Kepemimpinan Tegas dan Jelas Kunci Keberhasilan Jerman
Bergulirnya kembali Bundesliga tak lepas dari keberhasilan Jerman menangani meluasnya pandemi Covid-19. Antisipasi Jerman yang telah bersiap sejak virus belum masuk ke Jerman menjadi salah satu penyebabnya.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
AFP/INA FASSBENDER
Potongan karton dengan potret pendukung Borussia Moenchegladbach terlihat di stadion sepak bola Borussia Park di Moenchengladbach, Jerman barat, 16 April 2020, di tengah-tengah pandemi Covid-19. Bundesliga kembali bergulir karena Jerman terbilang sukses menjalankan protokol kesehatan yang ketat sebagai respons atas pandemi Covid-19.
BERLIN, MINGGU — Pandemi Covid-19 menghantam parah Jerman dengan lebih dari 100.000 orang terinfeksi korona. Namun, jumlah warga yang meninggal dunia dapat ditekan serendah-rendahnya, jauh lebih rendah ketimbang negara-negara lain di Eropa, terutama Italia, Spanyol, Inggris, dan Perancis.
Dengan jumlah kasus sekitar 176.000 kasus dan lebih dari 8.000 orang tewas, Jerman termasuk negara yang berhasil menangani wabah korona dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa. Hal itu, ditambah disiplin yang ketat untuk menjalankan protokol kesehatan yang disepakati bersama, membuat Pemerintah Jerman mengizinkan kembali bergulirnya Liga Jerman, Bundesliga, mulai 16 Mei 2020.
Bundesliga menjadi liga sepak bola top pertama di Eropa yang kembali beroperasi, mendahului Italia, Inggris, dan Spanyol, yang masih berkutat soal mencari cara terbaik untuk meneruskan kompetisi. Liga Perancis, Belanda, dan Belgia bahkan sudah melempar handuk dan menghentikan kompetisi secara permanen akibat pandemi Covid-19.
Salah satu kunci keberhasilan Jerman dalam melawan pandemi Covid-19 ada di tes Covid-19 yang cepat, masif, dan kapasitasnya ditambah terus setiap pekan. Institut Robert Koch (RKI) Jerman yang menangani penyakit menular merekomendasikan agar siapa saja yang mengalami gejala infeksi pernapasan menjalani tes Covid-19, tidak peduli apakah pernah berinteraksi dengan orang positif Covid-19 atau tidak.
Pada awal Mei, Jerman telah melakukan lebih dari 2 juta tes korona. Pemerintah masih akan menggenjot tes dari 900.000 hingga 4,5 juta tes dalam satu pekan.
POOL VIA REUTERS/MARTIN MEISSNER
Pemain Borussia Dortmund Erling Braut Haaland (kiri) bersama rekan setimnya saat melakukan selebrasi gol yang diciptakannya ke gawang Schalke 04 dalam lanjutan Liga Jerman di Stadion Signal Iduna Park , Dortmund, Jerman, Sabtu (16/5/2020). Selebrasi itu dilakukan tanpa jabat tangan, pelukan, dan tetap menjaga jarak.
Selain tes, aturan tegas untuk menjaga jarak fisik juga efektif mencegah penularan virus. Dengan tingkat fatalitas tertahan di sekitar 4,5 persen, Jerman termasuk negara yang berhasil menangani wabah korona dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa. ”Kasus yang turun memberikan harapan, tetapi kita tetap harus waspada. Situasi kita belum aman,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel.
Dukungan publik terhadap partai konservatif Merkel menguat berkat pendekatan Merkel yang kalem saat menangani krisis, strategi komunikasi yang transparan, dan alokasi paket bantuan ekonomi yang belum pernah ada sebelumnya.
Harian the New York Times, 6 Mei lalu, menyebutkan, Jerman sudah mengembangkan tes korona sejak pertengahan Januari sehingga ketika kasus pertama muncul di Jerman pada Februari, seluruh laboratorium telah menyiapkan kit tes korona. ”Seluruh laboratorium bergerak cepat dan bersama-sama,” kata Kepala Virologi di Charite Hospital yang mengembangkan tes korona yang pertama, Christian Drosten.
Semua orang dites rutin, termasuk tenaga medis. Tes korona yang cepat dan masif serta melacak jejak orang positif Covid-19 juga strategi yang berhasil dilakukan di Korea Selatan. Dan, ini pun berhasil di Jerman.
Fasilitas kesehatan
AFP/INA FASSBENDER
Seorang perawat berbicara di telepon di meja pendaftaran pusat penerimaan pusat untuk kasus korona di rumah sakit universitas di Essen, Jerman barat, 26 Maret 2020.
Selain identifikasi kasus, Jerman juga mendorong penambahan fasilitas kesehatan di rumah sakit, seperti ranjang. Begitu kasus positif pertama muncul, seluruh rumah sakit di Jerman menambah kapasitas di ruang perawatan intensifnya (ICU). Pada Januari lalu, Jerman memiliki 28.000 ranjang dengan alat bantu pernapasan di ICU atau 34 ranjang per 100.000 orang. Sebagai perbandingan, di Italia hanya 12 ranjang untuk 100.000 orang dan 7 ranjang di Belanda.
”Kuncinya ada di tindakan preventif yang cepat. Kami tahu akan ada tsunami datang sehingga buru-buru meningkatkan kapasitas rumah sakit, pelayanan, dan diagnosis,” kata Menteri Kesehatan Jerman Manfred Lucha kepada harian the Wall Street Journal, 1 Mei 2020.
Selain tes massal dan kesiapan sistem layanan kesehatan, kepemimpinan Merkel juga dianggap menentukan keberhasilan pemerintah menekan tingkat kematian. Merkel, yang juga ilmuwan, sejak awal pandemi dinilai selalu berkomunikasi dengan jelas dan tenang, tetapi tetap tegas dalam pemberlakuan aturan menjaga jarak fisik. (REUTERS/AFP)