Dinamika relasi AS dengan China berdampak pada berbagai bidang. Kenyataan itu harus disadari dengan baik oleh negara lain agar dapat dirumuskan respons yang tepat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Relasi Amerika Serikat-China ”sangat dinamis”. Pelonggaran penerbangan internasional pun menjadi sumber dinamika hubungan kedua negara.
Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, Amerika Serikat serta China terlibat perang dagang, yang ditandai dengan adu tarif impor di antara mereka. Setelah itu, muncul tekanan terhadap perusahaan teknologi dan telekomunikasi China, Huawei, oleh Washington. Semuanya berlangsung di tengah pandangan AS bahwa China selama ini bertindak kurang adil dalam perdagangan dan dalam upaya transfer teknologi antara perusahan asing dan lokal.
Dalam isu klaim China atas Laut China Selatan, demokrasi di Hong Kong, dan Taiwan, Washington juga berseberangan dengan Beijing. Beberapa kali AS mengirim pesawat militer ke Laut China Selatan, menyiapkan respons khusus terkait kebijakan Beijing atas Hong Kong, serta menjual persenjataan ke Taiwan yang menurut Beijing adalah bagian dari China. Terlepas dari hal itu, China serta AS merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dengan China diperkirakan pada akhirnya mengungguli AS.
Saat wabah Covid-19 melanda dunia, dinamika tinggi kembali terjadi di antara kedua negara. China disebut seharusnya bertanggung jawab atas terjadinya pandemi mengingat kasus positif pertama Covid-19 pertama kali dilaporkan di negara tersebut. Bahkan, Washington menuding Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cenderung berpihak pada Beijing dalam isu penanganan Covid-19 pada tahap awal di kota Wuhan.
Dalam perkembangan baru hubungan keduanya, Washington mengumumkan rencana untuk menunda penerbangan komersial empat maskapai China ke dan dari AS mulai 16 Juni. Keputusan ini disebut sebagai respons AS terhadap sikap China yang tak mengizinkan dua maskapai AS kembali terbang ke China pada Juni.
Sehari kemudian, China mengumumkan, maskapai asing akan diizinkan untuk mengoperasikan satu penerbangan per minggu. Media China, Global Times, menulis, meskipun pelonggaran penerbangan internasional muncul sehari setelah rencana AS melarang semua penerbangan dari China, keputusan Beijing ini tak dibuat untuk merespons ”intimidasi” AS. China disebut melonggarkan penerbangan internasional karena melihat ada permintaan yang meningkat. Selain AS, negara yang masuk dalam pelonggaran itu ialah Jepang, Korea Selatan, serta Singapura.
Saat wabah Covid-19 melanda dunia, dinamika tinggi kembali terjadi di antara kedua negara.
Relasi yang ”sangat dinamis” AS-China diperkirakan terus terjadi setelah munculnya problem terkait penerbangan internasional tersebut. Sebagai dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dinamika hubungan mereka jelas memengaruhi banyak negara. Tak hanya pada ekonomi, dampak dari dinamika relasi AS-China juga terasa pada bidang keamanan dan politik. Kenyataan itu harus dihadapi dan direspons dengan cermat oleh negara lain di tengah upaya penanganan pandemi Covid-19 yang menguras banyak energi.