Beberapa Negara ASEAN Putuskan Pembatalan Pemberangkatan Haji
Pelaksanaan haji mensyaratkan kemampuan dalam arti mampu secara keuangan, kesehatan, dan keamanan. Tanpa kemampuan itu, tidak wajib berhaji.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, JUMAT — Raja Malaysia dan Sultan Brunei Darussalam setuju membatalkan pemberangkatan haji 2020. Keputusan itu membuat mayoritas Muslim di ASEAN tidak berhaji tahun ini dengan pertimbangan mencegah infeksi Covid-19.
Menteri Urusan Agama Malaysia Zulkifli Mohamad Al-Bakri mengumumkan pembatalan itu. Kebijakan itu telah disetujui Yang Dipertuan Agung XVI. ”Berdasarkan pengarahan Kementerian Kesehatan, Lembaga Tabung Haji, dan rapat Komite Muzakarah Khusus Dewan Nasional Urusan Islam pada 9 Juni 2020, keberangkatan haji 1441 H (tahun 2020) ditunda. Ini keputusan sulit karena kami tahu berangkat haji amat penting bagi Muslim,” ujarnya, Kamis (11/6/2020), di Kuala Lumpur, sebagaimana diberitakan media Malaysia seperti Bernama, The Star, FMT, dan The Edge.
Kuala Lumpur telah menginformasikan pembatalan itu kepada Duta Besar Arab Saudi untuk Malaysia Mahmoud Hussien Saeed Qattan. Pembatalan berlaku untuk semua warga Malaysia. Warga yang mendapat undangan langsung dari Riyadh pun tetap dilarang berangkat. Setiap tahun, Arab Saudi mengundang sejumlah warga asing untuk berhaji dengan seluruh biaya dan proses diurus oleh Riyadh.
Zulkifli mengatakan, agama mengajarkan untuk menghindari hal-hal yang mendatangkan bahaya. Sampai sekarang, belum ada vaksin Covid-19. ”Melaksanakan haji, rukun kelima Islam, sangat dekat dengan syarat kemampuan dalam arti mampu secara keuangan, kesehatan, dan keamanan. Tanpa kemampuan itu, tidak wajib berhaji,” ujarnya.
Menteri Agama Brunei Darussalam Awang Badaruddin Othman juga mengumumkan kerajaan itu membatalkan haji tahun ini. Pembatalan disetujui Raja Brunei Sultan Hassanal Bolkiah. Sultan setuju setelah mendengar rekomendasi dari pejabat soal bahaya berhaji di tengah penyebaran Covid-19. ”Pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman global dan penyebaran tidak akan berhenti dalam waktu dekat,” ujarnya.
Adapun dari Thailand, 5.700 dari 8.000 anggota calon jemaah haji 2020 telah membatalkan keberangkatannya. Sementara sisanya belum memutuskan untuk berangkat atau tidak.
Sebelumnya, Indonesia dan Singapura telah mengumumkan pembatalan pemberangkatan haji 2020 sebagai langkah mencegah infeksi Covid-19. Dengan kabar dari Kuala Lumpur, Bandar Seri Begawan, dan Bangkok, mayoritas Muslim di ASEAN dipastikan tidak berangkat haji tahun ini.
Sampai sekarang, Riyadh belum kunjung membuat keputusan terbaru soal haji. Keputusan terakhir diumumkan pada akhir Maret 2020. Kala itu, Arab Saudi meminta seluruh jemaah asing menunda persiapan keberangkatan haji 2020. Sampai sekarang, Riyadh belum kunjung membuka layanan pemberian visa calon jemaah haji. Padahal, dalam kondisi normal, jemaah harus mulai berada di Arab Saudi dua pekan lagi.
Ada dua skenario yang kini berkembang soal penyelenggaraan haji. Sumber di Arab Saudi dan Asia Selatan mengungkap, Riyadh hanya memberi kuota untuk 20 persen calon jemaah 2020. Skenario itu membuat 1,5 juta orang tidak bisa berangkat haji tahun ini. Skenario lain, sama sekali membatalkan haji 2020 dan melarang seluruh orang menunaikan haji. (AFP/REUTERS)