Korea Utara Ogah Berhubungan Lagi dengan Korea Selatan
Marah karena dipicu tindakan para pembelot di Korea Selatan, Korea Utara enggan untuk berkomunikasi lagi dengan Korea Selatan. Situasi itu berpotensi memicu ketegangan di Semenanjung Korea.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, SELASA —Rezim Korea Utara tidak mau berurusan lagi dengan Korea Selatan dan akan memutus segala bentuk akses dan komunikasi dengan tetangganya itu. Beberapa hari terakhir, Korut marah-marah kepada Korsel serta mengancam menutup kantor perwakilan urusan intra-Korea dan proyek lain. Hal itu akan dilakukan jika Korsel tidak bisa menghentikan penyebaran brosur dan materi lain bernada anti-Korut ke dalam wilayah Korut oleh warga Korut yang sudah pindah ke Korsel.
Kantor berita resmi Korut, KCNA, Selasa (9/5/2020), menyebutkan, para pejabat tinggi Korut, termasuk adik pemimpin rezim Korut Kim Jong Un, yaitu Kim Yo Jong, dan Wakil Ketua Komite Pusat Partai Pekerja Korea Kim Yong Chol tetap pada pendirian akan memperlakukan Korsel seperti musuh-musuh Korut lainnya.
Sebagai langkah awal, mulai Selasa siang, Korut akan menutup semua jalur komunikasi di kantor perwakilan intra-Korea serta jalur komunikasi langsung antara militer kedua negara dan kantor kepresidenan. Secara teknis, kedua negara masih berstatus perang karena perang Korea 1950-1953 berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata saja.
”Jalur komunikasi reguler paling dibutuhkan di saat krisis saja. Korut putus semua hubungan hanya untuk menciptakan atmosfer tegang. Begitu memang gayanya Korut, tetapi tidak ada yang berisiko,” kata Daniel Wertz dari Komite Nasional Korut di Amerika Serikat.
Harga diri
KCNA menyebutkan, rakyat Korut marah karena perilaku Korsel. Otoritas Korsel dituduh membiarkan saja warga Korut yang pindah ke Korsel dan melukai harga diri pemimpin tertinggi Korut. ”Kami sudah memutuskan, tidak perlu lagi berbicara dengan Korsel. Tidak ada lagi masalah yang perlu dibicarakan karena mereka membuat kami kecewa,” kata KCNA.
Keputusan ini membuyarkan upaya memperbaiki hubungan kedua negara yang mulai membaik dengan pertemuan Kim dan Presiden Korsel Moon Jae-in pada 2018. Pyongyang sebenarnya telah memutus sebagian besar kontaknya dengan Korsel setelah pertemuan Kim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi, Vietnam, tahun lalu, gagal. Akibatnya, pembahasan perlucutan nuklir Korut pun mandek.
Untuk pertama kalinya sejak 2018, Senin pagi, Korut tidak menjawab panggilan telepon dari Korsel di kantor perwakilan. Namun, kemudian pada sore harinya, Korut mau menjawab telepon Korsel tanpa menjelaskan kenapa tak mau mengangkat telepon pada Senin pagi.
Pemerintah Korsel mengatakan tetap berkomitmen mengikuti kesepakatan intra-Korea. Korsel juga akan mengupayakan peraturan yang melarang aktivis anti-Korut mengirim materi anti-Korut ke Korut.
Ekonomi domestik
Sementara itu, dalam pada pertemuan politbiro ke-13 Partai Pekerja Korea, Kim Jong Un fokus membicarakan isu-isu domestik, seperti situasi perekonomian yang berantakan karena sanksi dari komunitas internasional dan pandemi Covid-19.
Secara spesifik, Kim akan membahas industri kimia dan produksi pupuk yang menjadi roda penggerak utama perekonomian nasional. ”Pertemuan itu akan mendiskusikan isu-isu krusial ekonomi dan memperbaiki standar hidup rakyat,” ujar KCNA. (REUTERS/AFP)