Indonesia Apresiasi Kemajuan Positif di Afghanistan
Pemerintah Indonesia mengapresiasi perkembangan positif di Afghanistan. Perkembangan itu menjadi penguat fondasi perdamaian di negara itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Republik Indonesia mengapresiasi perkembangan positif di Afghanistan dalam beberapa hari terakhir. Perkembangan itu dinilai penting untuk memuluskan proses terjadinya Dialog Intra Afghan. Apresiasi dan penilaian itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam sambungan teleponnya dengan Menlu Amerika Serikat, Mike Pompeo, Rabu (27/5/2020).
Pelaksana Tugas Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan Kemlu RI Achmad Rizal Purnama dalam keterangan pers Kemlu di Jakarta, mengungkapkan, percakapan telepon kedua menlu itu digelar pada Rabu pagi. Perkembangan terakhir situasi dan kondisi di Afghanistan adalah satu dari tiga topik yang dibicarakan. Dua topik lain adalah tentang pandemi Covid-19 dan isu Palestina.
Sebagaimana diwartakan, Pemerintah Afghanistan memutuskan akan membebaskan secara bertahap 2.000 tahanan anggota kelompok Taliban. Keputusan ini sebagai balasan atas gencatan senjata tiga hari yang diumumkan Taliban selama perayaan Idul Fitri. Sebagai pembuktian niat baik pemerintah, 100 anggota Taliban dibebaskan, Senin lalu. Pengumuman pembebasan 2.000 tahanan anggota Taliban itu disampaikan Presiden Ashraf Ghani dan Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Abdullah Abdullah beserta kabinetnya (Kompas, Selasa, 26 Mei 2020).
Keputusan untuk membebaskan tahanan, menurut juru bicara Ghani, Sediq Sediqqi, mengisyaratkan niat Pemerintah Afghanistan untuk memastikan keberhasilan proses perdamaian. Pertukaran tahanan dipandang sebagai langkah untuk membangun kepercayaan di antara kedua belah pihak dan rakyat Afghanistan. Pembebasan ini dinilai sebagai niat baik untuk memastikan perdamaian internal mulai berlangsung.
”Menurut Menlu RI, hal itu (gencatan senjata) adalah perkembangan penting untuk dapat memuluskan Dialog Intra Afghan,” kata Achmad Rizal.
Indonesia sendiri secara aktif turut serta dalam upaya-upaya perdamaian di Afghanistan. Keterlibatan dan kontribusi Indonesia itu dimulai secara intensif atas permintaan Presiden Ghani pada 2017. Indonesia secara aktif membangun komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Bersama sejumlah menlu lain, Retno pun ikut menghadiri penandatanganan Kesepakatan Damai Menyeluruh (CPA) Afghanistan pada akhir Februari lalu di Qatar. Sebagai apresiasi atas segala upaya yang dilakukan, Presiden Ghani secara khusus menganugerahkan Bintang Kehormatan Malalai kepada Retno.
Menurut Pemerintah Afghanistan, penghargaan itu diberikan atas kerja keras yang terus-menerus dalam memajukan kerja sama bilateral dan membangun rasa percaya antara Indonesia dan Afghanistan serta membangun perdamaian di kawasan dan dunia.
Merujuk pada isi CPA, Pemerintah Afghanistan akan membebaskan 5.000 tahanan Taliban, sementara pemberontak akan membebaskan sekitar 1.000 personel keamanan Afghanistan. Pertukaran tahanan dipandang sebagai langkah membangun kepercayaan menjelang pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban.
Dari Washington dikabarkan, Presiden AS Donald Trump pada Selasa lalu memperbarui keinginannya untuk menarik militer secara penuh dari Afghanistan. Namun, dirinya belum menetapkan tanggal penarikan itu. Pernyataan tersebut dikeluarkan Trump di tengah spekulasi AS mungkin akan mengakhiri perang Afghanistan. ”Kami di sana sudah selama 19 tahun dan, ya, saya pikir itu sudah cukup. Kami selalu bisa kembali jika mau,” kata Trump.
Diduga, penarikan penuh itu menjadi bagian dari kampanye pemilihan ulang Trump pada November mendatang.