Simbol Penindasan Suku Maori di Selandia Baru Disingkirkan
Ada fenomena perobohan atau pembuangan lambang-lambang penjajahan dan perbudakan dari masa lalu. Fenomena itu bagian dari protes diskriminasi rasial yang meletus sejak kematian George Floyd.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
AUCHLAND, JUMAT — Warga Kota Hamilton, Selandia Baru, menyingkirkan patung Kapten John Fane Charles Hamilton, Jumat (13/6/2020). Pencopotan patung dari alun-alun kota itu sebagai simbol antirasialisme, pendudukan atau penjajahan, dan perbudakan oleh orang kulit putih di masa lalu.
Hamilton memimpin pasukan Angkatan Laut Inggris untuk memerangi suku Maori, penduduk asli Selandia Baru, pada abad ke-19. Sejak lama, perwakilan Maori keberatan dengan patung yang didirikan di alun-alun pusat kota.
Dewan Kota Hamilton mengatakan, perobohan itu bagian dari menyingkirkan simbol-simbol penindasan.
”Saya tahu banyak orang merasa bahwa patung itu sebagai serangan pribadi dan terhadap kebudayaan. Kita tidak bisa mengabaikan bahwa hal ini terjadi di seluruh dunia. Di masa kita harus membangun toleransi dan pemahaman, saya kira patung itu tidak membantu,” kata Wali Kota Hamilton Paula Southgate.
Tokoh suku Maori, Taitimu Maipi, menyebut Hamilton sebagai pembunuh. ”Kami tidak bisa menerima ia sebagai pahlawan karena dia monster yang memimpin pertempuran,” ujar Southgate.
Suku Maori menyambut baik perobohan patung itu. Kini, mereka mendorong nama kota dikembalikan sesuai nama asli dalam bahasa Maori, Kirkirioa.
Sementara itu, Dewan Kota Hamilton belum memutuskan apa yang akan dilakukan terhadap patung itu. Belum pula ada keputusan apakah akan ada patung penggganti.
Pencopotan patung dari dudukannya di alun-alun kota dikecam Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters. Perobohan itu disebutnya sebagai bentuk kebodohan yang menghambat generasi masa depan belajar dari kesalahan masa lalu.
”Mengapa beberapa orang Selandia Baru perlu meniru tindakan bodoh yang diimpor dari luar? Negara yang percaya diri tidak pernah menyingkirkan lambang sejarahnya, yang buruk atau yang baik maupun yang sudah ketinggalan zaman,” ujarnya.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern belum bersuara soal itu. Tahun lalu, ia memerintahkan sejarah pendudukan Inggris dipelajari di sekolah-sekolah Selandia Baru.
Di negara-negara, kini ada fenomena perobohan atau pembuangan lambang-lambang penjajahan dan perbudakan dari masa lalu. Fenomena itu bagian dari protes diskriminasi rasial yang meletus sejak kematian George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat.
Di AS, pengunjuk rasa merobohkan patung Christopher Columbus, pelaut Spanyol yang dicatat sebagai penemu Benua Amerika bagi orang-orang Eropa. Di Belgia, pengunjuk rasa merobohkan patung Raja Leopold II yang pernah memerintahkan pendudukan Kongo.
Pendudukan itu menghasilkan banyak kekayaan untuk Leopold dan Belgia. Walakin, banyak penduduk Kongo jadi korban kekejaman selama pendudukan itu. (AFP/REUTERS)