Pemerintah Afghanistan Tuding Taliban atas Kematian dan Luka-luka 422 Aparat
Lebih dari 400 personel keamanan Afghanistan terbunuh atau terluka sepekan terakhir. Pemerintah Afghanistan menuduh kelompok Taliban justru meningkatkan serangan di tengah harapan agar perundingan damai segera digelar.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
KABUL, MINGGU — Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengungkapkan, kelompok Taliban telah membunuh atau melukai lebih dari 400 personel keamanan Afghanistan selama sepekan terakhir. Pemerintah Afghanistan menuduh kelompok militan itu justru meningkatkan serangan di tengah harapan agar perundingan perdamaian bisa segera digelar.
Kekerasan telah menurun di sebagian besar wilayah Afghanistan sejak Taliban mengumumkan gencatan senjata tiga hari pada 24 Mei untuk menandai liburan Idul Fitri. Namun, para pejabat Pemerintah Afghanistan menuduh kelompok militan itu telah meningkatkan serangan dalam beberapa hari terakhir.
”Dalam satu minggu terakhir, Taliban melakukan 222 serangan terhadap pasukan keamanan Afghanistan, yang mengakibatkan kematian dan cedera 422 orang,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tareq Arian, pada konferensi pers di Kabul, Sabtu (13/6/2020).
Dia juga menuduh Taliban menarget para ulama dalam upaya untuk memberikan ”tekanan psikologis” pada Pemerintah Afghanistan. ”Serangan bom di masjid di Kabul dan sekitarnya menewaskan setidaknya dua imam shalat bulan ini adalah ulah para pemberontak,” kata Arian.
”Ini telah menjadi tujuan Taliban untuk menargetkan para ahli agama, terutama dalam dua pekan terakhir,” kata Arian sembari menuduh para militan sebagai ”kelompok payung yang menaungi jaringan teroris lainnya”.
Pada Jumat (12/6), empat orang—termasuk seorang imam shalat—tewas akibat ledakan di sebuah masjid di Kabul, yang terjadi di tengah shalat Jumat. Tidak ada kelompok yang mengklaim serangan itu. Serangan itu dilakukan hanya kurang dari dua pekan setelah serangan yang diklaim kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di sebuah masjid di tepi Zona Hijau Kabul yang dijaga ketat. Serangan itu menewaskan seorang tokoh agama terkemuka.
Kelompok Taliban mengecam keras kedua serangan tersebut. Namun, hal ini tidak mengurangi kadar tuduhan terhadap kelompok militan itu Setelah awalnya melaporkan penurunan kekerasan secara keseluruhan setelah gencatan senjata, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Afganistan, Javid Faisal, pada hari Minggu mengatakan bahwa serangan Taliban tidak berkurang. Sebaliknya, Taliban dinilai justru meningkatkan serangan di seluruh negeri itu.
Dewan Keamanan Nasional Afganistan menuding Taliban meningkatkan serangan di seluruh negeri.
Dewan Keamanan Nasional sehari sebelumnya juga menuduh kelompok Taliban. Kelompok itu dinilai telah membunuh 89 warga sipil dan melukai 150 lainnya dalam dua pekan terakhir. Tuduhan itu muncul setelah Pemerintah Afghanistan dan Taliban memberikan isyarat bahwa mereka semakin dekat untuk menggelar pembicaraan damai yang tertunda.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berjanji menyelesaikan pembebasan tahanan Taliban yang merupakan syarat utama untuk memulai negosiasi dengan kelompok militan itu guna mengakhiri perang yang sudah berlangsung hampir dua dekade.
Sebagian besar anggota Taliban berupaya menahan diri dari aksi-aksi serangan besar di kota-kota Afghanistan sejak Februari. Hal itu mereka lakukan setelah menandatangani kesepakatan dengan AS, yang dimaksudkan untuk membuka jalan bagi pembicaraan damai dengan Pemerintah Afghanistan.
Serangan di pos pemeriksaan
Tujuh polisi Afghanistan tewas ketika pos pemeriksaan mereka diserang di Afghanistan tengah. Otoritas keamanan negara menyalahkan Taliban atas serangan itu. Serangan tersebut terjadi pada Jumat (12/6/2020) malam di Distrik Pasaband di Provinsi Ghor, kata Fahruddin, kepala polisi distrik setempat.
”Mereka membunuh tujuh petugas polisi dan melukai satu orang. Satu polisi hilang,” katanya, seraya menambahkan bahwa para penyerang telah menyita senjata dan amunisi para polisi itu.
Serangan itu dikonfirmasi oleh Wakil Gubernur Ghor Habibullah Radmanish, yang juga menuduh Taliban berada di belakang aksi tersebut. Hingga Minggu, belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Serangan tersebut terjadi beberapa jam setelah empat orang tewas dalam ledakan di sebuah masjid di Kabul selama shalat Jumat.
Pertumpahan darah itu kembali terjadi justru ketika Taliban dan Pemerintah Afghanistan tampaknya bergerak lebih dekat ke arah negosiasi damai yang menjanjikan. Oleh karena itu, kekerasan-kekerasan yang terjadi beberapa waktu terakhir ini sangat disesalkan. Perundingan itu selalu tertunda. Padahal, perundingan ini diharapkan bisa segera digelar setelah kedua pihak menyelesaikan pertukaran pelepasan tahanan sebagai bagian dari upaya mengakhiri konflik di Afghanistan.
Gencatan senjata untuk menandai liburan Idul Fitri lalu memang telah diikuti oleh penurunan keseluruhan kekerasan di seluruh negeri. Namun, dengan adanya kekerasan demi kekerasan seusai gencatan senjata saat Idul Fitri, aparat pemerintahan di Kabul kembali menyalahkan Taliban atas sejumlah serangan dalam beberapa pekan terakhir.
”Pada saat pemerintah terus berupaya mewujudkan perdamaian, Taliban melanjutkan aksi kekerasan mereka terhadap rakyat Afghanistan selama Idul Fitri dan minggu-minggu setelahnya,” kata Javid Faisal, juru bicara Dewan Keamanan Nasional. (AFP)