Sekitar 23 persen dari seluruh korban tewas oleh aparat di Amerika Serikat pada 2019 merupakan warga kulit hitam. Menjadi orang kulit hitam di AS seharusnya bukan untuk dihukum mati.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
MINNEAPOLIS, KAMIS — Massa dan aparat Minneapolis, Amerika Serikat, bentrok, Rabu (27/5/2020) malam waktu setempat atau Kamis siang WIB. Bentrokan pecah setelah massa memprotes kekerasan oleh seorang polisi kulit putih yang mengakibatkan kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd.
Floyd diketahui meninggal karena kehabisan napas setelah polisi tersebut menggunakan dengkul untuk menekan leher korban ke aspal di belakang sebuah mobil di tepi jalan. Dalam insiden Senin (25/5/2020) sore itu, Floyd tengkurap dan tangan terborgol di punggung.
Insiden itu terjadi kala polisi berusaha menangkap Floyd yang diduga berbelanja dengan uang palsu. Berdasarkan ciri-ciri yang diberikan pelapor, polisi mengejar lalu menangkap Floyd.
Sejumlah saksi mata merekam insiden itu. Dalam video, Floyd berkali-kali mengatakan tidak bisa bernapas. Sejumlah orang yang menyaksikan penangkapan itu juga mengingatkan bahwa Floyd kesulitan bernapas.
Walakin, polisi bergeming dan salah seorang dari empat polisi itu tetap menekan dengkulnya ke leher Floyd. Dalam rekaman terlihat Floyd tidak bergerak sama sekali kala petugas medis membawanya ke ambulans. Di rumah sakit setempat, Floyd dinyatakan meninggal.
Wali Kota Minneapolis Jacob Frey mendesak kejaksaan setempat menyelidiki insiden tersebut. Ia meminta kejaksaan mendakwa empat polisi dalam insiden itu. Cara penangkapan Floyd tidak dibenarkan menurut standar operasi kepolisian Minneapolis.
”Menjadi orang kulit hitam di AS seharusnya bukan untuk dihukum mati. Selama lima menit, kita menyaksikan petugas berkulit putih menekan lututnya ke leher pria berkulit hitam. Lima menit. Kalau mendengar orang minta tolong, seharusnya dibantu. Petugas ini gagal di akal sehat dasar,” katanya.
Kepolisian setempat menyatakan sedang ada penyelidikan terhadap empat anggota mereka yang teridentifikasi sebagai Derek Chauvin, Thomas Lane, Tou Thao, dan J Alexander Kueng. Serikat polisi meminta warga mempertahankan asas praduga tak bersalah.
Badan Investigasi Federal AS juga mulai menyelidiki kasus itu. Sementara empat polisi di lokasi penangkapan Floyd, seluruhnya berkulit putih, telah dibebastugaskan.
Namun, hal itu tidak memuaskan warga. Sejak Selasa, gelombang unjuk rasa terjadi. Pusat unjuk rasa antara di kantor Polisi No 3 yang terletak sekitar 700 meter dari lokasi penangkapan Floyd. Pada Rabu malam, unjuk rasa berlanjut di sana dan melibatkan ribuan orang.
Polisi mengerahkan pengendali huru-hara untuk menghadapi pengunjuk rasa. Gas air mata ditembakkan dan pentungan diarahkan kepada pengunjuk rasa. Sebagai pembalasan, pengunjuk rasa melemparkan batu dan aneka benda.
Di sekitar lokasi unjuk rasa, sejumlah orang menjarah berbagai toko. Sejumlah kedai terbakar pada Rabu malam.
Sejumlah orang di luar Minnesota, negara bagian yang menaungi Minneapolis, membandingkan penanganan protes kematian Floyd dengan protes anti-pembatasan sosial.
Dalam proses anti-pembatasan sosial, yang dilaporkan media-media AS dilakukan oleh warga kulit putih dan sebagian membawa aneka senjata api, kepolisian tidak mengerahkan pasukan antihuru-hara.
Sampai unjuk rasa bubar pada malam hari, tidak ada pengunjuk rasa dipukul, apalagi terkena gas air mata.
Terus berulang
Floyd bukan orang kulit hitam pertama yang tewas karena kekerasan berlebihan oleh oknum aparat. Pada 2014, AS diguncang unjuk rasa di berbagai negara bagian setelah kematian Eric Garner. Ia tewas dengan cara seperti Floyd.
Kematian Garner memicu Gerakan ”Black Lives Matter”. Gerakan itu menuntut penindakan atas gelombang kematian orang kulit hitam akibat penggunaan kekerasan berlebihan oleh kepolisian AS.
Di tengah gelombang protes terkait gerakan itu, remaja kulit hitam di kota Ferguson, Michael Brown (18), tewas ditembak polisi berkulit putih. Polisi yang diketahui bernama Darren Wilson itu dilaporkan mendadak mencengkeram leher Brown kala remaja itu sedang berjalan bersama temannya, Dorrian Johnson.
Wilson melakukan itu dari mobilnya dan Brown berusaha melawan. Dalam laporan penyelidikan atas insiden di Negara Bagian Missouri itu, Wilson diketahui keluar dari mobil lalu bergulat dengan Brown. Belakangan, Wilson menembakkan 12 peluru ke Brown sehingga remaja itu tewas.
Sementara pada November 2019 seorang anak di Cleveland, Ohio, Tamir Rice (12), tewas ditembak polisi berkulit putih. Kala itu, Rice sedang memegang pistol mainan dan polisi bernama Timothy Loehmann menembaknya setelah mendapat laporan ada orang berkulit hitam memegang pistol.
Dalam laporan penyelidikan kasus itu, Loehmann langsung menembak kala melihat Rice. Walakin, Loehmann tetap dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan setempat. Keluarga Rice menggugat pemerintah dan kepolisian Cleveland.
Gugatan itu menghasilkan ganti rugi jutaan dollar AS. Pengadilan Ohio juga tidak mendakwa polisi kulit putih yang menembak warga kulit hitam di Beavercreek, John Crawford, pada Agustus 2014.
Sementara pada 2020, AS dikejutkan dengan penembakan Ahmaud Arbery oleh mantan polisi di Georgia. Dalam rekaman video terlihat Arbery sedang berolahraga kala dua pria kulit putih mendadak mengejar sembari menembakinya. Insiden itu terjadi pada Februari 2020.
Sementara para penembak baru ditangkap pada April 2020 setelah serangkaian protes di berbagai penjuru AS.
Adapun Maret 2020, kepolisian Kentucky menembak Breonna Taylor di rumahnya. Polisi tidak berseragam diketahui mendobrak rumah petugas instalasi gawat darurat itu pada malam hari.
Sebelum mendobrak pintu, mereka sama sekali tidak menyatakan diri sebagai polisi. Karena mendengar ada orang masuk, penghuni rumah berusaha menyerang. Upaya itu dibalas beberapa tembakan yang mengakibatkan kematian Taylor.
Kepolisian Kentucky menyatakan mencari orang yang pernah berhubungan dengan Taylor. Belakangan diketahui, sudah dua tahun Taylor tidak berhubungan dengan orang yang dicari itu.
Washington Post mengungkap, 23 persen dari seluruh korban tewas oleh aparat selama 2019 merupakan warga kulit hitam. Padahal, populasi kulit hitam di AS hanya 13 persen. (AP/REUTERS)