Kasus Covid-19 di Brasil Terbanyak Ketiga di Dunia
Jumlah kasus Covid-19 di Brasil dalam 24 jam terakhir meroket hingga menempatkan negara ini di urutan ketiga negara dengan kasus tertinggi di dunia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRASILIA, RABU — Covid-19 yang menyebar sangat cepat tidak bisa dianggap remeh. Kombinasi dari sikap meremehkan, protokol kesehatan yang tidak dijalankan maksimal, dan ketidaksatuan suara antara pemimpin nasional dan negara bagian akan membuat korban banyak berjatuhan sehingga fasilitas kesehatan mendapat tekanan yang besar hingga kolaps.
Contoh dari semua aspek di atas adalah Brasil. Negara Amerika Latin itu kini menjadi negara ketiga dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia. Saat ini, di Brasil, setidaknya tercatat 17.408 kasus baru dalam 24 terakhir, menyusul Inggris, Spanyol, dan Italia. Per hari ini, Rabu (20/5/2020), total kasus Covid-19 di Brasil mencapai 271.628 kasus.
Bahkan, dalam 24 jam terakhir, Brasil melaporkan 1.179 kasus meninggal akibat Covid-19. Angka ini merupakan yang tertinggi selama pandemi melanda Brasil. Sebelumnya, kasus meninggal terbanyak dalam sehari terjadi pada 12 Mei 2020, yaitu 881 kasus. Kini, total kasus meninggal akibat Covid-19 di Brasil mencapai 17.971.
Dengan jumlah kasus yang sudah tinggi itu, para ahli memperkirakan bahwa puncak pandemi di Brasil belum tercapai hingga awal Juni nanti. Jumlah kasus positif dan meninggal yang sesungguhnya pun kemungkinan 15 kali lipat dari yang dilaporkan pemerintah secara resmi. Sebab, Brasil menggelar tes yang sangat sedikit.
Kasus yang tinggi ini membuat rumah sakit di sejumlah wilayah di Brasil, seperti Sao Paulo, Rio de Janeiro, dan Negara Bagian Amazonas di barat laut kian mendekati kolaps.
Meremehkan
Di tengah situasi seperti itu, Presiden Brasil Jair Bolsonaro justru memulai konflik terbuka dengan 27 gubernur negara bagian dengan meremehkan Covid-19 dengan menyebutnya sebagai ”flu kecil” dan menekan para gubernur untuk mengakhiri kebijakan karantina wilayah untuk menyelamatkan ekonomi yang diperkirakan bergerak menuju resesi yang lebih dalam.
Selama pandemi Covid-19, dua menteri kesehatan mengundurkan diri karena tidak sejalan dengan kebijakan Bolsonaro. Kini, Bolsonaro menunjuk menteri kesehatan sementaranya, yaitu Jenderal Eduardo Pazuelo. Perwira angkatan darat ini akan mengeluarkan protokol terapi baru dengan memperluas penggunaan obat antimalaria klorokuin untuk mengobati kasus Covid-19 ringan.
Seperti halnya Presiden AS Donald Trump, Bolsonaro menyebut klorokuin sebagai obat ajaib potensial untuk melawan infeksi virus korona baru penyebab Covid-19 meskipun sejumlah studi ilmiah meragukan efikasi dan keamanannya.
Bolsonaro menyebutkan, keputusan Trump untuk meminum obat serupa klorokuin, yaitu hidroklorokuin, sebagai langkah pencegahan, sebagai bukti efektivitas obat ini terhadap Covid-19.
Sikap Bolsonaro yang ngotot ingin menggunakan klorokuin secara luas inilah yang dilaporkan menjadi penyebab mundurnya menteri kesehatan sebelumnya, yang seorang ahli onkologi klinis, Nelson Teich.
Teich menjadi menteri kesehatan kurang dari sebulan setelah menggantikan Luiz Henrique Mandetta yang dipecat Bolsonaro karena berselisih paham soal kebijakan penanganan Covid-19.
Dengan menyebut Covid-19 sebagai ”flu kecil” dan mengecam ”ketakutan” akan Covid-19, Bolsonaro menolak rekomendasi dari para ahli kesehatan. Ia ingin mengakhiri kebijakan karantina wilayah dan sering kali mencemooh praktik pembatasan jarak sosial dengan mendatangi kerumunan pendukungnya yang berunjuk rasa, menggelar pesta barbekyu, dan pergi ke lapangan tembak.
Dalam jumpa pers virtual, Pan American Health Organization (PAHO) khawatir terhadap penyebaran Covid-19 yang cepat di segitiga perbatasan Amazon yang mencakup Kolombia, Peru, dan Brasil. PAHO mendesak negara-negara tersebut mengambil tindakan khusus untuk menyelamatkan populasi masyarakat adat, warga miskin, dan ras minoritas yang rentan di sana. (AFP/AP)