Kadet Saudi Pembunuh Tiga Perwira AS Punya Hubungan dengan Al Qaeda
Tim gabungan FBI dan Departemen Kehakiman AS menyimpulkan, Mohammad Alshamrani, kadet sekolah penerbangan Angkatan Udara Arab Saudi pembunuh tiga perwira AS, memiliki hubungan dengan teroris Al Qaeda.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Mohammad Alshamrani, kadet sekolah penerbangan Angkatan Udara Arab Saudi, yang membunuh tiga perwira Amerika Serikat diyakini punya hubungan dengan Al Qaeda. Insiden terjadi di Pangkalan Udara Angkatan Laut AS di Pensacola, Florida, 6 Desember 2019.
Keyakinan tentang hubungan Alshamrani dan kelompok teroris Al Qaeda itu disampaikan Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Kehakiman AS, Senin (18/5/2020), di Washington DC, AS. Hal itu dipertegas lagi oleh Direktur FBI Christopher Wray, Selasa (19/5).
FBI menyimpulkan setelah menemukan bukti-bukti panjang keterkaitan tersangka Alshamrani dengan kelompok Al Qaeda. Bukti itu antara lain dari jejak komunikasi di telepon genggam milik Alshamrani. Tersangka diyakini telah berkoordinasi dengan jaringannya sebelum berangkat ke AS.
”Penyerangan itu adalah puncak dari perencanaan dan persiapan selama bertahun-tahun,” kata Wray, Selasa.
Menurut Wray, berdasarkan temuan yang didapat setelah menyelidik isi telepon genggam tersangka, tim penyidik menemukan bahwa Alshamrani telah teradikalisasi setidaknya sejak 2015. Tim penyidik menilai dia memiliki hubungan dengan salah satu sayap Al Qaeda yang berbahaya dan berbasis di Yaman dan Semenanjung Arab (AQAP).
Wray menjelaskan, anak muda kelahiran Arab Saudi 21 tahun lalu itu sudah lama menyatakan keinginannya untuk belajar terbang dalam ”operasi khusus”. Kemudian, dia lalu mendaftar untuk bergabung dengan Angkatan Udara Arab Saudi yang kemudian memungkinan dia mengikuti latihan penerbangan di AS.
Temuan tim penyidik, menurut Wray, ketika tengah menjalani pelatihan di Pensacola, tersangka terus berkoordinasi dengan petinggi AQAP untuk mematangkan rencana dan taktiknya. Dia mendapat keuntungan karena mendapat informasi langsung saat berada di pangkalan militer AS.
”Malam sebelum dia melaksanakan serangan, Alshamrani berhubungan dengan petinggi AQAP,” kata Wray.
Serangan pada 6 Desember itu menewaskan tiga perwira muda militer AS, yaitu Joshua Kaleb Watson (23), yang baru lulus dari Akademi Angkatan Laut AS di Annapolis, Maryland; Mohammed Sameh Haitham (19), dan Cameron Scott Walters (21). Dua yang terakhir disebut, yaitu Haitham dan Walters, merupakan awak kapal yang sedang menimba ilmu di pangkalan itu.
Sementara tiga orang dari 12 orang yang terluka adalah petugas penegak hukum yang ditembak saat mereka membalas serangan Alshamrani, termasuk seorang perwira polisi AL dan dua wakil sherif.
Tidak lama setelah insiden terjadi, AQAP menyatakan bertanggung jawab atas kejadian itu. Namun, saat itu, penyidik tidak menemukan hubungan langsung antara insiden dan AQAP.
Insiden itu juga memaksa pembekuan sementara semua pelatihan AS bagi para pejabat militer asing untuk meninjau tindakan pencegahan keamanan.
Pasca-penembakan mematikan itu, AS mengusir 21 teman sekelas Alshamrani kembali ke negara asalnya. Alasannya adalah beberapa orang kadet yang dipulangkan diduga telah mengetahui dan yang lain memiliki materi tentang jihad serta alasan pornografi anak.
Program pelatihan AS-Saudi yang telah berlangsung beberapa dekade sangat penting bagi hubungan dekat kedua negara. Ribuan perwira Arab Saudi pernah menjalani serangkaian pelatihan militer di AS.
Pengumuman keterkaitan Alshamrani dengan AQAP diungkapkan setelah tim penyidik berhasil membongkar isi telepon genggam tersangka dan memecahkan enkripsi pada iPhone miliknya. Upaya itu membutuhkan waktu lama karena Apple, pembuat iPhone, menolak untuk membantu.
Keputusan Apple untuk menolak memberikan bantuan membongkar komputasi awan (cloud) milik Alshamrani sempat membuat marah Jaksa Agung AS Bill Barr. Dia menuduh Apple menempatkan kepentingan bisnisnya di atas kepentingan negara.
Barr menyatakan, keamanan nasional tidak bisa dinafikan oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar yang dinilainya mementingkan nilai bisnis dibandingkan keselamatan publik.
”Intinya, keamanan nasional kita tidak dapat tetap berada di tangan perusahaan-perusahaan besar yang menempatkan dolar di atas akses yang sah dan keselamatan publik. Waktunya telah tiba untuk solusi legislatif,” katanya.
Apple menolak saran bahwa mereka tidak bekerja sama dalam penyelidikan. Pada saat yang sama, Apple juga mengatakan, apabila mengikuti keinginan pemerintah untuk menciptakan ”pintu belakang atau backdoor” ke dalam perangkat telepon atas nama hukum, produk itu pun akan semakin rentan terhadap aksi peretasan.
Ancaman
Serangan yang dilakukan Alshamrani di lokasi vital militer AS mengindikasikan kemampuan Al Qaeda tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski Osama Bin Laden, pendiri Al Qaeda, sudah dibunuh AS, organisasi teroris itu tetap menjadi ancaman kuat yang mampu memproyeksikan ancamannya di luar Timur Tengah.
David Sterman, analis kebijakan keamanan pada lembaga New America mengatakan, serangan Alshamrani menjadi serangan pertama di bumi Amerika Serikat sejak kejadian 11 September 2011.
Sterman mengatakan, semua serangan yang pernah terjadi di AS pasca-insiden nine eleven biasanya dilakukan orang lokal, warga AS, yang terinspirasi Al Qaeda atau kelompok Negara Islam dan Irak dan Suriah (NIIS). Namun, tidak pernah secara langsung diorkestrasi oleh Al Qaeda.
”Satu serangan yang diarahkan asing mematikan dalam 19 tahun adalah tingkat keberhasilan yang relatif tinggi bagi AS,” kata Sterman. Dia menilai ada peningkatan kemampuan perencanaan serangan eksternal dari AQAP yang berbasis di Yaman. (AFP/REUTERS)