Maskapai China dan AS Menderita di Tengah ”Konflik Politik”
AS dan China saling berbalas kebijakan larangan terbang maskapai kedua negara. Lebih dari 800.000 pekerja maskapai terancam aksi-reaksi kedua negara.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS — Pemerintah China memutuskan untuk memberikan izin jumlah penerbangan yang lebih bagi sejumlah maskapai untuk terbang pergi pulang dari wilayahnya. Namun, tidak dijelaskan lebih detail maskapai negara mana yang menikmati fasilitas tambahan tersebut.
Pengumuman itu dikeluarkan otoritas penerbangan China, CAAC (Civil Aviation Administration of China), di dalam situs resminya, Kamis (4/6/2020). Kebijakan itu diumumkan setelah sehari sebelumnya Pemerintah Amerika Serikat melarang beberapa maskapai besar China dan dua maskapai kecil untuk melaksanakan kembali kegiatan penerbangan dari dan ke wilayah AS.
Seorang staf di kantor CAAC yang mengaku bermarga Yan, ketika dihubungi, Kamis, menyatakan, dirinya tidak mengetahui detail kebijakan yang dimaksud. Dia juga tidak bisa menjelaskan apakah kebijakan itu berdampak pada izin terbang dua maskapai besar AS di China, yaitu United Airlines dan Delta Airlines.
Manajemen United Airlines menyatakan, mereka menanti kebijakan normalisasi layanan pengangkutan penumpang antara AS dan China ketika para pengambil kebijakan memberikan lampu hijau bagi mereka untuk melaksanakannya.
Rabu (3/6/2020), Departemen Transportasi AS melarang enam maskapai China untuk terbang ke AS mulai 16 Juni mendatang. Keenam maskapai China yang dilarang terbang ke AS adalah Air China (601111.SS), China Eastern Airlines Corp, China Southern Airlines Co (600029.SS), Hainan Airlines Holding Co (600221.SS), dan Sichuan Airlines Co serta Xiamen Airlines Co.
Larangan bagi keenam maskapai China untuk terbang juga tidak terlepas dari kebijakan CAAC yang hingga saat ini belum memberikan izin bagi dua maskapai besar AS, Delta Airlines dan United Airlines, untuk melayani angkutan penumpang dari dan ke China. Desakan dari Washington kepada China tidak membuahkan hasil.
Petinggi Departemen Transportasi AS yang khusus menangani urusan penerbangan, Joel Szabat, mengatakan, mereka akan mengizinkan maskapai China terbang dari dan ke wilayah AS apabila Pemerintah China mengizinkan maskapai AS melakukan hal yang sama di wilayah China.
”Kami akan mengizinkan maskapai China mengoperasikan layanan penumpang jika maskapai AS juga diizinkan menjalankan hal yang serupa di negara mereka,” kata Szabat.
Kedutaan Besar China di Washington tidak segera merespons permintaan komentar terkait kebijakan Beijing.
Ketegangan
Perselisihan ini menambah ketegangan hubungan China-AS yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Masalah penerbangan ini menambah keruwetan konflik China-AS yang sudah ada sebelumnya, mulai dari masalah perdagangan, teknologi informasi, status Taiwan, asal muasal Covid-19, hak asasi manusia hingga masalah Hong Kong.
Perusahaan-perusahaan penerbangan terbesar di AS dan dunia terancam gulung tikar karena hampir seluruh negara memutuskan untuk menyetop penerbangan domestik dan internasional di wilayah masing-masing. Pemerintah AS berhasil mendapatkan persetujuan kongres untuk menyuntikkan dana senilai 25 miliar dollar AS untuk menjaga 800.000 pekerja di industri ini tetap bisa bertahan hidup.
Sebelumnya, CAAC telah mengizinkan semua operator penerbangan asing untuk terbang ke China sebanyak dua kali sepekan jika di dalam tiga pekan berturut-turut, maskapai-maskapai tersebut tidak membawa penumpang positif Covid-19. CAAC juga menyatakan mereka akan membekukan layanan rute tertentu selama sepekan apabila dalam otoritas kesehatan China menemukan lima penumpang pesawat positif menderita Covid-19.
Sebelum pandemi, jumlah penerbangan penumpang kedua negara sebanyak 325 kali per pekan, termasuk layanan penumpang oleh United Airlines, Delta Airlines, dan American Airlines.
Ketika maskapai AS menghentikan seluruh penerbangan pada 12 Maret, baik domestik maupun internasional, maskapai penerbangan China tetap terbang dari dan menuju AS sebanyak 20 kali per pekan pada pertengahan Februari dan naik menjadi 34 kali penerbangan pada Maret 2020.
United Airlines dan Delta Airlines mengumumkan bulan lalu bahwa mereka berharap untuk melanjutkan penerbangan ke China pada Juni karena perjalanan udara telah mulai pulih baru-baru ini. United Airlines ingin terbang dari San Francisco ke Shanghai dan Beijing dari Newark, New Jersey, ke Shanghai. Delta Airlines berusaha untuk melanjutkan penerbangan melalui Seoul ke Shanghai dari Seattle dan Detroit. (AP/AFP/REUTERS)