Penyesalan Rainey, Pemuda asal Indonesia di Philadelphia
Unjuk rasa memprotes kematian George Floyd terus meluas. Di tengah-tengah unjuk rasa itu seorang pemuda keturunan Indonesia turut terbawa arus aksi massa. Ia menyesal telah terbawa emosi dan terlibat perusakan.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Riuhnya berita unjuk rasa di Amerika Serikat memprotes kematian George Floyd akibat perlakuan polisi di Minneapolis, Minnesota, AS, terasa hingga ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Dalam keriuhan itu ramai di media sosial tentang foto seorang pemuda—dengan tato Kepulauan Indonesia di lengan kanannya—yang terlibat dalam aksi di Philadelphia, AS.
Dalam akun media sosialnya dengan nama rainsfordthegreat, pemuda yang dikenal dengan nama Rainey itu menyampaikan penyesalannya. Dalam wawancara khusus Kompas - via telepon - dengan orangtuanya, Lindy Backues, Selasa (2/6/2020), ditegaskan kembali Lindy bahwa Rainey sangat menyesali perbuatannya. Ia merasa telah mempermalukan keluarga dan komunitasnya.
Lindy menceritakan, Sabtu (30/5/2020) pagi itu, seperti biasanya, Rainey (20) bersepeda sambil membawa kamera untuk mengambil gambar apa saja yang ditemuinya selama bersepeda. Bersepeda dan fotografi adalah hobi pemuda yang lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, itu.
Sebagai catatan, Rainey yang juga biasa dipanggil Dhika sejatinya adalah pemuda keturunan Indonesia. Pada umur 8 tahun, ia diadopsi keluarga Lindy Backues yang saat itu tinggal di Indonesia. Lindy sendiri adalah dosen di sebuah universitas di Philadelphia untuk kajian ekonomi pembangunan. Saat tinggal di Indonesia—selama lebih kurang 20 tahun—ia pernah terlibat untuk sejumlah penelitian di Indonesia dan bekerja sama dengan sejumlah lembaga penelitian dan universitas di Tanah Air.
Ketika bersepeda berkeliling kota pada Sabtu pagi itu, menurut Lindy, Rainey melihat unjuk rasa tersebut. Ia, menurut Lindy, sebenarnya tidak ada niat ikut unjuk rasa memprotes perlakuan polisi yang menyebabkan George Floyd tewas itu.
Rainey awalnya hanya mengambil foto unjuk rasa dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam unjuk rasa itu. Ia juga mengambil gambar satu kelompok massa yang tengah melempari kaca toko dan kantor.
Namun, kata Lindy—sebagaimana mengutip kisah yang diceritakan Rainey—oleh kelompok massa yang sedang melakukan perusakan itu, pemuda itu kemudian ”dipanas-panasi”, kenapa hanya mengambil foto. Akhirnya, Rainey pun terbawa.
Lindy menegaskan, sejatinya Rainey adalah anak yang baik. ”Ia tidak pernah terlibat pelanggaran hukum, sopan, dan dekat dengan teman,” kata Lindy.
Lindy mengatakan—meskipun tidak memerinci bentuk perlakuan yang pernah dialami—Rainey pernah mengalami tindakan diskriminatif karena warna kulitnya. Sebagai orang Jawa, Rainey berkulit coklat, bahkan cenderung lebih gelap. Kondisi itulah yang membuatnya pernah mengalami perlakuan tidak adil.
Pengalaman itulah yang membuat Rainey marah, dan saat berada di tengah unjuk rasa, di tengah kerumunan massa yang menyorakinya, dan tahu peristiwa yang dialami Floyd, rasa marah Rainey pun tersulut dan ia pun terbawa ikut melempari kaca sebuah bank.
”Namun ia tidak menjarah, saat tiba di rumah ia tidak membawa apa-apa, dan saya tahu ini,” kata Lindy. Rainey kemudian menceritakan apa yang dialami dan dilakukannya, dan membuat Lindy kecewa. ”Karena itu bukan yang kami ajarkan kepadanya. Dan dia tahu, dan dia pun menyesal dan siap bertanggung jawab untuk itu,” kata Lindy.
Rainey merasa sangat tidak enak hati, ia menyesal karena dia pun tidak menyukai kekerasan. Ia merasa telah membuat malu. Setelah berkonsultasi dengan teman-teman keluarganya, termasuk kepada pemuka agama setempat, Rainey kemudia mengunggah pernyataan penyesalan dan permintaan maafnya di laman media sosialnya.
Terkait tato bergambar Kepulauan Indonesia di lengan kanan Rainey, tato itu dibuatnya lebih kurang setahun yang lalu. Menurut Lindy, tato itu dibuat untuk mengingat tanah lahir Rainey, Indonesia. Rainey sendiri telah berkewarganegaraan AS.
Presiden Trump
Terkait unjuk rasa di AS, Presiden AS Donald Trump menegaskan siap menerjunkan militer untuk menanggapi unjuk rasa yang kian meluas itu. Unjuk rasa yang kemudian disusul aksi perusakan itu dinilai sebagai yang terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir di AS.
Dari Gedung Putih, Trump mengatakan, dirinya siap mengirim ribuan tentara bersenjata lengkap dan aparat penegak hukum lain untuk menghentikan kerusuhan, penjarahan, dan perusakan.
”Jika sebuah kota atau negara bagian menolak mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, saya akan mengerahkan militer Amerika Serikat dan dengan cepat menyelesaikan masalah bagi mereka,” kata Trump. (AP/AFP)