Mantan Presiden Argentina Dituduh Mata-Matai 400 Jurnalis
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kasus ini ditemukan dalam tiga berkas bernama "2017", "wartawan G-20" dan "Kasus lain". Dokumen-dokumen itu ada di brankas di kantor mantan direktur kontra intelijen Argentina.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BUENOS AIRES, SENIN — Badan Intelijen Federal Argentina atau AFI menyerukan penyelidikan atas mantan presiden negara itu, Mauricio Macri, karena ia diduga telah memata-matai lebih dari 400 wartawan.
Aksi mata-mata itu diduga dilakukan selama dan terkait kegiatan konferensi tingkat tinggi negara-negara G-20 dan Organisasi Perdagangan Dunia selama beberapa tahun ini.
”Pengaduan diajukan pada Jumat (5/6/2020) dan Senin (8/5). Semua bukti disajikan,” kata sebuah sumber resmi, Minggu (7/5). Belasan jurnalis asing di Argentina termasuk dalam daftar itu. Seratus akademisi, pebisnis, dan tokoh-tokoh terkemuka masyarakat sipil juga muncul dalam daftar.
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kasus itu ditemukan dalam tiga berkas bernama ”2017”, ”wartawan G-20”, dan ”kasus lain” di brankas kantor mantan Direktur Kontra Intelijen AFI. Buenos Aires menyelenggarakan Konferensi Tingkat Menteri Ke-11 WTO pada 2017 dan KTT G-20 Ke-13 pada 2018.
”Penyelidikan terhadap wartawan itu mudah. Mereka menggali informasi dari media sosial dan dengan itu membangun profil ideologis dan politik,” kata sumber itu.
Pengaduan penyelidikan diajukan Cristina Caamano, yang ditugasi Presiden Alberto Fernandez untuk melakukan audit AFI sebagai bagian dari proses reorganisasi. Aneka informasi dikumpulkan dan dimata-matai. Termasuk di antaranya profil preferensi politik, unggahan di medsos, simpati untuk kelompok feminis, atau konten politik dan atau budaya.
Komentar di medsos
Selain itu, masuk dalam pengumpulan informasi itu adalah posisi sebagai terlihat dari komentar mereka. Dilihat apakah mereka termasuk kritis terhadap pemerintahan, khususnya selama Macri menjabat presiden pada 2015-2019.
Hal lainnya mengacu pada ada tidaknya hal yang ”menunjukkan kedekatan dengan Peronisme”, gerakan politik Fernandez saat itu merujuk Presiden Argentina Juan Perón (1895-1974).
Dilihat lebih dalam apakah orang-orang itu melakukan sejumlah advokasi ataupun dukungan melalui medsos. Ditelisik kata-kata kunci melalui medsos Facebook. Misalnya, kata kunci yang berbunyi ”mendukung pemerintah” dan ”meminta pembebasan Lula”, mantan Presiden Brasil Lula da Silva, atau apakah mereka ”menandatangani petisi untuk aborsi yang disahkan”.
Setiap profil ditandai warna hijau, kuning, atau merah. Hal itu diduga merupakan indikasi yang bertujuan membantu kementerian luar negeri setempat dalam proses akreditasi untuk acara-acara WTO dan G-20.
Caamano telah meminta penyelidikan digelar terhadap Gustavo Arribas, mantan Direktur AFI, dan wakilnya, Silvina Majdalani. Penyelidikan pun ditujukan bagi Macri sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menetapkan pedoman strategis dan tujuan kebijakan intelijen nasional. Dinyatakan, pemeriksaan latar belakang terhadap jurnalis tak dapat diperintahkan atau disahkan oleh hakim mana pun.
Asosiasi koresponden asing menyatakan, tindakan investigasi Macri itu sebagai hal tidak dapat diterima. Dua media Argentina juga mengecam Macri. Dokumen yang berkaitan dengan tindakan mata-mata terkait konferensi WTO lebih lengkap, termasuk informasi tentang pebisnis, serikat pekerja dan pemimpin sosial, serta daftar rincian pribadi seperti gaji dan kekayaan.
Macri pernah diselidiki karena dituduh sebagai mata-mata. Dia pernah dituntut karena memata-matai Wali Kota Buenos Aires, jabatan yang pernah diembannya pada 2007-2015, tetapi kasus ini dibatalkan dua minggu setelah dia menjadi presiden. Dia kini diselidiki karena memata-matai selama masa kepresidenannya pada sekutu dan lawannya. (AP)