Sidang Majelis Umum PBB untuk Pertama Kali Akan Digelar secara Virtual
Dalam sidang virtual Majelis Umum PBB nanti, pidato para pemimpin negara anggota PBB direkam dahulu sebelum ditayangkan dalam sidang. Setiap negara hanya diperkenankan mengirimkan satu diplomatnya di New York.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini untuk pertama kalinya dalam sejarah akan diselenggarakan secara virtual. Hal ini diumumkan Presiden Majelis Umum PBB Tijjani Muhammad-Bande melalui surat kepada negara-negara anggota PBB, Rabu (10/6/2020) waktu New York atau Kamis dini hari WIB.
Sidang Majelis Umum PBB tahun ini dijadwalkan akan berlangsung pada 22-29 September 2020. Muhammad-Bande menyebutkan, pidato para pemimpin negara-negara anggota PBB akan direkam terlebih dahulu sebelum ditayangkan dalam sidang secara virtual.
”Saya memperkirakan, pembatasan dalam perjalanan internasional dan penyelenggaraan pertemuan orang dalam jumlah besar sebagai dampak pandemi virus korona (Covid-19) mungkin, dalam beberapa segi, masih akan terjadi pada September 2020,” tulis diplomat asal Nigeria itu.
Muhammad-Bande menambahkan, anggota PBB harus mengirimkan pidato yang diembargo selama hingga 15 menit oleh presiden, perdana menteri, menteri atau duta besar, lima hari sebelum sidang Majelis Umum dimulai. Sementara diplomat dari setiap negara anggota dapat menghadiri langsung sidang di Markas Besar PBB di New York, AS. Dalam sidang itu, pidato para pemimpin negara akan ditayangkan atau dibacakan dari podium.
Bulan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa kemungkinan para pemimpin dunia tidak bisa bertemu untuk bersidang pada September mendatang, seperti yang sudah direncanakan, akibat krisis kesehatan secara global. Majelis Umum merupakan forum kumpulan diplomatik terbesar di dunia, beragendakan ratusan acara atau pertemuan serta pertemuan-pertemuan bilateral atau multilateral para pemimpin dunia.
Belum pernah ditiadakan
Sejak PBB berdiri tahun 1945, belum pernah sidang Majelis Umum dibatalkan atau ditiadakan penyelenggaraannya. Namun, pertemuan forum itu pernah dua kali ditunda, yakni pada 2001 akibat serangan 11 September di AS dan pada 1964 akibat krisis keuangan.
Negara anggota PBB harus mengirimkan pidato yang diembargo selama hingga 15 menit, yang direkam dari presiden, perdana menteri, menteri atau duta besar, lima hari sebelum sidang Majelis Umum.
Hari Senin lalu, Muhammad-Bande telah mengumumkan bahwa para pemimpin dunia tidak akan ke New York untuk menghadiri sidang tahunan di Markas Besar PBB karena pandemi Covid-19.
”Para pemimpin dunia tidak bisa datang ke New York karena mereka tidak dapat datang hanya seorang diri. Seorang presiden tidak bepergian sendiri,” katanya. Sementara di tengah pandemi, tidak mungkin para pemimpin itu membawa rombongan besar ke New York.
PBB saat ini beranggotakan 193 negara. Tahun ini pertemuan multilateral di PBB seharusnya juga menandai peringatan ke-75 tahun berdirinya PBB. Bulan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres merekomendasikan agar sidang Majelis Umum PBB digelar dalam forum lebih kecil karena pandemi Covid-19.
Melalui suratnya kepada Majelis Umum, Guterres menyampaikan agar pidato para pemimpin negara disampaikan melalui tayangan pidato mereka yang telah direkam. Sidangnya sendiri hanya akan dihadiri satu perwakilan diplomat dari setiap negara anggota PBB yang berkantor di New York.
Muhammad-Bande menyebutkan, Senin lalu, bahwa mungkin sekitar 100 orang yang akan diperkenankan berada di ruang utama Majelis Umum PBB. Terkait perayaan 75 tahun berdirinya PBB, ia mengatakan, momen itu tidak dirayakan dalam satu kesempatan, tetapi digelar sepanjang tahun ini, dimulai pada 26 Juni mendatang, bertepatan dengan 75 tahun penandatanganan Piagam PBB di San Francisco, AS. Peringatan 75 tahun deklarasi politik tentang PBB, kata Muhammad-Bande, Senin lalu, juga tengah dibahas.
Sejak pandemi Covid-19 muncul di Wuhan, China, pada Desember 2019 dan kemudian menyebar ke hampir seluruh dunia, sejumlah pertemuan atau konferensi internasional digelar secara virtual. Terakhir, sidang tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei lalu juga diselenggarakan melalui konferensi video jarak jauh. Begitu pula pertemuan-pertemuan forum multilateral lainnya, seperti KTT G-10 dan KTT ASEAN.