Adaptasi Prosesi Penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar di Istana dengan Pandemi Covid-19
Presiden Joko Widodo menerima surat kepercayaan tujuh duta besar di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (10/6/2020). Tak ada lagi tradisi jamuan dan bincang informal dengan Presiden di beranda belakang Istana Merdeka.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menerima surat kepercayaan tujuh duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Di tengah pandemi Covid-19, upacara penyerahan surat kepercayaan dilangsungkan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat kendati dimulai dengan upacara resmi di halaman Istana Merdeka, Jakarta. Hadir pula mendampingi Presiden Joko Widodo, antara lain, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Seusai upacara, setiap duta besar menyerahkan surat kepercayaan tersebut secara bergantian kepada Presiden Joko Widodo. Semua mengenakan masker dan menjaga jarak.
Berbeda dengan penyerahan surat kepercayaan yang biasanya diakhiri dengan jamuan makan atau minum dan bincang informal dengan Presiden Joko Widodo di beranda belakang Istana Merdeka, kali ini acara langsung diakhiri dengan foto bersama. Untuk berfoto, Presiden dan duta besar tidak bermasker kendati menjaga jarak sekitar 1 meter.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menjelaskan, kondisi di tengah pandemi Covid-19 memaksa semua beradaptasi. Karena itu, jumlah dubes dan pejabat yang hadir dibatasi. Selain itu, sesi ramah-tamah juga tidak ada, hanya ada sesi berfoto bersama setelah penyerahan surat kepercayaan.
Ketujuh duta besar luar biasa berkuasa penuh ini adalah Maynor Jacobo Cuyún Salguero dari Republik Guatemala, Ashraf Mohamed Moguib Sultan dari Republik Arab Mesir, Tania Velazquez Lopez dari Republik Kuba, Fawziya Edrees Salman Al-Sulaiti dari Qatar, Mohammed At Thalib Zain Al Abidin dari Republik Islam Mauritania, José Amir da Costa Dornelles dari Republik Federasi Brasil, dan Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri dari Uni Emirat Arab. Semua akan berkedudukan di Jakarta.
Retno Marsudi mengatakan, seusai penyerahan surat kepercayaan, diskusi dilakukan dengan ketujuh dubes itu secara terpisah. ”Dengan (Dubes) Uni Emirat Arab (Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri), misalnya, kita bicara banyak hal, terutama kerja sama penanganan Covid-19 dan kerja sama ekonomi,” tutur Retno melalui pesan singkat.
Akhir April lalu, Uni Emirat Arab memberikan sekitar 20 ton perlengkapan medis untuk dimanfaatkan sekitar 2.000 tenaga medis Indonesia yang menangani Covid-19. Selain itu, sedang dibahas pula kerja sama instrumen uji (test kit) dengan teknologi laser.
Upaya mengatasi Covid-19 juga dibahas dengan Dubes Brasil José Amir da Costa Dornelles. Selain itu, Indonesia juga membahas kemitraan strategis dengan Brasil yang sudah dijalin sejak 2008 dan disepakati rencana aksinya setahun kemudian.
Isu Palestina
Adapun dengan Dubes Mesir Ashraf Mohamed Moguib Sultan, salah satunya didiskusikan soal isu Palestina. ”Kebetulan beberapa hari yang lalu Menlu Mesir juga telepon dan saya mengangkat isu rencana pencaplokan Tepi Barat oleh Israel. Sore ini, saya akan ikut pertemuan extraordinary Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) membahas rencana aneksasi Israel di Tepi Barat,” tambahnya.
Sementara itu, dengan Dubes Qatar Fawziya Edrees Salman Al-Sulaiti, Retno mendiskusikan upaya perdamaian di Afghanistan. Indonesia berharap Intra Afghan Negotiation (IAN) dapat segera terselenggara. Untuk ini, komunikasi dengan berbagai pihak terus dijalin, seperti komunikasi dengan Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Dubes Zalmay Khalilzad dan Menlu Afghanistan.
Secara terpisah, anggota Komisi I DPR, Nurul Arifin, berharap kehadiran ketujuh duta besar memperkuat hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara tersebut dan antarnegara sama-sama memperoleh keuntungan.
Tidak hanya dalam hubungan perdagangan ekspor-impor, penguatan kerja sama yang saling menguntungkan juga bisa dilakukan dalam mengatasi pandemi Covid-19 di arena global, baik dalam isu-isu kesehatan maupun dalam memulihkan kembali ekonomi yang terdampak. Di sisi lain, dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan di negara masing-masing, kerja sama ke depan bisa mendorong kunjungan antarnegara atau wisatawan sekaligus mengatasi dampak pandemi pada ekonomi masyarakat.