China Kembangkan Kandidat Obat Covid-19 dengan Antibodi Penawar
Berbagai teknik dalam pengembangan obat dan vaksin dipakai para ilmuwan di dunia untuk mencari cara mengendalikan pandemi Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Sebuah laboratorium di China sedang mengembangkan obat yang menunjukkan potensi bisa menghentikan pandemi Covid-19. Tidak hanya dapat memperpendek waktu penyembuhan pasien positif, obat yang diuji coba oleh para ilmuwan di Peking University ini juga memiliki potensi membentuk kekebalan jangka pendek dari virus korona baru penyebab Covid-19.
Direktur Beijing Advanced Innovation Center for Genomics, Sunney Xie, mengatakan, obat tersebut telah berhasil dalam tahap uji coba pada hewan coba. ”Ketika kami menyuntikkan antibodi penawar ke tikus yang terinfeksi, setelah lima hari jumlah virus berkurang,” katanya. ”Itu artinya obat potensial ini memiliki efek terapi.”
Obat ini dikembangkan dengan memanfaatkan antibodi penawar yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk mencegah virus korona baru menginfeksi sel. Tim peneliti yang dipimpin Xie mengisolasi antibodi ini dari darah 60 pasien Covid-19 yang sembuh.
Hasil studi tim peneliti itu telah dipublikasi di jurnal ilmiah Cell pada Minggu (17/5/2020). Hasilnya adalah penggunaan antibodi ini memberikan potensi ”penyembuhan” dari Covid-19 dan memperpendek waktu pemulihan. Xie menyebutkan bahwa timnya telah bekerja ”siang dan malam” mencari antibodi ini.
”Keahlian kami adalah dalam genom sel tunggal bukan imunologi atau virologi. Ketika kami menyadari bahwa dengan pendekatan genom sel tunggal, kami bisa menemukan antibodi penawar, kami senang,” kata Xie.
Xie menambahkan bahwa obat ini kemungkinan sudah bisa dipakai lebih luas akhir tahun ini dan dipakai untuk mencegah kemungkinan meningkatnya infeksi pada musim dingin.
”Rencana untuk melakukan uji klinis sedang berjalan,” ujarnya. Rencananya, uji klinis akan dilakukan di Australia dan negara lain dengan kasus Covid-19 yang masih tinggi.
”Harapannya, antibodi penawar ini bisa menjadi obat khusus yang menghentikan pandemi,” kata Xie.
Vaksin
Saat ini China juga memiliki lima kandidat vaksin yang sudah memasuki tahap uji klinis. Akan tetapi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa pengembangan vaksin bisa memakan waktu 12-18 bulan.
Selain vaksin, para ilmuwan juga telah menyebut plasma darah dari pasien Covid-19 yang sembuh yang berpotensi dikembangkan sebagai terapi bagi pasien Covid-19. Sudah ada lebih dari 700 pasien yang menerima terapi plasma darah di China. Menurut otoritas China, hasilnya memperlihatkan efek terapi yang sangat bagus.
”Akan tetapi, ketersediaan plasma sangat terbatas,” kata Xie. Sementara 14 antibodi penawar yang digunakan dalam obat yang Xie kembangkan bisa diproduksi massal dalam waktu cepat.
Menggunakan antibodi penawar dalam obat bukanlah pendekatan yang baru. Teknik ini telah dipakai dalam mengobati pasien penyakit akibat virus lainya, seperti HIV, ebola, dan sindrom pernapasan timur tengah (MERS). Xie menyebutkan bahwa timnya bekerja ”lebih awal” sejak wabah Covid-19 muncul di China dan sebelum menyebar ke negara lain.
Remdesivir
Saat ini, obat untuk penyakit ebola, remdesivir, disebut-sebut menjadi harapan pengobatan Covid-19. Uji klinis di Amerika Serikat memperlihatkan remdesivir memperpendek waktu pemulihan terhadap sejumlah pasien. Tapi, penggunaan remdesivir tidak berpengaruh signifikan dalam mencegah angka kematian.
Sementara hasil studi penggunaan antibodi penawar memperlihatkan, ketika antibodi penawar disuntikkan ke tikus sebelum terinfeksi Covid-19, tikus ini tetap tidak terinfeksi, tidak ditemukan ada virus korona baru di dalam tubuhnya.
Fakta itu memberikan harapan adanya perlindungan bagi petugas medis selama beberapa minggu. Xie berharap penelitian lanjutan bisa memperpanjang efek perlindungan ini menjadi beberapa bulan lagi.
Saat ini terdapat lebih dari 100 kandidat vaksin untuk menghentikan pandemi Covid-19 yang sedang dikembangkan di dunia. Tetapi, karena proses pengembangan vaksin lama, Xie berharap pengembangan obat baru bisa lebih cepat dan lebih efisien.
”Kita bisa menghentikan pandemi dengan obat yang efektif, bahkan tanpa vaksin,” ujarnya. (AFP)