Lonjakan Tertinggi Kasus dalam 2 Bulan di China, Pasar Jadi Kluster Penularan Baru
Melonggarkan kebijakan pembatasan bukan tanpa risiko. Di sejumlah negara yang sudah melakukan ini muncul puluhan kasus Covid-19 baru. Seperti terjadi di Beijing, China, pasar menjadi salah satu kluster penularan baru.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, MINGGU — Untuk pertama kalinya dalam dua bulan terakhir China melaporkan penambahan kasus harian Covid-19 terbanyak, yaitu 57 kasus. Komisi Kesehatan Nasional melaporkan, dari jumlah itu, 38 di antaranya merupakan penularan lokal. Temuan ini muncul setelah tes massal yang dilakukan di Pasar Xinfadi, tenggara Beijing.
Dari 38 kasus lokal tersebut, 36 kasus berada di Beijing. Keseluruhan dari 36 kasus itu berasal dari Pasar Xinfadi, yang menjadi kluster penularan baru. Pasar grosir makanan terbesar tempat penularan lokal itu kini telah ditutup. Kasus baru Covid-19 ini merupakan kasus pertama di Beijing setelah 50 hari tidak ada penambahan kasus baru.
Dua kasus penularan lokal lainnya berasal dari Provinsi Liaoning. Namun, otoritas kesehatan di Liaoning menyebutkan bahwa dua kasus ini pun terkait dengan kasus di Beijing.
Pasar Xinfadi di Distrik Fenghai di bagian tenggara Beijing ditutup pada Sabtu (13/6/2020). Sebelas area permukiman di sekitarnya juga ditutup setelah muncul puluhan kasus baru Covid-19 di sana. Polisi memasang pagar pembatas untuk menutup jalan yang mengarah pada kompleks apartemen itu.
Wabah Covid-19 di China secara umum sudah terkendali setelah otoritas setempat menutup banyak wilayahnya selama beberapa bulan. Namun, munculnya puluhan kasus baru tersebut menjadi bukti bahwa virus korona bisa kembali lagi ketika berbagai kebijakan pembatasan dilonggarkan.
China telah melonggarkan sebagian besar kebijakan pengendalian pandeminya setelah Partai Komunis yang berkuasa mendeklarasikan kemenangan atas virus korona pada Maret 2020.
Apa yang terjadi di China ini menjadi gambaran betapa negara-negara di dunia akan sulit mengendalikan Covid-19. Negara-negara Eropa yang bersiap membuka kembali perbatasannya menjelang liburan musim panas ini memiliki risiko yang sama seperti China.
Munculnya kasus Covid-19 di pasar bahan makanan ini memunculkan kekhawatiran lain, yaitu keamanan rantai pasokan makanan. Sejumlah pasar lain di Beijing juga akhirnya ditutup sementara.
Sebuah media milik pemerintah melaporkan bahwa virus korona di Pasar Xinfadi terdeteksi pada talenan yang dipakai untuk menangani salmon impor. Seluruh rantai pasokan pasar itu pun kemudian membuang seluruh pasokan salmonnya.
Seluruh daging diperiksa
”Orang-orang jadi takut,” kata seorang pedagang buah san sayuran di pasar lain di Beijing. ”Penjual daging diperintahkan tutup. Penyakit ini sungguh menakutkan,” kata seorang pedagang bermarga Sun, sambil menambahkan bahwa konsumen yang berbelanja pun kini berkurang.
Otoritas pengawas pasar di Beijing memerintahkan pemeriksaan keselamatan pangan yang luas di seluruh wilayah kota dengan fokus pada daging segar dan beku, produk peternakan dan perikanan di supermarket, dan layanan gudang serta katering.
Selain pasar dan kompleks permukiman, sembilan sekolah, termasuk taman kanak-kanak di sekitar pasar, juga ditutup. Rencana pengaktifan kembali sekolah dasar oleh otoritas pendidikan Beijing pun ditunda. Acara olahraga, kerumunan, dan pariwisata lintas provinsi juga dihentikan untuk mencegah gelombang infeksi kedua.
Di luar 37 kasus penularan baru yang muncul di China, terdapat juga 19 kasus impor dari pelancong yang bepergian dari luar negeri. Sebanyak 17 di antaranya tiba di Guangdong. Selain itu, China juga melaporkan sembilan kasus positif tanpa gejala dan satu terduga positif.
Sejauh ini, jumlah kasus Covid-19 di China total 83.132 kasus dan kasus meninggal tidak bertambah, yakni 4.634 kasus. China tidak memasukkan kasus positif tanpa gejala ke dalam data yang dilaporkan. Kasus ini merupakan mereka yang positif terinfeksi virus korona, tetapi tidak menunjukkan gejala.