Ketegangan China-India kali ini terjadi di Garis Kontrol Aktual (LAC) di dekat Pangong Tso atau Danau Pangong di perbatasan India dan wilayah otonomi Tibet, China.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·3 menit baca
AP / DAR YASIN
Tentara paramiliter India berjaga di dekat kawat berduri yang dipasang sebagai blokade jalan saat terjadi pemogokan di Srinagar, Kashmir, India, Minggu (9/2/2020). Pada 5-15 Mei 2020, India dan China bersitegang di sisi Kashmir timur, tepatnya di Garis Kontrol Aktual (LAC) dekat Danau Pangong.
Dua negara raksasa Asia yang berbatasan wilayah, China dan India, kembali bersitegang di garis demarkasi di Jammu dan Kashmir, pekan lalu. Insiden itu terjadi tiga pekan setelah China mendirikan dua distrik baru di pulau-pulau sengketa di Laut China Selatan, langkah yang memicu kecaman negara-negara tetangga yang berkonflik.
Ketegangan China-India kali ini terjadi di Garis Kontrol Aktual (LAC) di dekat Pangong Tso atau Danau Pangong di perbatasan India dan Tibet, China. Danau itu juga membagi sektor Ladakh timur yang diklaim India dan sektor Aksai Chin yang diklaim China di Jammu dan Kashmir—subyek perselisihan antara India, Pakistan, dan China sejak 1947.
Menurut The Diplomat dan kantor berita resmi Rusia, Sputnik, puncak ketegangan terjadi di LAC Nathu La, dekat Pangong Tso, Sabtu (9/5/2020). Kontak fisik menyebabkan 11 orang terluka, yakni 4 tentara India dan 7 China.
Global Time, media resmi China, Minggu (10/5/2020), memuji mekanisme komunikasi efektif Beijing dan New Delhi karena cepat meredakan ketegangan. Namun, Sputnik dan Press Trust of India (PTI), mengutip aparat keamanan India, melaporkan, ketegangan baru surut pada Selasa (12/5/2020).
Ketegangan China-India memiliki sejarah panjang. Mereka pernah berperang selama sebulan pada 1962 yang diikuti gencatan senjata dan kesepakatan perlunya LAC. Namun, sejak itu pula pertikaian terjadi berkala di sejumlah bagian berbeda dari LAC sepanjang 2.167 mil (3.487 km) itu.
The Economist, Sabtu (16/5/2020), menyebutkan, China-India pernah terlibat pertempuran pada 1975. Saat itu, sejumlah tentara India tewas. Konfrontasi berlangsung lagi selama 73 hari pada 2017 karena India keberatan dengan pembangunan jalan oleh China di Doklam, persimpangan yang memisahkan India, Bhutan, dan China.
Terkait pertikaian pekan lalu, Beijing mengatakan, pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sedang melakukan ”patroli normal” di sisi perbatasan di Pangong Tso. Mereka menjaga perdamaian dan ketenangan.
Juru bicara Kemenlu China, Zhao Lijian, mendesak New Delhi untuk berdialog, menegakkan perdamaian dan ketenangan di perbatasan lewat aksi nyata. ”Insiden pernah terjadi di masa lalu dan terulang lagi. Kami akan tangani sesuai dengan protokol,” kata Panglima Militer India MM Naravane.
Konflik lain
Hubungan dua negara nuklir itu juga diselimuti persoalan lain. Upaya Beijing memperluas pengaruhnya di negara-negara kepulauan di Samudra Hindia telah lama membuat New Delhi marah. Dinamika hubungan, antara lain, terkait patroli kapal China, termasuk kapal selam, di kawasan.
Dinamika juga terkait penyerahan Pulau Feydhoo Finolhu, Maladewa, kepada perusahaan China untuk masa kontrak 50 tahun. Situs berita Maldives.net.tv melaporkan, penyerahan telah diikuti konsesi atas 14 pulau tanpa penghuni lainnya. New Delhi khawatir, reklamasi pulau-pulau itu bisa saja serupa dengan nasib pulau-pulau di Laut China Selatan.
AP PHOTO/BULLIT MARQUEZ
Foto yang diambil pada Jumat, 21 April 2017, memperlihatkan landasan pacu, struktur, dan bangunan di Subi Reef di gugus Kepulauan Spratly sudah dibangun China. Foto itu diambil dari pesawat angkut C-130 Angkatan Udara Filipina.
Ketegangan terbaru China-India terjadi hampir tiga minggu setelah Beijing mengukuhkan dua distrik baru di pulau-pulau di perairan sengketa Laut China Selatan. Pembentukan Distrik Xisha dan Nansha itu diumumkan Dewan Negara China pada 18 April 2020.
Distrik baru berada dalam wilayah sengketa dengan negara tetangga. Contoh, Xisha yang membawahkan Kepulauan Xisha (Kepulauan Paracel) dan Zhongsha (Tepi Macclesfield), yakni dua pulau yang juga diklaim Vietnam, Taiwan, dan Filipina.
Distrik Nansha memiliki yurisdiksi atas Kepulauan Nansha (Kepulauan Spratly) dan perairan sekitarnya, yang dipersengketakan tetangga dekatnya, yakni Vietnam, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam.