Industri China Catat Pertumbuhan untuk Pertama Kalinya Tahun ini
Biro Statistik Nasional China mengatakan, ekonomi China sudah mulai pulih. Namun, ditegaskan bahwa aneka tantangan masih menghadang di depan mengingat belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan berakhir.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT — Industri China mencatat kenaikan produksi untuk pertama kalinya pada tahun ini. Kenaikan itu menandai upaya pemulihan ekonomi China pasca-penutupan wilayah selama masa pandemi Covid-19 sejak awal tahun ini.
Data yang dirilis pada Jumat (15/5/2020) menunjukkan industri China tumbuh 3,9 persen secara tahunan dan mencatat hasil positif setelah bulan sebelumnya masih turun sekitar 1,1 persen. Catatan positif ini juga melampaui jajak pendapat yang digelar Reuters dengan proyeksi kenaikan 1,5 persen.
Setelah wilayahnya terkunci paling tidak selama tiga bulan pertama tahun ini, China perlahan membuka kembali ekonominya. Langkah itu diambil setelah otoritas setempat menilai wabah Covid-19 di negara itu berhasil dikendalikan. Namun, China terus menghadapi tantangan besar dalam pemulihan karena pandemi kini telah melanda dunia dan memengaruhi ekonomi negara-negara mitra dagang utama China dan mitra dagang lainnya.
Biro Statistik Nasional China mengatakan, ekonomi China sudah mulai pulih. Namun, ditegaskan bahwa aneka tantangan masih menghadang di depan mengingat belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan berakhir. Gelombang kedua wabah Covid-19 telah dilaporkan terjadi, termasuk juga menimpa China sendiri.
Louis Kuijs, Kepala Ekonomi Asia di Oxford Economics, memproyeksikan resesi global masih akan tetap membebani pemulihan ekonomi China. Ekonomi domestik negara itu akan sangat menentukan dalam jangka pendek. ”Pertumbuhan China sekarang sangat bergantung pada permintaan domestik,” katanya.
”Kami berharap peningkatan momentum konsumsi akan berlanjut meskipun dari titik awal yang lemah dan berlangsung secara bertahap, sementara kami melihat investasi mengungguli konsumsi, diuntungkan dari dukungan kebijakan yang lebih signifikan,” papar Kuijs.
Pertumbuhan China sekarang ini masih sangat bergantung pada permintaan domestik.
Ekonomi China mengalami kontraksi sebesar 6,8 persen pada triwulan I-2020 secara tahunan. Itu adalah kontraksi ekonomi pertama yang dialami China sejak setidaknya tahun 1992. Terjadi penurunan tajam dalam harga-harga produsen, sebagaimana terlihat pada awal pekan ini. Kondisi itu menunjukkan melemahnya permintaan industri di negara itu.
Banyak pabrik China bergulat dengan pesanan yang dikurangi atau bahkan dibatalkan di luar negeri. Hal itu masih terjadi sekalipun permintaan global masih atau mulai ada, terutama setelah beberapa negara siap-siap membuka wilayahnya kembali setelah ditutup guna mencegah persebaran wabah Covid-19. Pada April lalu, ekspor dari China mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang menurun. Hal itu didorong terutama oleh permintaan akan perlengkapan medis.
Belum stabil
Adapun impor sepanjang April di China masih mengalami penurunan yang lebih tajam dari perkiraan sebelumnya. Hal itu menandakan lemahnya permintaan domestik. Pada saat bersamaan, survei manufaktur pada April menunjukkan jatuhnya pesanan ekspor. Data-data itu menunjukkan belum stabilnya perekonomian China.
Bank sentral China mengatakan pada Minggu (10/5) bahwa pihaknya akan meningkatkan dukungan kebijakan untuk ekonomi negara itu. Langkah-langkah yang disiapkan akan mencakup bantuan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah setempat untuk mendorong sektor konsumsi guna memulihkan dan mendongkrak perekonomian domestik.
Konsumsi di China tetap lemah dengan penjualan ritel turun 7,5 persen pada April. Tingkat penurunan itu lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, yakni sekitar 7,0 persen. Penjualan merosot dalam tiga bulan pertama tahun ini karena toko-toko, restoran, dan tempat-tempat lain dengan jumlah pengunjung besar ditutup di seluruh negeri.
Investasi aset China juga tercatat masih tetap turun 10,3 persen pada Januari-April. Angka itu masih di atas perkiraan sebelumnya, yakni 10,0 persen. Penurunan investasi aset di China pada periode Januari-Maret tahun ini sebesar 16,1 persen.
Pada Rabu (13/5) penjualan mobil di China naik untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. Ini menjadi sinyal positif bagi China sebagai pasar mobil terbesar di dunia yang dalam beberapa waktu terakhir tertekan oleh wabah Covid-19 dan dinamika ekonomi beberapa tahun terakhir. Meski demikian, tetap belum ada jaminan kondisi itu akan stabil naik dalam waktu dekat.
Penjualan mobil di China mulai merosot pada 2018. Angka penjualan itu semakin anjlok ketika pandemi Covid-19 melumpuhkan perekonomian China. Belakangan, kondisi China mulai pulih pascapelonggaran kebijakan penutupan wilayah. Pusat-pusat bisnis mulai berdetak dan pergerakan antarwilayah diizinkan kembali.
Data terbaru Asosiasi Produsen Mobil China menunjukkan, secara tahunan, pada April total penjualan mobil naik 4,4 persen. Kenaikan itu didorong permintaan yang kuat untuk jenis kendaraan komersial yang melonjak hingga lebih dari 30 persen. (AFP/REUTERS)