Picu Kanker, Kosmetik Berbahan Talek Tak Lagi Diproduksi
Tiga perusahaan kecantikan ternama menghilangkan bahan talek dari produk mereka. Upaya itu dilakukan saat konsumen, regulator, dan produsen tengah mengkaji ulang talek dalam bedak badan dan kosmetik.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Tiga merek kosmetik terbesar di dunia, yakni Chanel, Revlon, dan L’Oreal, kini mulai tidak lagi menggunakan bahan talek (talc) dalam beberapa produknya. Talek merupakan mineral yang terbuat dari magnesium, silikon, dan oksigen serta mengandung asbestos atau asbes, yakni senyawa karsinogen yang dituding sebagai penyebab kanker.
Perusahaan kecantikan Chanel, misalnya, menghilangkan bahan talek dari produk bedak wajah. Mereka juga tidak memproduksi bedak badan lagi karena adanya persepsi negatif tentang talek.
Laporan itu terangkum dalam dokumen hasil sidang yang didapatkan kantor berita Reuters, Selasa (9/6/2020).
Selain Chanel, Revlon Inc juga tidak menggunakan talek lagi pada produk-produk perawatan tubuhnya. Bahkan, L’Oreal SA tengah mencari alternatif mineral lain yang bisa menggantikan talek.
Upaya ketiga kosmetik itu dilakukan saat konsumen, regulator, dan produsen tengah mengkaji ulang talek dalam bedak badan dan kosmetik. Talek yang terkadang ditemukan dalam batuan yang sama dengan asbes digunakan dalam ribuan produk kosmetik dan perawatan diri dan fungsinya menyerap kelembaban, mencegah kulit kering, dan menambah kelembutan.
Perubahan drastis produsen kosmetik ini bukan karena tanpa sebab. Ribuan tuntutan hukum kasus kanker melayang ke arah perusahaan bedak badan Johnson & Johnson (J&J). Dugaan asbes sebagai penyebab kanker mulai muncul tahun 2017. J&J tak sendirian. Tuntutan hukum yang sama juga menerjang Revlon, Chanel, dan Avon.
Investigatif
Karena dugaan itu, penelitian terhadap produk talek kian gencar. Apalagi setelah ada laporan investigatif Reuters pada 2018, yang mengungkapkan J&J sebenarnya sudah tahu sejak lama kalau ada asbes di dalam produk talek dan bedaknya. Namun, secara resmi, J&J membantah laporan Reuters itu dan menyatakan produk bedanya aman bebas dari asbes.
Namun, bulan lalu, J&J mengumumkan akan menghentikan penjualan bedak bayi mereka khusus untuk wilayah Amerika Serikat dan Kanada. Alasannya, karena faktor penjualan yang menurun dan publisitas yang negatif.
Pada Maret lalu, seorang perwakilan Chanel mengungkapkan, pada tahun 2017 Chanel menghentikan produksi bedak badan berbahan talek yang diberi wewangian khusus Chanel No. 5 yang terkenal dan dibuat sejak 1924.
Pernyataan itu tercatat dalam arsip yang disimpan pengadilan Los Angeles pada 2018. Pada sidang itu dilaporkan ada seorang perempuan California, AS, yang mengaku menderita kanker paru-paru (mesothelioma) karena menggunakan bedak berbahan asbes produksi Chanel dan J&J selama puluhan tahun.
Asbes merupakan penyebab mesothelioma, kanker langka yang tidak bisa disembuhkan di lapisan paru-paru dan organ lainnya. Perwakilan Chanel, Amy Wyatt, dalam pernyataan itu menyebutkan Chanel untuk pertama kalinya dituntut terkait bedak taleknya pada 2016. Ia membantah bedak Chanel mengandung asbes.
”Kami tahu betul produk itu aman. Kami mengikuti persepsi publik untuk menariknya dari pasar,” kata Wyatt.
Wyatt juga menyebutkan, Chanel telah menghilangkan talek dari produk bedak wajah. Chanel mengaku rutin memperbarui produk-produknya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berubah terus.
Chanel yang masih menggunakan talek untuk produk lain, termasuk bedak padat, perona pipi, dan perona mata. Namun, talek yang dipakai terpilih sesuai dengan kriteria kemurnian, memenuhi peraturan dunia terbaru, dan aman sesuai standar penggunaan talek untuk kosmetik.
Alternatif lain
Seorang juru bicara Revlon mengatakan, talek sudah tidak digunakan dalam produk-produk perawatan tubuh.
Sementara L’Oreal mengaku sedang mencari alternatif lain sebagai pengganti talek, tetapi sampai sekarang belum ketemu yang cocok.
Seperti halnya perusahaan yang lain, L’Oreal juga mengharuskan pemasoknya membuat pernyataan tahunan bahwa bedaknya bebas asbes dan harus dilakukan pengujian sendiri.
”Kami belum mendeteksi jejak asbes di salah satu bahan baku kami yang mengandung sekitar 20 persen talek,” kata juru bicara L’Oreal.
Selain ketiga perusahaan kosmetik raksasa itu, perusahaan perawatan diri lain juga menghentikan penjualan bedak talek. Seperti perusahaan Beiersdorf di Jerman yang mengganti bahan bedak bayi Nivea dengan tepung jagung pada 2018.
Bausch Health juga mengganti formula bedak Shower to Shower pada tahun 2018 untuk memenuhi tren dan keinginan pasar. Bukan untuk alasan kesehatan. Bausch yang terakhir kali menjual bedak talek pada Februari 2019 tercantum dalam daftar 165 tuntutan hukum.
Sanofi, pembuat bedak Gold Bond, menegaskan, pihaknya tetap menjaga keamanan bedak taleknya. ”Sanofi akan terus mengevaluasi produk-produknya sesuai kebutuhan konsumen,” kata juru bicara Sanofi.
Secara global, menurut Euromonitor International, konsumen diperkirakan membeli 139.350 ton talek tahun ini, turun 0,6 persen dari tahun lalu. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) saat menganalisis 52 produk kosmetik berbahan talek tahun lalu menemukan asbes di dalam sembilan produk, termasuk tiga produk yang dijual retailer Claire dan 1 botol produk bedak J&J. Semua produk telah ditarik.
Juru bicara dari Claire mengaku telah menghentikan produk yang menggunakan talek dan menggantikannya dengan mika. FDA menganalisis 50 sampel tahun ini dan akan mengeluarkan standar uji asbes.
Kementerian Kesehatan Kanada pada tahun 2018 menyimpulkan sementara bahwa bedak itu sendiri bisa menyebabkan masalah paru-paru jika dihirup dan kanker ovarium jika digunakan di daerah genital.
Keputusan akhir baru akan diumumkan tahun depan dan diperkirakan akan bisa melarang atau membatasi penggunaan talek pada produk tertentu di Kanada. (REUTERS)