Perusahaan-perusahaan China Semakin Sulit Menembus Bursa AS
Penggalangan dana dari bursa luar negeri menjadi salah satu pilihan perusahaan China mendapat valuta asing dan tambahan dana. Perusahaan China bakal semakin sulit masuk bursa Nasdaq setelah bursa itu membuat aturan baru.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA -- Nasdaq, salah satu bursa terbesar di Amerika Serikat, membuat aturan baru terkait penawaran saham perdana. Peraturan itu akan makin menyulitkan perusahaan-perusahaan China menggalang dana dari pasar AS.
Dalam laporan kantor berita Reuters, Selasa (19/5/2020), diungkap bahwa Nasdaq mensyaratkan calon emiten menghasilkan sekurangnya 25 juta dollar AS dalam penawaran saham perdana. Calon emiten juga wajib diaudit untuk memastikan telah menerapkan standar global. Pengelola Nasdaq juga akan mengawasi kantor akuntan yang mengaudit calon emiten.
Kebijakan itu dikeluarkan setelah salah satu perusahaan waralaba China diketahui merekayasa laporan keuangan. Informasi itu terungkap setelah perusahaan itu menawarkan saham perdana di Nasdaq pada 2019.
Selama bertahun-tahun, komisi pengawas bursa AS (SEC) berusaha memantau proses audit perusahaan China yang menjadi emiten di bursa AS. Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Public (PCAOB) belum kunjung mendapat akses atas laporan keuangan perusahaan-perusahaan China. PCAOB, diawasi oleh SEC, bertugas memantau proses audit emiten-emiten di bursa AS.
Beberapa kali PCAOB menduga perusahaan-perusahaan China yang menjadi emiten di bursa AS melanggar standar akuntansi. Walakin, PCAOB kesulitan mendapat bukti karena tidak bisa mengakses laporan keuangan dan proses audit secara utuh.
Peraturan baru Nasdaq dikeluarkan kala perseteruan AS-China semakin memanas. Beijing-Washington kini berseteru di sektor kesehatan, perdagangan, dan teknologi. Perang dagang AS-China melibatkan produk-produk bernilai total 730 miliar dollar AS. Washington mengenakan tarif bea masuk untuk aneka impor bernilai 550 miliar dollar AS dari China. Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk bagi aneka impor senilai 180 miliar dollar AS dari Washington.
Semakin sulit
Peraturan baru itu membuat perusahaan-perusahaan China sulit menembus Nasdaq, bursa saham peringkat dua setelah bursa New York itu. Dalam 20 tahun terakhir, sebanyak 155 perusahaan China menggalang dana lewat Nasdaq. Dari 155 perusahaan itu, 40 perusahaan hanya mendapat dapat kurang dari 25 juta dollar AS atau jumlah minimal yang ditetapkan dalam aturan baru Nasdaq.
Perusahaan kecil di China mengincar Nasdaq karena pendiri dan pemilik saham awal berharap bisa mendapat uang dari proses itu. Masalahnya, sebagian perusahaan China terlalu kecil dan sahamnya hanya dipegang beberapa pihak. Calon emiten seperti itu dinilai tidak sesuai kebutuhan investor di Nasdaq.
Penggalangan dana dari bursa luar negeri menjadi salah satu pilihan perusahaan China mendapat valuta asing dan tambahan dana. Hal itu sulit didapatkan di China yang aliran modalnya masih diawasi ketat oleh pemerintah. Perusahaan China juga memanfaatkan status sebagai emiten bursa AS untuk menaikkan nilai tawar kepada kreditor. Pemerintah China juga kerap memberi aneka subsidi kepada perusahaan yang menjadi emiten di bursa AS.
Selain subsidi, dorongan diberikan otoritas China dengan menjalin kerja sama antara bursa Shanghai dan London. Digagas Presiden China Xi Jinping sejak 2015, kerja sama itu mulai berjalan sejak 2019. Dalam mekanisme bernama Penghubungan Saham Shanghai-London itu, emiten di bursa Shanghai bisa mendapat dana dari investor London tanpa harus jadi emiten di bursa London.
Transaksi menggunakan sertifikat penyimpanan saham (depository receipt) yang diterbitkan bank kustodian atau lembaga keuangan lain. Bank atau lembaga keuangan terlebih dahulu membeli saham emiten, lalu menerbitkan sertifikat itu. Dengan demikian, investor berhubungan dengan bank kustodian atau lembaga keuangan penerbit sertifikat, bukan dengan emiten. Cara itu mengatasi kerumitan penilaian kondisi emiten di tengah perbedaan metode akuntansi dan mata uang yang digunakan.