Pemimpin Al-Qaeda di Afrika Utara Tewas dalam Operasi Militer Perancis
PBB menyebut Abdelmalek Droukdel, Pemimpin AQIM, ahli bahan peledak dan pembuat perangkat-perangkat militer. Ia disebut bertanggung jawab atas tewasnya ratusan warga sipil dalam sejumlah serangan di tempat-tempat umum.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
PARIS, SABTU — Menteri Pertahanan Perancis, Florence Parly, Jumat (5/6/2020), di Paris mengungkapkan bahwa pasukan Perancis telah membunuh pemimpin kelompok Al Qaeda di Afrika Utara (AQIM) Abdelmalek Droukdel. Droukdel disebut tewas pada Kamis di Mali bagian utara yang berbatasan dengan Aljazair, salah satu basis serangan dan penculikan AQIM.
Kelompok AQIM--singkatan dari Al Qaeda in Islamic Maghreb--muncul dari sebuah kelompok yang didirikan pada akhir 1990-an oleh sebuah kelompok radikal di Aljazair. Pada 2007, kelompok itu mengucapkan sumpah setia pada jaringan kelompok Al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden.
AQIM telah mengklaim bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap pasukan dan warga sipil di seluruh kawasan Sahel. Termasuk di dalam serangan-serangan yang diklaim AQIM itu adalah serangan pada 2016 terhadap hotel dan restoran kelas atas di Burkina Faso, yang menewaskan 30 orang, terutama orang Barat.
Tidak disebutkan cara atau dalam peristiwa apa Droukdel terbunuh. Namun, setidaknya butuh waktu tujuh tahun untuk menewaskan Droukdel.
Perancis telah mengerahkan lebih dari 5.000 tentara untuk memerangi kelompok-kelompok militan di wilayah-wilayah tanpa penegakan hukum. Wilayah-wilayah itu meliputi Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger. Negara-negara itu merupakan kawasan peredaran obat-obatan terlarang dan senjata akibat rapuhnya penjagaan di perbatasan.
Mali utara adalah tempat bentrokan yang sering terjadi antara kelompok-kelompok bersenjata serta tempat berlindung bagi kelompok-kelompok militan. Pada 2012, kota-kota utama di negara itu jatuh di bawah kendali kelompok-kelompok militan yang terkait dengan Al-Qaeda. Kelompok itu mengeksploitasi pemberontakan yang dipimpin etnis Tuareg dan melawan pasukan militer yang dipimpin Perancis.
Droukdel, ahli bahan peledak dan pembuat perangkat-perangkat militer, dinyatakan bertanggung jawab atas tewasnya ratusan warga sipil dalam sejumlah serangan di tempat-tempat umum.
PBB menyebut Droukdel adalah seorang ahli bahan peledak dan pembuat perangkat-perangkat militer. Ia dinyatakan bertanggung jawab atas tewasnya ratusan warga sipil dalam sejumlah serangan di tempat-tempat umum. Droukdel dijatuhi hukuman mati di Aljazair pada 2013 karena keterlibatannya dalam pengeboman sebuah gedung pemerintah dan kantor komite pengungsi PBB di Aljir yang menewaskan 26 orang dan melukai 177 orang lainnya.
Pemerintah AS mengatakan, Washington telah memberikan bantuan intelijen untuk membantu melacak keberadaan Droukdel. Namun, tidak disebutkan keterlibatan secara langsung AS dalam aksi yang menewaskan Droukdel itu. ”Komando Afrika AS membantu lewat intelijen dan dukungan untuk mencari target," kata juru bicara pasukan AS, Kolonel Chris Karns, kepada media CNN pada Jumat.
Otoritas Perancis pada Jumat juga mengklaim telah menangkap seorang pemimpin kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) dalam kelompok Sahara Besar (EIGS). Kelompok EIGS sering melancarkan serangan di perbatasan barat Nigeria. "Pada 19 Mei, pasukan Perancis menangkap Mohamed el Mrabat, veteran kelompok militan di wilayah Sahel dan seorang kader penting EIGS", kata Parly dalam unggahannya di media sosial Twitter.
Parly menyatakan, operasi melawan EIGS sebagai operasi untuk melawan "ancaman teroris besar lainnya di wilayah Sahara" terus berlanjut. Mali sebagai pusat operasi tentara Perancis tengah berjuang untuk melawan pemberontakan kelompok-kelompok militan yang meletus pada 2012. Ribuan anggota militer dan warga sipil tewas sejak itu. Konflik di negara itu menyebar ke negara tetangga, seperti Burkina Faso dan Niger.
Sebuah sumber mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sekitar 500 anggota kelompok militan telah terbunuh atau ditangkap oleh pasukan Perancis di wilayah itu dalam beberapa bulan terakhir. Di antara mereka adalah beberapa tokoh terkemuka, termasuk komandan dan perekrut.
Droukdel tetap menjadi ancaman di wilayah itu. Ia membiayai gerakan-gerakan perlawanan. Kematiannya dan kematian tokoh-tokoh Al Qaeda lainnya dapat membuat kelompok itu berantakan di Sahel. Droukdel lahir pada tahun 1971 di lingkungan permukiman miskin di Algier, Aljazair. Ia ikut serta dalam pendirian kelompok Aljazair untuk Pengabaran dan Pertempuran (GSPC) di Aljazair.
Kondisi politik sedikit mengubah arah hidup Droukdel. Hal itu dimulai ketika Abdelaziz Bouteflika terpilih sebagai Presiden Aljazair pada tahun 1999. Bouteflika berhasil meyakinkan sebagian besar kelompok bersenjata di negara itu untuk meletakkan senjata mereka. Namun, GSPC menolak ajakan itu. Droukdel pun memutuskan untuk mendekat dan bergabung dengan kelompok Al-Qaeda. (AFP/REUTERS)