Afghanistan Deteksi Kasus Polio Baru di Luar Daerah Endemik
Pandemi Covid-19 telah mengganggu program imunisasi rutin. Akibatnya, kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi berpotensi meningkat, misalnya difteri, campak, dan juga polio.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
KABUL, SENIN — Afghanistan telah mendeteksi kasus polio di tiga provinsi yang sebelumnya dinyatakan bebas polio selama lima tahun setelah program imunisasi rutin terganggu akibat pandemi Covid-19.
Otoritas Afghanistan pun kini berjuang menghadapi meningkatnya kasus Covid-19 sambil mencegah agar polio tidak semakin meluas.
Juru bicara Program Eradikasi Polio Afghanistan, Jan Rasekh, Minggu (14/6/2020) waktu setempat, menyebutkan, kasus polio baru ditemukan di Provinsi Balkh, Herat, dan Badakhshan masing-masing satu kasus.
Meski secara umum kasus polio di Afghanistan pada tahun 2020 lebih sedikit, yakni 14 kasus, dibandingkan sepanjang tahun 2019 yang 26 kasus, hal ini tetap menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya, dalam lima tahun terakhir tiga provinsi tersebut merupakan daerah yang bebas polio.
”Kami telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mengendalikan penyebaran kasus polio,” kata Jan. ”Pandemi Covid-19 telah membuat polio menyebar di luar daerah endemiknya di selatan dan tenggara Afghanistan. Kini, polio mengancam seluruh warga di negara ini,” kata Jan.
Biasanya, dalam setahun, di Afghanistan terdapat program imunisasi polio hingga 10 kali. Namun, sebelum pandemi Covid-19 hanya ada dua program imunisasi polio yang dilaksanakan. Jan berharap program ini bisa dilanjutkan pada Juli 2020.
Taliban terus melarang otoritas untuk melakukan kampanye imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah yang dikuasainya. Padahal, ini merupakan cara paling efektif untuk memerangi polio.
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang kebanyakan menyerang anak balita. Virus polio umumnya ditularkan melalui jalur dari kotoran ke mulut atau dalam kasus yang lebih sedikit melalui minuman atau makanan yang terkontaminasi virus polio. Setelah masuk ke dalam usus manusia, virus akan bereplikasi dan menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan lumpuh.
Pertemuan Tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Assembly/ WHA) tahun 1988 mengadopsi resolusi eradikasi polio global. Sejak saat itu, kasus polio liar di dunia menurun lebih dari 99 persen, dari 350.000 kasus di lebih dari 125 negara endemik menjadi 175 kasus di tahun 2019.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), badan dunia untuk anak-anak Unicef, dan Gavi Alliance, menyatakan, ada sektiar 80 juta anak-anak di dunia yang berisiko terkena penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi seperti difteri, campak, dan polio akibat terganggunya program imunisasi oleh pandemi Covid-19.
Data memperlihatkan bahwa ”layanan imunisasi rutin secara substansial di setidaknya 68 negara terhambat dan akan berdampak kepada 80 juta anak berusia satu tahun ke bawah di negara-negara tersebut”, demikian pernyataan bersama WHO, Unicef, dan Gavi Alliance menjelang Global Vaccine Summit 4 Juni 2020.
Pembatasan perjalanan, tertundanya pengiriman vaksin, keengganan sejumlah orangtua membawa anaknya diimunisasi ke fasilitas kesehatan karena takut tertular Covid-19, serta kekurangan jumlah tenaga medis menjadi penghambat program imunisasi rutin.
”Kita tidak boleh membiarkan perjuangan melawan satu penyakit berdampak pada bertambahnya penyakit lain dalam jangka panjang,” kata Henrietta Fore, Direktur Eksekutif Unicef.
”Berbagai situasi mungkin membuat kita menunda beberapa program imunisasi, tapi program ini harus kembali dimulai segera atau kita berisiko menciptakan wabah mematikan lainnya,” tambah Henrietta.
Unicef juga menyatakan bahwa program eradikasi polio di puluhan negara tertunda dan kampanye vaksinasi campak di 27 negara juga ditunda selama pandemi.
Saat ini, hanya ada dua negara tersisa yang masih melaporkan adanya kasus polio liar, yakni Afghanistan dan Pakistan. Namun, kasus polio yang muncul dari mutasi virus pada vaksin polio (vaccine-derrived poliovirus) juga telah menyebabkan wabah di Afrika.
Itu sebabnya, Afghanistan mewajibkan imunisasi polio bagi warganya. Akan tetapi, ketidakpercayaan terhadap vaksin yang menyebar di masyarakat menjadi tantangan tersendiri.
Taliban dan tokoh agama sering kali menyampaikan kepada masyarakat bahwa vaksin adalah konspirasi Barat yang bertujuan memandulkan anak-anak Muslim dan meyakini bahwa program imunisasi dipakai untuk memata-matai aktivitas milisi. (AFP/REUTERS)