Vietnam Siap Buka Penerbangan dengan Negara Bebas Korona
Vietnam sedang mencari waktu untuk melanjutkan penerbangan internasional dengan negara-negara yang dalam 30 hari ini tidak melaporkan adanya kasus baru penyakit Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HANOI, SELASA — Vietnam berencana membuka kembali penerbangan komersial ke dan dari negara-negara yang dalam 30 hari ini sudah bebas dari kasus positif Covid-19. Setidaknya tiga negara masuk dalam prioritas otoritas Vietnam, yakni Jepang, Korea Selatan, dan Kamboja.
Dalam komentar yang disiarkan Vietnam Television (VTV), Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc tidak menyebutkan waktu pasti kapan jalur penerbangan internasional dari dan ke Vietnam itu akan dibuka.
Vietnam telah menangguhkan penerbangan internasionalnya sejak 25 Maret dengan beberapa pengecualian. Negara itu juga melarang masuknya warga asing sejak 22 Maret dalam upaya mengekang penyebaran Covid-19.
Pemerintah Vietnam juga tidak merinci apakah pelancong yang masuk ke Vietnam akan dikenai program karantina yang berlaku sejak pertengahan Maret itu.
Jumlah kasus positif Covid-19 di Vietnam relatif rendah, yakni hanya 332 kasus dengan tanpa kematian. Puluhan ribu wisatawan asing yang masuk ke negara itu telah dikarantina.
”Vietnam sedang mencari waktu untuk melanjutkan penerbangan internasional dengan negara-negara yang tidak melaporkan kasus Covid-19 baru dalam 30 hari. Namun, penerapan kembali hal itu perlu kehati-hatian tinggi mengingat kompleksitas pandemi,” kata VTV mengutip Phuc.
Komite Pengarah Nasional untuk Pencegahan dan Kontrol Covid-19 Vietnam telah diminta menyusun daftar negara yang masuk dalam klasifikasi aman bagi Vietnam.
Phuc tidak mengatakan apakah ada negara atau maskapai penerbangan yang telah berkonsultasi dengan Pemerintah Vietnam. Namun, dikatakan bahwa kota-kota dan negara-negara seperti Guangzhou di China, Tokyo, Seoul, Taiwan, Laos, dan Kamboja adalah di antara rute prioritas untuk dibuka kembali.
Vietnam tidak melaporkan adanya jangkitan baru Covid-19 selama 54 hari.
Vietnam pada Senin (8/6/2020) melaporkan tiga kasus positif Covid-19, di mana semuanya merupakan kasus impor. Ini menjadi kasus baru yang dilaporkan setelah Vietnam tidak melaporkan adanya jangkitan baru Covid-19 selama 54 hari.
Kesepakatan dagang
Terkait dengan upaya pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19, Vietnam dilaporkan telah meratifikasi kesepakatan perdagangan pentingnya dengan Uni Eropa pada awal pekan ini.
Ratifikasi tersebut diharapkan memberi energi pada sektor manufaktur dan ekspor negara itu. Anggota parlemen menyetujui perjanjian dalam sesi Majelis Nasional pertama mereka sejak pandemi Covid-19 dimulai awal tahun ini.
Kesepakatan dua pihak itu telah ditandatangani di Hanoi, Juni tahun lalu, dan disahkan oleh Parlemen Eropa pada Februari. Saat mulai berlaku bulan depan, UE akan menghilangkan hingga 85 persen tarif atas barang-barang dari Vietnam dan secara secara bertahap memotong sisanya selama tujuh tahun ke depan.
Sementara Vietnam akan menghilangkan 49 persen bea masuknya untuk ekspor dari UE dan menghapus sisanya secara bertahan selama 10 tahun.
”Implementasi Perjanjian Perdagangan Bebas UE-Vietnam datang pada waktu yang tepat bagi Vietnam yang tengah berada dalam jalur pemulihan ekonomi setelah beberapa bulan kebijakan penutupan wilayah karena Covid-19,” kata ekonom Pham Chi Lan, mantan penasihat beberapa PM Vietnam.
Vietnam memprioritaskan kesehatan dan keselamatan publik ketika Covid-19 mulai memuncak di China. Vietnam menutup perbatasan dengan China pada bulan Januari dan dengan seluruh dunia pada bulan Februari.
Kebijakan penutupan wilayah diberlakukan sampai April lalu. Tidak ada infeksi lokal yang dilaporkan selama hampir dua bulan.
Namun, ekonomi Vietnam telah terpukul karena penutupan di dalam dan di luar negeri membatasi pergerakan barang dan orang. Pandemi itu juga telah mengungkapkan kekurangan di sektor manufaktur Vietnam.
Setelah pabrik Vietnam sendiri dibuka kembali, produksi terhambat oleh kurangnya pasokan bahan dari China. Itu terutama berlaku untuk tekstil, alas kaki, dan elektronik, ekspor utama negara itu.
”Covid-19 telah memberi Vietnam pelajaran sulit tentang menjadi negara yang bergantung pada China,” kata Lan. Itu juga menunjukkan kepada negara-negara lain, termasuk UE, dampak negatif dari terlalu mengandalkan China dalam rantai nilai produk mereka.
Covid-19 telah memberi Vietnam pelajaran sulit tentang menjadi negara yang bergantung pada China.
Perjanjian perdagangan bebas Vietnam-UE datang pada waktu yang tepat karena semua pihak menyadari bahwa mereka perlu berputar dan merestrukturisasi dan mendiversifikasi rantai pasokan.
Vietnam adalah mitra dagang terbesar kedua UE di Asia Tenggara. Perdagangan dua arah Vietnam-UE mencapai 56 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu.
Bagi Vietnam, perjanjian dengan UE itu diharapkan akan meningkatkan daya saing serta meningkatkan daya tariknya bagi para investor yang memindahkan pabriknya dari China.
Investasi asing langsung di Vietnam mencapai level tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun senilai 38 miliar dollar AS pada 2019.
Sekitar dua pertiga dari itu masuk ke manufaktur dan perjanjian tersebut akan membantu menopang tren itu. Anggota parlemen juga meratifikasi pakta keduanya untuk melindungi investor.
Dinegosiasikan sejak 2012, kesepakatan itu memberikan perusahaan UE perlakuan yang sama dengan perusahaan-perusahaan domestik dalam memperebutkan kontrak publik di Vietnam. (AP/REUTERS)