Para Tahanan Taliban yang Dibebaskan Masih Ingin Kembali Berperang
Dunia tetap mengharapkan segera terwujudnya perundingan damai intra-Afghanistan, yang dapat mengakhiri sekitar dua dekade perang panjang Afghanistan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
KABUL, RABU — Stabilitas keamanan dan proses perdamaian di Afghanistan bisa berantakan jika dialog damai tidak benar-benar dijalankan dengan tulus oleh para pihak. Kekhawatiran mengenai prospek perdamaian di negara itu mencuat setelah para anggota kelompok Taliban yang baru dibebaskan dari penjara Pemerintah Afghanistan menyatakan siap kembali ke medan perang.
Walau demikian, dunia tetap mengharapkan terwujudnya perundingan damai yang akan mengakhiri perang Afghanistan yang telah berlangsung sekitar dua dekade itu. Perundingan damai diharapkan segera terwujud dengan ditandai gencatan senjata abadi demi kehidupan masyarakat Afghanistan lebih baik.
Otoritas Afghanistan telah membuka pintu penjara bagi ribuan napi Taliban. Itu dilakukan untuk menjamin Taliban agar bisa memulai perundingan damai dengan Kabul. Kekhawatiran muncul setelah pejuang Taliban yang baru dibebaskan justru menyatakan siap melanjutkan ”perang suci” mereka.
”Jika Amerika tidak mundur, kami akan melanjutkan jihad kami karena mereka telah membunuh banyak warga Afghanistan dalam operasi mereka,” kata Mohamed Daud, anggota Taliban, Selasa (9/6/2020). Daud baru dibebaskan dari penjara Bagram, di utara Kabul, bulan lalu.
”Kami tidak ingin ada pasukan asing di negara kami lagi,” katanya, seperti dilaporkan AFP, Rabu (10/6/2020). Ia mengenakan shalwar kameez, pakaian tradisonal khas Asia Selatan, sebelum naik taksi kembali ke desanya dengan ongkos uang tunai dari pemerintah senilai 65 dollar AS.
Pasukan AS menangkap Daud (28) di Provinsi Faryab, Afghanistan barat laut, sembilan tahun lalu. Kabul telah mempercepat rencana pembebasan 5.000 tahanan anggota Taliban, termasuk Daud, sebagai ”isyarat niat baik” setelah Taliban menyerukan gencatan senjata tiga hari saat liburan Idul Fitri lalu.
Seorang pejabat keamanan di Kabul mengatakan, para anggota Taliban yang baru dibebaskan dari tahanan memiliki kemampuan terlatih menjadi pengebom bunuh diri, pembuat rompi bunuh diri, penculik, dan bahkan menjadi pejuang asing di negara lain. Seperti diketahui, pembebasan para anggota Taliban itu merupakan bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok Taliban sebagai syarat dimulainya dialog damai intra-Afghanistan.
Sebelum dibebaskan, para napi angota Taliban telah diminta untuk menandatangani perjanjian bahwa mereka tidak akan mengangkat senjata lagi. Namun, komitmen seperti itu sebenarnya tidak berarti banyak.
Seorang komandan Taliban di Pakistan mengatakan, seharusnya ”tidak ada keraguan” bahwa orang-orang yang dibebaskan itu pada akhirnya akan dikerahkan ke garis depan medan pertempuran di Afghanistan. Menurut dia, perang suci sedang berlangsung dan akan berlanjut. ”Kecuali kami mencapai semacam kesepakatan dengan Pemerintah Kabul,” katanya.
Kemarahan pada AS
Beberapa anggota Taliban lain yang dibebaskan dari penjara-penjara Pemerintah Afghanistan mengatakan, mereka tetap marah pada pasukan AS. Namun, mereka juga menghormati kesepakatan damai AS-Taliban yang ditandatangani pada 29 Februari lalu di Doha, Qatar. Taliban berkomitmen untuk berhenti menyerang pasukan AS dan asing sampai pasukan asing ditarik mundur dari Afghanistan tahun depan.
Beberapa anggota Taliban yang dibebaskan oleh Pemerintah Afghanistan mengatakan, mereka tetap marah pada pasukan AS.
Perjanjian perdamaian itu ditandatangani di hadapan utusan dari Indonesia, Qatar, Uzbekistan, Norwegia, dan Jerman sebagai co-fasilitator. Perjanjian perdamaian Doha akan membuka jalan bagi AS untuk menarik pasukannya secara bertahap dari Afghanistan.
Para anggota Taliban menilai, meski sudah ada kesepakatan perdamaian dengan AS, karena tidak ada kesepakatan dengan pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF), pasukan Pemerintah Afghanistan masih dianggap sebagai musuh langsung mereka.
Namun, salah satu kesepakatan utama antara Washington dan Taliban di Doha adalah Taliban melanjutkan pembicaraan damai dengan Kabul yang didahului pertukaran pembebasan tawanan. Sebagai imbalannya, Pemerintah Afghanistan harus membebaskan 5.000 napi Taliban. Taliban juga berjanji membebaskan sekitar 1.000 tahanan dari pasukan pro-Kabul.
Hingga sejauh ini, kata seorang pejabat, otoritas Afghanistan telah membebaskan 3.000 napi Taliban. Adapun kelompok Taliban pun telah membebaskan lebih dari 750 tahanan pemerintah.
Persoalan baru
Pembebasan napi Taliban dapat meningkatkan hingga 10 persen kemampuan pasukan tempur kelompok itu. Saat ini jumlah pasukan Taliban berkisar 50.000 hingga 100.000 orang.
Para pejabat keamanan Afghanistan mengatakan, kondisi ini memang menjadi soal baru. Sebab, Washington tidak berdiskusi terlebih dahulu dengan Kabul sebelumnya saat menyepakati pertukaran tahanan dengan Taliban.
Kelompok Taliban mengumumkan, kesepakatan dengan Washington di Doha merupakan bukti bahwa mereka telah mengalahkan AS dalam perang terpanjangnya. ”Politik dan negosiasi tidak boleh diartikan bahwa kami akan mengabaikan urusan jihad serta memperkuat dan mengembangkan kekuatan militer jihad kami,” kata Wakil Pemimpin Taliban Sirajuddin Haqqani, dalam siaran pekan lalu.
Beberapa pengamat tetap mengharapkan terwujudnya perundingan damai yang akan mengakhiri perang Afghanistan yang telah berjalan 19 tahun. ”Perundingan ini memiliki harapan yang lebih baik untuk gencatan senjata yang langgeng daripada pendekatan lain saat ini,” kata Andrew Watkins, analis International Crisis Group.
Watkins mengharapkan upaya mempercepat terwujudnya perundingan damai intra-Afghanistan dapat mengurangi ancaman perang berikutnya. Namun, hingga sejauh ini belum ada ketetapan kapan perundingan atau dialog damai di dalam negeri Afghanistan itu dilakukan. (AFP/REUTERS)