Pandemi Tak Hentikan Perlombaan Senjata dan Unjuk Kekuatan Militer
Di tengah pandemi Covid-19, persaingan negara-negara dalam belanja senjata dan unjuk kekuatan militer di Afrika Utara tetap berjalan. Mesir dan Maroko memborong berbagai senjata dan Turki menggelar latihan militer.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak menghentikan lomba belanja senjata dan unjuk kekuatan militer di kawasan itu. Perang saudara di Libya yang berlarut-larut dan ketegangan di Laut Tengah bagian timur terkait penemuan sumber gas yang melimpah di area itu menjadi salah satu faktor pemicu lomba belanja senjata dan unjuk kekuatan militer tersebut.
Mesir, seperti diberitakan harian Italia, La Repubblica, Sabtu (13/6/2020), berhasil mencapai transaksi pembelian senjata dari Italia senilai 11,2 miliar euro. Dari transaksi itu, Mesir membeli dua kapal perang fregat dari Italia senilai 1,2 miliar euro. Mesir juga membeli 24 pesawat latih militer M346, 24 pesawat tempur Eurofighter Typhoon, dan 20 perahu karet cepat senilai 10 miliar euro.
Mesir juga mencapai kesepakatan transaksi pembelian pesawat tempur pengebom Sukhoi-35 dari Rusia senilai 10 miliar euro. Bukan itu saja. Kairo mencapai kesepakatan transaksi pula untuk pembelian kapal fregat dan sejumlah pesawat tempur dari Perancis senilai 8 miliar euro, transaksi pembelian senjata dari AS senilai 2,5 miliar euro, dan transaksi pembelian senjata dari Jerman senilai 4,5 miliar euro.
Menurut harian Italia itu, sebagian besar belanja militer Mesir tersebut dibayar dengan hasil pinjaman lunak dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Mesir kini sedang mengalami hubungan tegang dengan Etiopia lantaran Bendungan En-Nahda (Kebangkitan) yang dibangun Etiopia. Pembangunan bendungan itu akan mengurangi jatah Mesir atas Sungai Nil yang merupakan sumber kehidupan utama bagi rakyat Mesir. Mesir sering mengisyaratkan akan menggunakan opsi militer melawan Etiopia jika gagal mencapai jalan kompromi soal isu Bendungan En-Nahda itu.
Mesir juga mengalami hubungan tegang dengan Turki terkait isu Libya. Mesir mendukung Jenderal Khalifa Haftar yang mengontrol wilayah Libya timur, sedangkan Turki membantu Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) pimpinan PM Fayez al-Sarraj yang mengontrol Libya barat.
Selain Mesir, seperti diberitakan harian Al-Quds al Arabi, Sabtu (13/6/2020), Maroko berhasil mencapai kesepakatan transaksi pembelian senjata dengan Perancis senilai 200 juta euro. Kementerian Pertahanan Maroko dan perusahaan Perancis, Nexter, menandatangani kesepakatan tersebut dengan rincian 170 juta euro untuk pembelian sistem anti serangan udara MICA-VL dan 30 juta euro untuk membeli peluru.
Maroko dikenal sebagai pembeli pelanggan senjata buatan Perancis. Selama periode 2008-2018, Maroko telah memberi senjata dari Perancis senilai 1,8 miliar euro, di antaranya pembelian kapal perang Fregat FREMM senilai 470 juta euro. Maroko juga mencapai kesepakatam membeli sistem antiserangan udara jarak pendek M-109A6 dari Amerika Serikat (AS) yang memiliki jangkauan tembak sejauh 24 km.
Pada saat Mesir dan Maroko gencar membeli senjata, seperti diberitakan laman media Inggris, Middle East Eye, Sabtu (13/6/2020), Turki menggelar latihan militer besar-besaran di perairan internasional di lepas pantai Libya. Latihan militer Turki ini digelar selama delapan jam pada Kamis (11/6/2020), melibatkan 17 pesawat tempur F-16, pesawat angkut militer C-130, dan delapan kapal perang fregat.
Menurut media Inggris itu, Turki sedang mempertimbangkan menjadikan Pelabuhan Misrata—sekitar 200 kilometer timur kota Tripoli—dan pangkalan udara militer Al-Watiya—sekitar 140 kilometer barat daya kota Tripoli—sebagai pangkalan laut Turki non-permanen.