Setiap musim panas, ribuan pekerja dari Afrika, serta orang Bulgaria dan Romania, datang ke Italia untuk memanen buah dan sayuran. Mereka kerap kali mendapatkan bayaran minimal dan tempat tinggal seadanya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
ROMA, RABU — Pemerintah Italia pada Rabu (13/5/2020) akhirnya memutuskan untuk sementara mengatur pekerja migran ilegal yang bekerja di sektor pertanian atau sebagai pembantu rumah tangga. Selain untuk mengendalikan pasar gelap, langkah itu sekaligus memungkinkan mereka mendapatkan perlindungan kesehatan saat menghadapi pandemi Covid-19.
”Kami telah mencapai hasil penting dalam perang melawan kejahatan dan dalam mengakhiri pasar gelap dalam sektor ketenagakerjaan,” kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dalam sebuah konferensi pers. Para pekerja migran akan dijamin ’dengan tingkat perawatan kesehatan yang memadai’ dalam menghadapi ’krisis kesehatan yang luar biasa ini’,” kata Conte. Langkah itu sebelumnya ditentang para politisi dari kelompok kanan.
Mereka yang mendapat manfaat dari skema baru pemerintah setempat itu harus membuktikan bahwa mereka memiliki pengalaman bekerja di sektor pertanian atau domestik.
Setiap musim panas, ribuan pekerja dari Afrika, Bulgaria, dan Romania datang ke Italia untuk memanen buah dan sayuran. Mereka kerap kali mendapatkan bayaran minimal meski bekerja selama berjam-jam dan ditempatkan di kamp-kamp yang kumuh. Bahkan, banyak dari mereka yang diduga dieksploitasi oleh mafia.
Sebelumnya diwartakan bahwa Menteri Dalam Negeri Italia Luciana Lamorgese siap menawarkan izin sementara kepada sekitar 200.000 migran gelap yang saat ini menganggur atau tinggal tidak menentu di Italia. Mereka akan dipekerjakan di sektor pertanian. ”Jika seseorang jatuh sakit, kita perlu mengetes mereka. Bakal sulit melakukan hal itu jika kita bahkan tidak tahu nama mereka,” kata salah satu sumber.
Sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan partai politik, termasuk Oxfam Italia dan organisasi-organisasi gereja, menyambut baik keputusan pemerintah itu. Mereka menyebut langkah itu sebagai langkah awal yang penting untuk mengakui hak dan martabat ratusan ribu orang asing yang datang ke Italia.
Pemerintah Italia juga menyerukan langkah-langkah mendesak untuk menjamin keamanan dan kebersihan akomodasi pekerja. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan partai politik, termasuk Oxfam Italia dan organisasi-organisasi gereja, menyambut baik keputusan pemerintah itu. Mereka menyebut langkah itu sebagai langkah awal yang penting untuk mengakui hak dan martabat ratusan ribu orang asing yang datang ke Italia.
Media Italia sebelumnya menyebutkan bahwa langkah terkait penanganan pekerja migran ilegal itu sebagai hal yang sensitif secara politis. Rencana itu awalnya ditentang oleh pemimpin oposisi sayap kanan, Matteo Salvini. Partainya mendapat dukungan karena menyuarakan seruan antimigran yang kuat.
Namun, asosiasi pertanian telah mengingatkan, Italia ”terpaksa” harus membuang buah dan sayuran dalam jumlah besar karena tidak ada orang yang memetiknya. Hal itu berpotensi memperburuk efek terhentinya biaya di sektor makanan hingga 7 miliar euro (7,58 miliar dollar AS). Aturan khusus itu diusulkan dengan tujuan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi setempat.
Sebelumnya, pekerja musiman terhambat masuk ke Italia karena merebaknya wabah Covid-19. Sejauh ini, Covid-19 telah menewaskan lebih dari 29.000 orang di Italia. Laporan terbaru Yayasan Ismu, salah satu lembaga yang memantau isu-isu migran, menunjukkan, sekitar 560.000 dari 6,2 juta migran yang tinggal di Italia pada 2019 adalah migran musiman. (AFP/REUTERS)