Kasus Covid-19 Muncul Kembali, Sebagian Beijing Dikarantina
Warga di 11 kompleks perumahan di Fengtai pun dikarantina penuh karena berada dekat dengan pasar daging dan sayur Xinfadi, tempat ditemukan 6 kasus positif baru pertama gelombang kedua penyakit Covid.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
BEIJING, SABTU — Kasus positif Covid-19 muncul lagi di Beijing, China. Puluhan orang dinyatakan positif virus korona baru atau SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di Distrik Fengtai, Beijing selatan.
Warga di 11 kompleks perumahan di Fengtai pun dikarantina penuh karena berada dekat dengan pasar daging dan sayur Xinfadi, tempat ditemukan 6 kasus positif baru pertama gelombang kedua penyakit Covid.
Menurut penjelasan Komisi Kesehatan Nasional China, Sabtu (13/6/2020), sebagian besar dari enam infeksi domestik baru dikaitkan dengan pasar Xinfadi. Dari enam orang itu, tiga orang adalah pekerja di pasar Xinfadi, satu pengunjung pasar, dan dua lagi karyawan Pusat Penelitian Daging China, 7 kilometer jauhnya dari pasar tersebut.
Salah satu karyawan Pusat Penelitian Daging China telah mengunjungi pasar itu minggu lalu. Pasar Xinfadi langsung ditutup total. Ada juga pasar ikan laut Jingshen di distrik yang sama yang ditutup karena salah satu orang yang positif mengaku pernah datang ke pasar ikan laut sebelum pergi ke Xinfadi.
Pejabat Kesehatan Kota Beijing, Pang Xinghuo, juga mengatakan, ada 46 kasus asimptomatik (tanpa gejala) lainnya, yang dihitung terpisah, terdeteksi setelah pengujian massal terhadap hampir 2.000 pekerja di pasar itu, Jumat. Satu pekerja lainnya lagi, positif tanpa gejala, ditemukan di pasar petani Distrik Haidian, barat laut Beijing.
Semua mereka, kata Pang, berhubungan dengan satu kasus terkonfirmasi positif di Xinfadi. Tentu saja kemunculan kasus baru berpotensi memicu gelembung penyebaran yang lebih masif jika tidak dibuat pembatasan sosial yang baru.
Otoritas Beijing pun mengimbau warga Distrik Fengtai untuk tidak ada satu pun warga boleh keluar rumah sepekan ini. Kasus pertama dalam dua bulan terakhir di China ini kembali memicu kekhawatiran luas di masyarakat Beijing akan terjadinya gelombang kedua penularan domestik Covid-19.
Sejak kasus Covid-19 pertama muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Desember 2019, China sudah khawatir akan terjadi penularan domestik. Untuk mencegah penularan, China segera mengarantina seluruh Wuhan.
Kebijakan itu baru dicabut setelah jumlah kasus turun. Dalam beberapa bulan ini, mayoritas kasus positif Covid-19 di China ditemukan pada warga yang baru kembali dari luar negeri usai dites saat mereka tiba kampung halamannya.
Penanganan darurat
Otoritas Distrik Fengtai pun mengumumkan pemberlakuan ”mekanisme masa perang” dan ”pusat komando lapangan” untuk menangani pandemi gelombang kedua ini. Ada 9 sekolah dan taman kanak-kanak yang ditutup dan siswa kembali diminta untuk tetap tinggal di rumah. Seluruh kegiatan olahraga atau kegiatan apa pun di luar ruang, kembali dilarang.
Menurut keterangan pengelola pasar Xinfadi, virus dideteksi berada di papan-papan telenan yang dipakai untuk memotong ikan salmon impor. Itu sebabnya seluruh stok daging ayam, sapi, dan ikan diminta diperiksa. Supermarket besar menarik semua stok ikan salmon. Semua restoran untuk sementara pun tidak menghidangkan menu salmon.
Otoritas Beijing mengumumkan tes massal Covid-19 bagi siapa pun yang pernah ke Xinfadi sejak 30 Maret. Pada Jumat lalu, mereka telah mengetes lebih dari 5.000 penjual di pasar serta supermarket dan menemukan puluhan kasus positif yang datang dari Xinfadi.
Amerika Selatan
Sementara banyak negara mulai melonggarkan bahkan mencabut kebijakan karantina, wilayah Amerika Latin masih kewalahan menangani wabah korona. Sejak akhir tahun lalu, pandemi ini telah menewaskan 425.000 orang di seluruh dunia dan menulari 7,6 juta penduduk dunia.
Kementerian Kesehatan Brasil mencatat 909 orang tewas hanya dalam waktu 24 jam sehingga total korban tewas mencapai 41.828 orang.
”Sejumlah wilayah Brasil kritis dan ruang gawat darurat di rumah sakit sudah hampir penuh,” kata Direktur Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan.
Direktur WHO Tedros Adhanom memperingatkan pandemi Covid-19 belum berakhir sehingga semua negara diminta untuk tetap waspada dan siap siaga. Bukan hanya Brasil saja yang dalam satu harinya kasusnya melonjak tinggi. Di Amerika Serikat, sejauh ini sudah ada 114.000 orang yang tewas.
”Penting untuk diingat, situasinya sangat tidak bisa diperkirakan. Yang jelas, pandemi ini belum berakhir,” kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS Robert Redfield.
Namun, untuk kepentingan pemulihan ekonomi, Presiden AS Donald Trump dan banyak negara lain, termasuk Indonesia, mencabut kebijakan karantinanya. AS bersikukuh mencabut karantina karena tingkat pengangguran melonjak tinggi gara-gara pandemi dan karantina. Sedikitnya 44,2 juta orang sejak pertengahan Maret lalu mengajukan bantuan untuk pengangguran.
Negara-negara di Eropa juga ancang-ancang mencabut karantina dan membuka kembali pintu-pintu perbatasannya dengan negara lain. Perancis akan membuka perbatasannya dengan negara-negara non visa Schengen secara bertahap mulai bulan depan.
Jerman juga dikabarkan akan menghentikan pemeriksaan perbatasan darat, Senin mendatang. Adapun Yunani akan menyambut hangat kembali wisatawan meski memang masih ada pengecualian wisatawan dari Inggris.
Warga Italia, Spanyol, dan Belanja juga masih harus menjalani tes terlebih dahulu sebelum masuk ke Yunani.
Pertanggungjawaban
Selain bersiap membuka diri, sejumlah negara di Eropa juga mulai sibuk mencari kambing hitam. Di Italia, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menghadapi tuntutan hukum karena penanganan pemerintah terhadap pandemi yang dinilai tak becus dan tidak cepat.
Wilayah Lombardy menggugat kenapa pemerintah tidak segera mengarantina ”zona-zona merah” lebih awal. Di Provinsi Bergamo, juga ada 50 keluarga korban Covid-19 yang menggugat pemerintah.
”Silakan saja kalau mau menyelidiki. Rakyat punya hak untuk tahu dan kami punya hak juga untuk menjawab,” kata Conte. (REUTERS/AFP/AP/CAL)