Massa di puluhan kota AS marah setelah seorang warga kulit hitam kembali terbunuh karena kekerasan berlebihan oleh polisi.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Setelah mengerahkan 20.000 tentara cadangan di berbagai penjuru negeri, kini Amerika Serikat menyiagakan 1.600 tentara aktif di dekat ibu kota negara itu, Washington DC. Pengerahan itu menyusul unjuk rasa dan kerusuhan rasial yang tidak kunjung reda hingga Selasa (2/6/2020) malam waktu Washington atau Rabu pagi WIB. Bahkan, sebagian pengunjuk rasa mulai memakai taktik pada demonstran Hong Kong.
”Pasukan aktif disiagakan di pangkalan dalam wilayah ibu kota nasional, tetapi tidak di Washington DC,” demikian juru bicara Kementerian Pertahanan AS, Johnathan Hoffman, dalam pernyataan tertulisnya.
Prajurit yang dikerahkan berasal dari batalyon infanteri di Fort Bragg di Carolina Utara dan polisi militer dari Fort Drum di New York. Dephan AS hanya menyebut jumlah total 1.600 orang, tidak disebutkan berapa dari masing-masing pangkalan. Tidak disebutkan pangkalan mana mereka ditempatkan. District of Columbia merupakan daerah khusus ibu kota AS yang terletak di antara Maryland dan Virginia. Dalam radius 30 kilometer dari Gedung Putih, antara lain ada pangkalan udara Andrews yang terletak di Maryland serta kantor Dephan AS alias Pentagon dan Fort Myer di Virginia.
Pengerahan itu terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menggunakan tentara aktif untuk memadamkan unjuk rasa dan kerusuhan rasial sejak Selasa pekan lalu. Massa di puluhan kota AS marah setelah seorang warga kulit hitam kembali terbunuh karena kekerasan berlebihan oleh polisi. Kematian George Floyd di Minneapolis, Minnesota, Senin pekan lalu, memicu protes yang diikuti kerusuhan.
Pemberlakukan jam malam di sejumlah kota, pengerahan 20.000 tentara cadangan atau Garda Nasional di 24 negara bagian, hingga penerjunan puluhan ribu aparat hukum federal hingga kota belum bisa memadamkan unjuk rasa dan kericuhan. Khusus di di Washington DC, AS telah mengerahkan 3.600 personel Garda Nasional. Pentagon juga tengah mendatangkan 1.300 Garda Nasional tambahan ke Washington DC.
Tidak disebutkan dari mana tambahan pasukan itu didatangkan. Sejumlah gubernur menolak mengizinkan Garda Nasional dari wilayahnya bertugas di negara bagian lain. ”Saya tidak akan mengabulkan permintaan mengirimkan Garda Nasional keluar dari negara bagian karena saya mau mereka tetap di sini seandainya kami butuh,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo sebagaimana dikutip CNN dan NBC.
Cuomo meningkatkan jumlah polisi dari 4.000 orang menjadi 8.000 orang untuk penanganan unjuk rasa di New York.
Selain untuk memadamkan kerusuhan, kini AS mengerahkan 45.000 anggota Garda Nasional untuk ikut menanggulangi Covid-19. Sebagai daerah terparah akibat Covid-19, New York memanfaatkan Garda Nasional terutama untuk pengoperasian rumah sakit darurat.
Selain New York, penolakan juga disampaikan di Delaware, Virginia, dan Pennsylvania. Virginia beralasan tidak ada permintaan dari pemerintah DC. Sementara Delaware dan Pennsylvania mengajukan alasan seperti New York, membutuhkan Garda Nasional untuk urusan sendiri.
Para gubernur terutama beralasan di wilayah mereka juga sedang ada unjuk rasa. Di Seattle, unjuk rasa berlanjut sampai Selasa malam. Di sana, pengunjuk rasa menggunakan taktik yang dipakai demonstran Hong Kong, yakni membawa payung sebagai perisai.
Para demonstran Hong Kong, yang secara terbuka didukung Washington dan dikecam Beijing, menggunakan payung sebagai perisai dari tembakan peluru karet hingga gas air mata aparat. Payung juga jadi perintang tambahan kala aparat menyemprot pengunjuk rasa dengan meriam air. Di tengah rangkaian bentrokan dan kericuhan selepas kematian Floyd itu, sedikitnya 9 orang tewas. Aparat juga telah menangkap ratusan orang seperti dilakukan kepolisian New York pada Selasa malam.
Unjuk rasa juga terus terjadi di banyak kota dan negara selepas kematian Floyd. Inggris, Perancis, Jerman, hingga Australia yang menjadi sekutu dekat AS juga menjadi lokasi unjuk rasa untuk memprotes kematian Floyd. Sebagian unjuk rasa digelar di kedutaan atau konsulat AS. Seperti di AS, unjuk rasa di banyak negara digelar tanpa mengindahkan jaga jarak dan tidak memakai masker. Ribuan orang berdiri berdekatan dan serentak berteriak dalam setiap unjuk rasa itu. Bahkan, banyak yang saling berpelukan atau bergandeng tangan.
Baca juga :
Kericuhan Rasial Kembali Terjadi di AS
Kepala Dinas Kesehatan Militer AS Jerome Adams mengaku cemas atas peluang lonjakan infeksi Covid-19 setelah rangkaian unjuk rasa ini. ”Berdasarkan cara penyakit ini menyebarkan virus, ada banyak alasan kita akan menemukan kluster baru dan peluang lonjakan infeksi,” ujarnya. (AP/REUTERS)