Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, berbagai industr,i termasuk industri minyak dan gas, juga terdampak cukup besar.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Perusahaan minyak dan gas BP mengumumkan akan memangkas 10.000 pegawainya atau sekitar 15 persen pegawainya secara global sebagai dampak dari pandemi Covid-19 tahun ini.
Pimpinan eksekutif BP, Bernard Looney, Senin (8/6/2020), mengatakan, pemangkasan itu akan berimbas pada pekerjaan kantoran BP secara global yang dioperasikan oleh sekitar 70.000 pekerja. Kebijakan ini akan berdampak pada level senior karena posisi pimpinan grup dipangkas sepertiga.
”Pengeluaran kami lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Saya bicara jutaan dollar, setiap hari,” kata Looney dalam surat elektroniknya kepada karyawannya. Surat itu juga mengungkap bahwa utang bersih BP naik 6 miliar dollar AS pada kuartal pertama 2020. ”Kita harus berhemat.”
Untuk itu, Looney juga bertekad akan menurunkan belanja modal hingga 25 persen tahun ini, atau senilai 3 miliar dollar AS. Dibutuhkan anggaran 22 miliar dollar AS untuk mengoperasikan perusahaan, termasuk 8 miliar dollar AS untuk biaya pegawai. ”Jadi, kami menurunkan biaya operasional 2,5 miliar dollar AS tahun 2021, dan bahkan harus lebih rendah dari itu lagi,” ujar Looney.
Selain itu, BP juga akan menghapus kenaikan gaji pegawai seniornya tahun ini dan kemungkinan besar hal yang sama akan berlaku untuk bonus.
Pemangkasan karyawan itu dilakukan pada saat berlangsungnya perubahan besar pada BP yang berbasis di London. BP telah memulai rencana restrukturisasinya untuk memastikan kelangsungan jangka panjangnya seiring dengan pengurangan ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil dan meningkatnya upaya untuk menghadapi perubahan iklim. BP berambisi menghapus semua emisi karbon dari operasional dan penjualan minyak dan gasnya kepada konsumen pada 2050.
Sementara itu, industri energi sangat terpukul oleh pandemi karena berbagai kebijakan pembatasan yang diterapkan banyak negara di dunia membatasi juga aktivitas bisnis, perjalanan, dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan minyak, gas, dan bahan bakar lainnya.
Pasokan minyak dan gas pun berlimpah saat wabah mulai merebak hingga menciptakan ”badai” yang sempurna bagi industri. Tempat-tempat penampungan minyak pun penuh karena rendahnya permintaan. Harga minyak Amerika Serikat sempat jatuh hingga minus untuk pertama kali pada April 2020.
”Bagi saya, potret ekonomi yang lebih besar dan posisi keuangan kami mempertegas keperluan untuk memperkuat BP,” tulis Looney dalam surat eletroniknya. ”Sementara lingkungan eksternal mendorong kita bergerak lebih cepat—dan mungkin lebih dalam dari yang kita inginkan—arah perjalanan tetap sama.”
Kontrak minyak mentah AS yang dimulai pada 60 dollar AS per barel awal tahun ini jatuh hingga -37 dollar AS per barel April 2020 dan kemudian terangkat menjadi 39 dollar AS per barel pada Senin (8/6) sejalan dengan negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC sepakat membatasi produksinya.
David Elmes yang memimpin Global energy Research di Warwick Business School mengatakan, pemangkasan pegawai di BP adalah gejala dari tantangan yang lebih luas yang dihadapi industri. ”BP dan perusahaan internasional yang berbasis di Eropa telah mengatakan bahwa mereka tidak akan terlalu fokus pada minyak dan gas selamanya,” ujar Elmes. ”Apabila situasi ini berlanjut, akan ada diskusi yang intens soal bagaimana mereka bergerak lebih cepat.”
Para analis berpendapat, perusahaan-perusahaan besar seperti BP, dengan bisnisnya yang beragam, cenderung lebih mampu bertahan melewati pandemi. Namun, perusahaan minyak yang lebih kecil akan mengalami masa yang lebih sulit.
Perusahaan minyak serpih AS telah berutang banyak untuk membiaya operasionalnya. Perusahaan dengan utang yang banyak harus melunasi utangnya pada saat kesulitan modal. Bahkan, beberapa perusahaan sudah nyaris kolaps, misalnya Whiting Petroleum, perusahaan serpih, yang mulai mengajukan perlindungan kebangkrutan pada April 2020, disusul oleh Diamond Offshore Drilling. (AP/AFP)