Kasus Covid-19 di Amerika Latin Tembus Satu Juta, Peru Bersiap Menuju Krisis
Ketika banyak negara mulai melonggarkan karantina wilayahnya, kasus Covid-19 di Amerika Latin terus bertambah dan menjadikan kawasan itu sebagai episentrum baru Covid-19 dengan mayoritas kasus berasal dari Brasil.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRASILIA, SELASA – Kasus positif Covid-19 di Amerika Latin telah menyentuh angka satu juta dengan jumlah kasus meninggal lebih dari 50.000 kasus, Senin (1/6/2020). Negara-negara seperti Brasil, Chile, Meksiko, dan Peru kini berjuang keras mengendalikan penyebaran Covid-19.
Dengan jumlah kasus lebih dari 500.000, Brasil kini menjadi negara kedua dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Adapun jumlah kasus meninggal di Brasil hampir 30.000 kasus. Meski demikian, Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali menentang rekomendasi pembatasan sosial, Minggu (31/5/2020).
Tanpa menggunakan masker, Bolsonaro menemui kerumunan pendukungnya di Brasilia yang meneriakkan “Mitos! Mitos! Mitos!” sebagai dukungan terhadap Bolsonaro yang meremehkan ancaman dari virus korona penyebab Covid-19.
Bolsonaro telah menjadi penentang keras pembatasan sosial sebagai cara untuk mengendalikan Covid-19. Menurutnya, tindakan itu tidak perlu dan berdampak buruk pada ekonomi. Atas sikapnya itu ia mendapat kritik yang keras dari otoritas negara bagian dan warga yang marah.
Terlepas dari sikap Bolsonaro itu, Covid-19 tetap menyebar luas di Brasil bahkan hingga ke komunitas adat di kawasan Amazon. Selain Brasil, situasi di negara Amerika Latin yang lain pun, seperti misalnya di Chile, Bolivia, dan Peru, juga mengkhawatirkan.
Pada Minggu (31/5/2020), Peru melaporkan 8.800 kasus Covid-19 baru. Jumlah ini merupakan rekor kasus harian terbanyak sejauh ini di negara tersebut. Dengan total kasus Covid-19 sekitar 164.000 dan kasus meninggal sebanyak 4.500 kasus, Peru pun menjadi negara Amerika Latin kedua dengan kasus Covid-19 terbanyak setelah Brasil, dan menjadi negara ketiga dengan kasus meninggal terbanyak setelah Brasil dan Meksiko. Presiden Peru Martin Vizcarra memberikan peringatan bahwa negaranya sudah separuh jalan menuju krisis.
Jumlah kasus di Peru terus meningkat meskipun pemerintah setempat memberlakukan karantina wilayah, jam malam, dan menghentikan semua penerbangan internasional.
Jumlah kasus di Peru terus meningkat meskipun pemerintah setempat memberlakukan karantina wilayah, jam malam, dan menghentikan semua penerbangan internasional. Peningkatan kasus terkonsentrasi di sekitar ibu kota Lima di mana sepertiga penduduk Peru tinggal. Hal ini membuat fasilitas kesehatan di negara itu kewalahan.
Di negara Amerika Latin lainnya, Chile, sebanyak 57 kasus baru meninggal dilaporkan pada Minggu sehingga total kasus meninggal akibat Covid-19 di negara mencapai 1.054 orang.
“Kita menghadapi pandemi terbesar dalam 100 tahun terakhir,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Chile Paula Daza saat mengumumkan jumlah kasus terbaru. “Ini tantangan yang luar biasa, kita berada dalam situasi yang sulit.”
Di Santiago di mana 80 persen kasus Covid-19 berasal, 96 persen ruang gawat darurat telah terisi. Otoritas kesehatan setempat melaporkan dalam dua minggu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19. Padahal, pada awal Mei 2020 Presiden Chile Sebastian Pinera menyatakan bahwa jumlah kasus Covid-19 telah melandai dan pembatasan sosial akan dilonggarkan.
Sementara Amerika Latin menjadi titik panas baru pandemi Covid-19, Rusia dan Inggris mulai melonggarkan kebijakan karantina wilayahnya, Senin (1/6/2020), meskipun kasus Covid-19 di kedua negara belum sepenunhnya terkendali. “Terlalu cepat mencabut karantina wilayah,” kata Jeremy Farrar, anggota Badan Penasihat Ilmiah untuk Kedaruratan di Inggris, dalam Twitter.
Meski lonjakan kasus dalam beberapa minggu terakhir masih terjadi, Rusia--negara ketiga dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia--mulai membuka kembali mal di Moskwa. Sementara sebagian warga Moskwa menyambut kebijakan itu, banyak juga warga yang mencemooh “uji coba” Wali Kota Moskwa Sergei Sobyanin yang akan mengatur jadwal olah raga warganya berdasarkan alamat rumah.
Komedian populer di Rusia, Maxim Galkin, membuat gambar sketsa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Sobyanin yang sedang membahas “jadwal bernapas” bagi warga Moskwa. (AFP)