Tidak Pasang Target Pertumbuhan Ambisius, China Jamin Kehidupan Rakyat
Pandemi Covid-19 membuat situasi di China juga penuh ketidakpastian. Di tengah situasi seperti itu, Beijing memprioritaskan upaya stabilisasi pekerjaan dan menjamin standar kehidupan rakyat.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT -Untuk pertama dalam 40 tahun terakhir, Pemerintah China tidak menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Kenaikan anggaran pertahanan kali ini pun lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Pandemi Covid-19 membuat situasi penuh ketidakpastian. Dalam situasi seperti itu, Beijing akan memprioritaskan upaya stabilisasi pekerjaan dan menjamin standar kehidupan rakyat.
Perdana Menteri China Li Keqiang memaparkan rencana dan langkah strategis pemerintah dalam pembukaan parlemen Kongres Rakyat Nasional (NPC), atau lembaga setara DPR Indonesia, Jumat (22/5/2020).
Li juga mengumumkan prakiraan defisif fiskal hingga 3,6 persen dari produk domestik bruto tahun ini dengan peningkatan defisit 1 triliun yuan atau 140 miliar dollar AS dari tahun lalu.
Selain itu, akan ada 1 triliun yuan surat obligasi pemerintah yang juga dikeluarkan khusus untuk menangani pandemi yang luar biasa menggoyang perekonomian China.
Sebanyak 2 triliun yuan akan diberikan kepada pemerintah daerah untuk memastikan jaminan lapangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan utama hidup, dan melindungi entitas pasar.
Li juga mengingatkan seluruh tingkatan pemerintah untuk mengencangkan ikat pinggang. Anggaran atau pendapatan yang berlebih, tidak terpakai, atau sisa anggaran akan ditarik pusat dan dialokasikan kembali dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Akan diterbitkan juga 3,75 triliun yuan atau 526 miliar dollar AS lagi dalam bentuk obligasi pemerintah daerah untuk mendorong pengeluaran infrastruktur.
Pasar domestik
Untuk memulihkan perekonomian, rencananya akan mendorong pasar konsumen dalam negeri karena permintaan luar negeri yang anjlok. Hanya saja, tingkat pengangguran di perkotaan naik 6 persen bulan lalu.
Dalam laporan Li disebutkan rencana menjaga tingkat pengangguran di angka itu saja dengan menciptakan 9 juta lapangan pekerjaan baru.
Perang belum usai
Pada kesempatan itu, Li juga menyadari kesulitan dan persoalan yang dihadapi China akibat pandemi Covid-19. Meski China sudah berhasil melawan pandemi tetapi tantangan yang ada masih jauh dari selesai.
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan dikorbankan akibat perang melawan pandemi, kata Li, mau tak mau harus dilakukan dan ternyata membuahkan hasil yang diharapkan.
Sebelum pandemi virus korona baru datang, Beijing akan mengumumkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen tahun ini. Ini sesuai dengan janji komitmen politik yang akan meningkatkan GDP dua kali lipat dari tahun 2010 ke 2020. Namun, gara-gara korona, target itu dinilai tidak realistis lagi.
Selain target pertumbuhan ekonomi, baru kali ini pula penambahan anggaran pertahanan tidak “ambisius”. Tahun ini anggaran pertahanan akan naik 6,6 persen dibandingkan tahun lalu.
Jumlahnya sekitar 1.268 triliun yuan atau 178,16 miliar dollar AS. Namun, penambahannya paling rendah selama 30 tahun terakhir.
Akibat korona, ekonomi China turun 6,8 persen pada kuartal pertama 2020. Meski ekonomi sedang susah, Li berjanji militer tidak akan terabaikan. Rencana reformasi pertahanan nasional dan militer akan tetap berjalan.
Kapasitas peralatan dan logistik juga akan ditingkatkan seiring dengan perkembangan sains dan teknologi untuk pertahanan.
Guru Besar Studi Keamanan Asia Pasifik di Macquarie University, Australia, Bates Gill, mengatakan pertumbuhan anggaran pertahanan itu menunjukkan adanya keseimbangan untuk tetap menjaga masalah pertahanan tetapi tetap memprioritaskan masalah ekonomi.
“Militer China menghadapi tantangan perekrutan, pelatihan, penambahan tentara yang berpendidikan lebih baik dan memiliki kemampuan teknologi agar bisa beroperasi di dunia yang lebih berteknologi tinggi dan kompleks di masa depan,” kata Gill.
Ancaman luar
Pandemi virus korona baru penyebab penyakit Covid-19 ini memperparah hubungan China dan Amerika Serikat. Kementerian Keamanan China mengingatkan, China menghadapi gelombang kebencian akibat korona yang meluas ke berbagai negara. Ada kekhawatiran China akan terlibat konfrontasi bersenjata dengan AS.
Peneliti di Institut Studi Strategi dan Pertahanan, Singapura, Collin Koh, mengatakan, China merasa penting untuk meningkatkan pertahanan karena adanya ancaman terhadap keamanan nasional.
“Kalau misalnya ada penundaan atau pembatalan rencana modernisasi yang terlihat di anggaran pertahanan, bisa jadi akan disalahartikan oleh masyarakat dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Pemerintah melaporkan anggaran pertahanan pada 2020 itu sekitar 686 miliar dollar AS atau seperempat dari anggaran pertahanan AS tahun lalu. Pemerintah China dari dulu berargumen butuh banyak investasi dalam pertahanan untuk mengurangi kesenjangan China dengan AS.
Sebagai gambaran, China hanya mempunyai 2 kapal induk sementara AS mempunyai 12 kapal induk. (REUTERS/AFP)