Pembukaan Kembali Beberapa Negara Angkat Pasar Saham
Sentimen positif terkait pembukaan wilayah-wilayah di sejumlah negara itu menjadi katalis positif pasar keuangan. Hal itu mengatasi sentimen negatif meningkatnya ketegangan politik Amerika Serikat-China.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Mayoritas pasar saham di kawasan Asia ditutup menanjak pada akhir perdagangan Senin (18/5/2020) dan harga minyak mencapai level tertingginya dalam lima pekan. Rencana dan langkah negara-negara maju untuk membuka kembali perekonomian mereka menumbuhkan harapan kebangkitan mereka dari resesi.
Sentimen positif terkait pembukaan wilayah-wilayah di sejumlah negara itu mampu mengatasi sentimen negatif di pasar, khususnya kondisi meningkatnya ketegangan Amerika Serikat (AS)-China. Saat tulisan ini dibuat, E-Mini untuk Indeks S&P500 naik 1,1 persen. Indeks EUROSTOXX 50 berjangka naik 1,8 persen dan Indeks FTSE berjangka menanjak 1,5 persen.
Beberapa analis memperingatkan pembukaan wilayah oleh sejumlah negara tidak diartikan bahwa perekonomian akan segera kembali berjalan normal. Diingatkan pula potensi gelombang kedua pandemi Covid-19 yang memungkinkan penutupan kembali wilayah-wilayah dapat diberlakukan kembali.
”Ekonomi Eropa dan AS kemungkinan mencapai titik terendah pada April dan perlahan-lahan mulai hidup kembali,” tulis ekonom Barclays, Christian Keller, dalam sebuah catatan kepada klien. ”Namun, data yang masuk dari sebagian besar negara menyoroti dalamnya kontraksi ekonomi, meningkatkan risiko jangka panjang yang sekaligus dapat menghalangi proses pemulihan.”
Data di Jepang mengonfirmasi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu tergelincir ke dalam resesi pada triwulan I-2020. Kondisi menjadikan Jepang mengalami kemerosotan ekonomi terburuk pascaperang dunia II.
Siswa lulusan Sekolah Menengah Torrey Pines Phoebe Seip, 18 (kanan), dan saudara perempuannya Sydney, 22, menonton mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan pidato pembukaan virtual kepada jutaan siswa sekolah menengah atas yang akan melewatkan upacara kelulusan karena penyakit coronavirus ( Covid-19) berjangkit, saat merayakan malam prom yang dibatalkan Phoebe di rumah di San Diego, California, AS, 16 Mei 2020.Namun, Indeks Nikkei Tokyo naik 0,6 persen karena tanda-tanda perlambatan infeksi Covid-19 meningkatkan optimisme bahwa Jepang akan segera mengurangi pembatasan wilayah di lebih banyak prefektur.
Indeks Hang Seng naik 0,58 persen, Indeks Shanghai Composite naik 0,26 persen dan Indeks ASX 200 naik 1,03 persen. Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis.
Gubernur The Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan pihaknya mengambil langkah hati-hati dalam sebuah wawancara selama akhir pekan lalu. Ia mengatakan pemulihan ekonomi AS mungkin akan berlangsung pada tahun depan.
Powell mengaku, pemulihan ekonomi negara adidaya itu mungkin bergantung pada pengembangan vaksin korona tipe baru pembawa Covid-19. Minggu malam, ia menguraikan kemungkinan kebutuhan untuk tiga hingga enam bulan lagi berupa bantuan keuangan pemerintah untuk perusahaan dan keluarga AS.
Data yang keluar pada Jumat (15/5) pekan lalu menunjukkan penjualan ritel dan produksi industri AS jatuh pada bulan April. Data itu menempatkan ekonomi AS di jalur menuju kontraksi ekonomi terdalamnya sejak Depresi Besar. Ketegangan perdagangan antara AS dan China menambah ketidakpastian.
Beijing memperingatkan pihaknya menentang aturan terbaru terhadap perusahaan peralatan telekomunikasi Huawei. Pemerintah AS tengah menyusun proposal untuk mendorong perusahaan-perusahaan Amerika memindahkan operasi atau pemasok utama dari China. Proposal itu dilaporkan mencakup keringanan pajak, aturan baru, dan subsidi yang terstruktur dengan cermat.
Ekonomi Eropa
Dalam sebuah laporan tentang prospek dividen perusahaan, Janus Henderson Investors berpendapat, Eropa dan Inggris akan lebih terpengaruh ekonominya akibat pandemi Covid-19 daripada AS.
Sementara sektor teknologi, perawatan kesehatan, makanan, dan sebagian besar sektor konsumen dasar seharusnya lebih aman.
Skenario dasarnya adalah penurunan 15 persen dalam besaran dividen global tahun ini. Nilainya mencapai 213 miliar dollar AS dan dengan kemungkinan terburuk berupa penurunan hingga 35 persen
Salah satu fokus pelaku pasar pada pekan ini adalah lelang pertama surat utang oleh Kementerian Keuangan AS, yakni surat utang US Treasury berjangka waktu 20 tahun. Lelang akan digelar pada Rabu mendatang.
Pemerintah AS berencana meminjam dana hampir senilai 3 triliun dollar AS pada triwulan II-2020, sebuah rekor utang AS. Sejauh ini, pasar telah dengan mudah menyerap utang pada US Treasury 10 tahun dengan imbal hasil sekitar 0,64 persen.
Di pasar mata uang, posisi dollar AS relatif tetap. Indeks dollar AS berada di level 100,330 setelah menanjak 0,7 persen pada pekan lalu. Dollar AS menanjak terhadap yen, di level 107,19. Adapun mata uang euro stabil di level 1,0821 per dollar AS.
Mata uang pound sterling sempat menyentuh level terendah tujuh pekan di level 1,2073 per dollar AS. Ini setelah kepala ekonom Bank of England mengatakan sedang mencari opsi yang lebih mendesak, seperti suku bunga negatif dan membeli aset berisiko untuk menopang perekonomian negara itu.
Di pasar komoditas, banjir likuiditas dari bank sentral dikombinasikan dengan tingkat suku bunga yang berada di rekor terendah telah membantu mengangkat harga emas ke puncak tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Harga emas bertengger di level 1.763 per troions.
Adapun harga minyak naik karena permintaan yang meningkat. Hal itu seiring dengan pelonggaran pembatasan wilayah negara-negara. Minyak mentah berjangka Brent menguat 1,08 dollar AS menjadi 33,58 dollar AS per barel, sedangkan minyak mentah AS WTI naik 1,27 per dollar AS menjadi 30,70 dollar AS per barel. (AFP/REUTERS)