Pelonggaran Meluas, Eropa Hidupkan Kembali Pariwisata
Setelah beberapa bulan menjalankan penutupan wilayah, negara-negara di Eropa mulai membuka diri dan mengaktifkan sektor pariwisatanya kembali.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ROMA, SELASA — Seiring dengan pelonggaran karantina wilayah, negara-negara Eropa mulai menghidupkan kembali aktivitas pariwisatanya, Selasa (19/5/2020). Mereka berharap mendapat berkah libur musim panas yang menanti.
Di Italia, toko-toko, restoran, dan gereja kembali dibuka. Warga Italia pun bisa kembali menyeruput cappucino di bar meski tetap harus mematuhi kebijakan jaga jarak fisik satu sama lain. Situasi ini menurut Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte sebagai akhir pekan dengan ”risiko yang diperhitungkan”.
”Saya tidak bekerja selama 2,5 bulan. Sungguh indah, hari yang menyenangkan,” kata Valentino Casanova, pegawai di Caffe Canova di Piazza del Popolo, Roma, Italia, Senin (18/5/2020) waktu setempat.
Sementara itu, Yunani menyambut kembali wisatawan yang berkunjung ke Acropolis di Athena, lokasi wisata bersejarah. Negara itu juga tetap menjalankan kebijakan pembatasan jarak sosial. Selain itu, warga juga berdatangan ke pantai dan diperbolehkan kembali untuk pergi beribadah atau misa di gereja.
”Saya mengunjungi Acropolis hari ini, monumen dunia yang terus menginspirasi dengan marmernya yang bersinar di bawah sinar matahari,” kata Presiden Yunani Katerina Sakellaropoulou.
Spanyol pun berharap ada banyak turis berkunjung pada musim panas nanti. ”Negeri Matador” ini berencana membuka kembali perbatasannya akhir Juni nanti.
Menteri Transportasi Spanyol Jose Luis Abalos mengatakan, pembatasan jarak sosial akan dicabut bersamaan dengan diizinkannya pelancong untuk berkunjung ke negaranya.
”Mulai akhir Juni kita akan memulai aktivitas pariwisata lagi, saya harap,” ujarnya. ”Kita harus menjadikan Spanyol menarik untuk dikunjungi dari sisi kesehatan.”
Portugal yang bertetangga dengan Spanyol pun kembali membuka kafe dan sekolah. Anak-anak sekolah bisa masuk kembali, tetapi dengan wajib menggunakan masker.
Ekonomi dan keselamatan
Negara-negara di dunia berbeda pendapat soal kapan bisa melonggarkan kebijakan karantina wilayahnya. Pertentangan antara kepentingan ekonomi dan keselamatan manusia selalu menjadi pusat perdebatan.
Empat minggu menuju pelonggaran bertahap, warga Denmark juga bisa kembali menikmati latte di kafe-kafe.
”Penutupan yang cepat dan fakta bahwa warga Denmark mendengarkan imbauan otoritas tentang higienitas dan pembatasan jarak sosial adalah alasan utama kita bisa sejauh ini,” kata Hans Jorn Kolmos, profesor mikrobiologi klinis di University of Southern Denmark.
Sikap warga Denmark yang tidak terlalu sering berpelukan dan berciuman sebagai bentuk salam juga menjadi faktor mengapa Denmark bisa mulai mengendurkan kebijakan penutupan wilayahnya.
Sementara itu, banyak warga di seluruh Inggris yang bepergian ke taman dan pantai untuk menikmati sinar matahari di akhir pekan setelah Perdana Menteri Boris Johnson melonggarkan penutupan wilayah.
Sementara Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara mengimbau warganya untuk tetap berada di rumah.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan negara-negara yang membuka kembali aktivitas ekonominya terlalu awal. ”Jalan kita masih panjang,” ujarnya.
Lebih dari 4,8 juta orang di dunia dilaporkan terinfeksi Covid-19 dan 312.826 di antaranya meninggal. Italia menjadi negara dengan kasus meninggal ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Inggris. (REUTERS/ADH)