaman sekaligus aman, termasuk masalah kesehatan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Selain Spanyol, Jerman dan Polandia telah membuka perbatasannya Sabtu (13/6/2020) pagi. Pemerintah kota Goerlitz di Jerman dan tetangganya di Polandia, kota Zgorzelec, membuka gerbang yang membatasi kedua negara.
Pemerintah Jerman mencabut segala aturan pemeriksaan di perbatasannya. Bahkan, mereka membatalkan persyaratan bahwa pelaju atau pelancong yang hendak memasuki wilayah negara itu harus membawa surat bukti untuk meyakinkan petugas perbatasan bahwa mereka memiliki pekerjaan atau kepentingan lain yang membuat mereka dibolehkan memasuki wilayah Jerman.
Namun, untuk pelancong dari beberapa negara, seperti Norwegia, Spanyol, Finlandia, dan Swedia, aturan pembatasan perjalanan ini tetap diberlakukan karena infeksi virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, dinilai masih tinggi di negara-negara tersebut.
Kondisi yang sama juga diterapkan otoritas Ceko terhadap para pelaju atau pelancong dari Swedia. Mereka meminta para pelaju atau pelancong asal Swedia menunjukkan surat bukti bahwa mereka negatif Covid-19 dengan melampirkan surat tes kesehatan swab atau PCR. Kebijakan yang sama juga diterapkan warga asal Portugal dan Polandia.
Pemerintah Austria, Selasa (16/6/2020), membuka perbatasannya bagi pelaju dan pelancong beberapa negara Eropa, kecuali Spanyol, Portugal, Swedia, dan Inggris. Mereka juga memberi peringatan perjalanan bagi pelaju atau pelancong asal Lombardy, Italia, daerah terparah yang terdampak Covid-19.
Pemerintah Perancis meminta pelancong dan pelaju asal Inggris untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Hal yang sama juga dilakukan Pemerintah Inggris. Sementara Denmark memilih membuka perbatasannya bagi pelaju dan pelancong asal Jerman, Norwegia, dan Eslandia jika mereka bisa membuktikan akan tinggal setidaknya enam hari di negara itu.
Sementara Pemerintah Norwegia masih menutup perbatasannya dengan Swedia. ”Saya sadar bahwa hal ini menjadi kekecewaan besar. Namun, pembatasan didasarkan kriteria obyektif yang sama untuk semua orang. Jika kami membuka terlalu cepat, infeksi bisa tidak terkendali,” katanya.
Persyaratan
Johansson, dikutip dari laman resmi Urusan Dalam Negeri dan Migrasi Uni Eropa, mengatakan, pencabutan semua pemeriksaan internal di dalam wilayah Uni Eropa merupakan langkah yang harus ditempuh sebelum pencabutan secara keseluruhan larangan bepergian di seluruh wilayah pada 1 Juli mendatang. Dia mengatakan, perjalanan internasional adalah kunci untuk sektor pariwisata dan bisnis serta untuk menghubungkan kembali keluarga dan teman. ”Pada saat yang sama, kita harus tetap berhati-hati,” katanya.
Negara-negara anggota Uni Eropa, di dalam komunikasinya dengan sesama anggota, telah mengeluarkan daftar pemeriksaan yang bisa menjadi dasar bagi negara anggota untuk mencabut aturan pembatasan perjalanan. Ada beberapa hal yang disyaratkan, yaitu soal pencegahan penyebarluasan virus, mulai dari jumlah dan tren penyebaran virus serta tindakan yang dilakukan pemerintah dan otoritas dalam hal pengujian, pengawasan (surveillance), pelacakan warga (contact tracing), isolasi atau karantina (containment), perawatan, hingga pelaporan.
Selain itu, pemerintah negara asal juga harus memastikan bahwa sarana transportasi, mulai dari terminal, pelabuhan, hingga bandara, menerapkan protokol pencegahan di titik keberangkatan dan selama perjalanan, baik menggunakan jalur darat, laut, maupun udara.
Di Eropa, berdasarkan data Universitas John Hopkins, terdapat 182.000 warga yang meninggal akibat pandemi Covid-19. Sebanyak 2,04 juta dari 7,8 juta warga dunia yang terinfeksi virus ini tinggal di kawasan Eropa.
Sejumlah pemimpin pemerintahan, meski membuka perbatasan mereka, memilih menganjurkan warganya melancong di dalam negeri.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Kanselir Austria Sebastian Kurz memutuskan berlibur di tanah air mereka tahun ini. Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg kepada stasiun televisi QRF mengatakan, warga Austria tahu kondisi perbatasan ketika awal pandemi, yaitu terjadi antrean panjang dan perlu berhari-hari untuk memasuki wilayah suatu negara.
”Di Austria, Anda tahu bahwa Anda tidak harus melintasi perbatasan jika ingin pulang dan Anda tahu infrastruktur dan sistem kesehatan dengan baik.”
Sebelum krisis, rata-rata 3,5 juta orang menyeberangi perbatasan internal UE setiap hari, menurut laporan Parlemen Eropa tahun lalu, sekitar 1,7 juta orang bepergian untuk bekerja. (AFP/Reuters)