Eropa Kecam Myanmar, Prihatin Jatuhnya Korban Jiwa di Rakhine
Konflik memicu lonjakan pengungsian, menambah hambatan bagi akses kemanusiaan, dan kenaikan jumlah korban sipil.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Negara-negara Eropa anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam kekerasan yang telah terjadi di Myanmar. Eropa juga khawatir dengan pandemi Covid-19 di negara itu.
Kecaman disampaikan Inggris, Belgia, Estonia, Jerman, dan Perancis dalam rapat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Kamis (14/5/2020) sore di New York, AS, atau Jumat pagi WIB.
”Konflik memicu lonjakan pengungsian, menambah hambatan bagi akses kemanusiaan, dan kenaikan jumlah korban sipil,” demikian pernyataan Inggris.
Inggris, yang memprakarsai pertemuan kali ini, menyatakan keprihatiannya atas meningkatnya korban jiwa akibat eskalasi kekerasan dalam pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok pemberontak Tentara Pembebasan Arakan di Negara Bagian Rakhine.
Situasi itu memperburuk keadaan di tengah merebaknya pandemi Covid-19. ”Kami menekankan pentingnya tanggapan atas Covid-19 yang menyeluruh dan melindungi semua kelompok masyarat, bertanggung jawab pada pengungsi yang rawan,” demikian tertulis di pernyataan itu.
Sejumlah diplomat menyatakan, China menolak untuk mendukung pernyataan tersebut. Penolakan serupa disampaikan Beijing kala DK PBB membahas isu Myanmar pada Februari 2020.
Pembahasan kemarin dilakukan sehari setelah muncul lagi tuduhan kejahatan perang terhadap militer Myanmar. Pelapor Khusus HAM Yanghe Lee menyimpulkan, ada dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konflik bersenjata di Rakhine dan Chin.
Lee menyebutkan, kesimpulan tersebut didasarkan pada fakta peningkatan serangan di kedua negara bagian itu. PBB juga menyebut ada peningkatan serangan di Rakhine dan China selamat Maret.
Sementara pada April lalu, pegawai pemerintah Myanmar yang membantu pengumpulan contoh hasil pengujian Covid-19 menjadi korban penyerangan.
Militer Myanmar menuding pengumpulan data oleh Lee tidak berimbang dan bias. Myanmar menolak tudingan itu. Kelompok bersenjata Arakan kerap dinyatakan menyamar sebagai warga sipil sembari menyerang aparat.
Walau demikian, Myanmar tidak menampik kemungkinan ada korban sipil kala militer membalas serangan Arakan. (REUTERS)