Kasus Panchen Lama yang Hilang, Kembali Menghantui China
Hingga saat ini nasib dan kabar Panchen Lama ke-11 yang bernama Gedhun Choekyi Nyima tak diketahui. Pada 25 tahun lalu, saat berusia enam tahun Nyima ditangkap otoritas China.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Tibet, 14 Mei 1995. Tokoh spiritual Dalai Lama yang tengah hidup dalam pengasingan menemukan reinkarnasi tokoh Budha Tibet, Panchen Lama, yang mewujud dalam diri anak laki-laki yang bernama Gedhun Choekyi Nyima. Tiga hari setelah terpilih, Nyima yang kala itu berusia 6 tahun langsung ditangkap Pemerintah China dan sampai sekarang tidak ada yang tahu nasib dan keberadaannya.
Memperingati 25 tahun hilangnya Nyima yang kini dikenal dengan Panchen Lama ke-11, Pemerintah China didesak untuk memberikan penjelasan. Parlemen Tibet, Kashag, Senin (18/5/2020), kembali mengingatkan China untuk bertanggung jawab dan memberikan penjelasan. Panchen Lama ke-11 hilang tanpa kabar beserta seluruh keluarganya.
Pada tahun 2015, kantor berita Xinhua pernah mengutip pejabat Tibet pro China yang mengatakan kondisi Nyima baik-baik saja, sehat, sekolah, dan ”tidak mau diganggu”. ”Hilangnya Panchen Lama bukan hanya ketidakadilan bagi dia saja, tetapi juga bagi 6 juta warga Tibet dan hak atas kebebasan beragama,” sebut Kashag dalam pernyataan tertulisnya.
Pernyataan Kashag juga menyebutkan jika China mengklaim rakyat Tibet memiliki kebebasan beragama, China seharusnya memberikan informasi yang jelas mengenai keberadaan Panchen Lama ke-11 dan keluarganya.
Calon pilihan
Dalai Lama (84) meninggalkan Tibet dan pindah ke Dharamsala, India, sejak 1959. Pada Februari lalu ia merayakan 80 tahun penobatan sebagai tokoh spiritual Tibet. Dalai Lama ”menemukan” Nyima dengan bantuan para biksu dan tokoh spiritual Tibet lain yang bisa membaca pertanda atau isyarat.
Secara tradisional, Panchen Lama adalah guru dan asisten Dalai Lama, pemimpin tertinggi Budha Tibet yang dituduh China memperjuangkan kemerdekaan Tibet. Beijing mengklaim wilayah Himalaya sebagai bagian dari China, tetapi rakyat Tibet mengaku selama ini menjadi wilayah independen. Ibu kota Tibet, Lhasa, dibanjiri gelombang migran China dan seluruh wilayah dijaga ketat sejak terjadi protes antipemerintah pada 2008 yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Tibet.
Meski PBB dan hampir semua negara serta berbagai organisasi mendesak agar China memberikan informasi kondisi dan lokasi Nyima dan keluarga, hingga saat ini tidak pernah ada jawaban. Nasib Panchen Lama ke-10 juga mirip, dipenjara oleh China lalu meninggal tanpa sebab jelas dan mencurigakan pada 1989. Ia meninggal setelah berpidato menyerukan kebebasan sosial dan beragama yang lebih luas bagi rakyat Tibet.
Tidak berhak
Pemerintah Amerika Serikat, Kamis lalu, juga kembali meminta penjelasan soal Panchen Lama sekaligus memperingatkan China supaya tidak menggunakan cara-cara seperti itu untuk menangani suksesi Dalai Lama. ”Kami akan terus mendesak China untuk membebaskan Panchen Lama dan juga memberitahukan dunia di mana dan bagaimana kondisinya,” kata Sam Brownback, duta besar khusus urusan kebebasan beragama internasional di Kemlu AS.
Upaya China menahan Panchen Lama seperti itu menunjukkan keinginan Partai Komunis China memilih calonnya sendiri untuk menjadi Dalai Lama selanjutnya. China, kata Brownback, tidak mempunyai hak menunjuk Dalai Lama baru.
Pemerintah China berusaha mencari pengganti Dalai Lama dengan calon pilihannya sendiri dengan harapan perjuangan kemerdekaan Tibet lama-lama akan hilang dengan sendirinya tanpa pemimpin karismatik. Ini terbukti dengan adanya anak laki-laki lain yang dipilih China menjadi Panchen Lama, yakni anak bernama Gyaltsen Norbu.
Ia disebutkan diawasi ketat oleh pemerintah dan jarang terlihat di publik. Pernah beberapa kali muncul di publik tetapi tidak ada warga Tibet yang kenal.
Pencarian tokoh penerus Dalai Lama ini penting mengingat Dalai Lama yang belakangan ini sering sakit-sakitan. Banyak jadwal bepergian yang harus dikurangi. Dalai Lama beberapa kali pernah mengutarakan niat menunjuk anak perempuan sebagai penerusnya. (REUTERS/AFP)